-pray-

13 5 0
                                    

"ya tuhan..."

Kalula mengeluarkan ponsel nya sambil berlinang air mata, Kalula menelpon ambulan karena sepertinya Gentala harus cepat di bawa ke rumah sakit. Dengan tangan Kalula yang gemetar, Kalula menelpon ambulan dan menyuruhnya agar cepat datang.

Setelah beberapa menit ambulan datang, disini sudah banyak sekali orang yang mengerumuni dan melihat keadaan Gentala. Sedih sekali rasanya melihat semua orang berbisik dan tidak membantu sama sekali.

Sampai akhirnya petugas dari ambulan datang mengangkat tubuh Gentala dan membawanya kedalam ambulan. Kalula ikut serta masuk ke dalam ambulan untuk menemani Gentala. Di sepanjang perjalanan detak jantung Gentala melemah, dokter yang menangani Gentala di dalam ambulan mengatakan bahwa Gentala memiliki penyakit.

"sepertinya teman kamu memiliki penyakit jantung. detak jantungnya melemah sekarang, tadi sepertinya mereka melukai dadanya. itu mungkin yang membuat dia pingsan" dokter berkata seperti itu, yang membuat Kalula merasa semakin khawatir.

Kalula tidak tahu kenapa dia khawatir, padahal mereka berdua baru pertama kali mengenal, bahkan mereka belum dekat atau mengenal satu sama lain. Tapi tidak tahu kenapa Kalula merasa kita berdua saling mengenal.

Kalula tidak tahu ini perasaan apa, tapi Kalula yakin kalau Kalula merasa bahwa dia dan Gentala pernah dekat sebelumnya. Kalula berdoa supaya Gentala terus bertahan.

Beberapa menit di perjalanan Gentala langsung di larikan ke instalasi gawat darurat atau IGD. Kalula mengikuti dari belakang, dokter bilang bahwa keadaan nya sudah sangat gawat dan harus di tangani dengan cepat kalau ingin Gentala bertahan.

Kalula sudah menghubungi keluarga Gentala tapi tidak ada satu pun yang menanggapi kabar itu. Semuanya bilang kalau mereka sedang sibuk dan tidak bisa di tinggalkan sama sekali. Kalula langsung berpikir bahwa Gentala kurang bagus dalam hubungan keluarganya.

Kalula menunggu di kursi tunggu samping pintu IGD. Kalula tidak tahu di dalam sedang melakukan apa, tapi yang Kalula tahu bahwa kondisi Gentala sudah sangat buruk. Kalula terus berdoa agar Tuhan menyelamatkan Gentala.

Setelah satu jam menunggu akhirnya pintu IGD terbuka, aku berdiri dan menghampiri dokter. "bagaimana keadaan nya dok?" Kalula bertanya masih dengan suara yang gemetar karena dari satu jam yang lalu Kalula terus menangis.

"Gentala sudah lebih membaik, kita tinggal menunggunya sadar. Anda berperan sebagai wali nya kan?" Dokter itu bertanya kepada Kalula, dengan refleks nya Kalula mengangguk. Menyetujui perkataan dokter bahwa Kalula adalah wali dari Gentala.

"iya dok, saya walinya" Kalula berkata sambil mengangguk, akhirnya Kalula di perbolehkan masuk untuk melihat keadaan Gentala.

Kalula perlahan masuk dan duduk di samping ranjang tempat Gentala berbaring. Gentala masih belum sadar, jadi Kalula perlahan tertidur sambil memegangi lengan Gentala.

-------------------------------------------------------------

Kalula terbangun karena mendengar perawat masuk kedalam ruangan Gentala. Ternyata dari tadi Gentala sudah terbangun dan melihat ke arah Kalula. Saat Gentala melihat Kalula terbangun wajahnya yang langsung memerah dan memalingkan wajah.

"Disini ruang rawat pasien bernama Gamintang Gentala?" Perawat menanyakan itu sambil melihat ke arah Kalula, dan Kalula langsung mengangguk dan berdiri.

"Ini waktunya makan malam, tolong makan walaupun tidak nafsu ya. Karena pasien harus meminum obat, saya pergi terlebih dahulu ya" Perawat menyimpan makanan di samping Kalula dan pergi keluar dari ruang rawat inap.

Kalula membantu Gentala duduk dan menyimpan meja di tengah ranjang untuk menyimpan makanan. Wajah Gentala masih terlihat sedikit merah, mungkin dia malu karena tadi Kalula melihatnya saat Gentala menatap Kalula di tidurnya.

"Gentala bisa makan sendiri kan?" Kalula bertanya kepadanya. Kalau Gentala tidak bisa makan sendiri Kalula bisa menyuapinya.

"pulang. sudah larut malam." Berbeda dengan pertanyaan dari Kalula, Gentala malah menyuruh Kalula untuk pulang karena besok Kalula harus bersekolah kalau tidak Kalula akan terlambat.

Kalula heran dengan sikap Gentala yang seperti itu. Gentala mulai memakan bubur pemberian perawat tadi, rasa nya sangat hambar. Tapi Gentala terus memakan nya sampai habis.

Sementara Kalula duduk di samping ranjang dan menonton Gentala yang sedang makan.

"pulang Kalula Bhanurisma."

Ucapan yang dinginitu menusuk hati Kalula. Gentala seperti tidak mau Kalula berada disini, dan Gentala seperti mengusir Kalula mentah mentah.

"tidak mau. kamu mau disini sendirian?" Gentala berdecih. Dia menyingkirkan peralatan makan dan meja kecil di atas ranjang, menyimpan itu di bawah. Gentala dengan mandiri meminum obatnya sendiri tanpa bantuan siapapun.

Kalula tadi sempat pulang sebentar untuk berganti pakaian, jadi sekarang Kalula memakai hoodie dan celana hitam panjang. Setelah meminum obat Gentala langsung berbaring di tempat tidurnya dan malah memunggungi Kalula.

Kalula tentu kesal dengan perilaku Gentala. Jadi Kalula memilih untuk duduk di samping jendela dan membuka sedikit jendela. Pancaran sinar bulan masuk kedalam ruangan yang tercium bau obat dan lumayan gelap.

Bulan sekarang sangat cantik. Kalula melihat bulan itu dan menyilangkan lengannya, mengitung beberapa bintang yang terlihat di atas sana.

Tanpa disadari dari tadi Gentala melihat paras cantik Kalula. Biasanya Gentala suka sekali melihat bulan, karena bulan sangat cantik. Tapi sekarang perhatian nya teralihkan oleh wajah cantik milik Kalula.

Tanpa berkedip sedikitpun Gentala terus melihat ke arah Kalula. Kalula melihat ke arah Gentala saat merasakan dingin dari jendela yang terbuka. Gentala terkejut karena Kalula beralih menatapnya.

"kenapa natap gitu?" Kalula melihat ke arah Gentala saat dia mengalihkan pandangan nya. Gentala tidak menjawab sama sekali pertanyaan Kalula dia hanya memalingkan wajah saja.

"tidak"

Gentala tetap berbaring menghadap ke arah Kalula. Bedanya sekarang Gentala menatap bulan, bukan menatap Kalula. Kalula menatap ke arah mata Gentala terang terangan.

"dingin engga? kalau dingin aku tutup jendela nya" Kalula bertanya dengan suara yang lebih lembut dan nyaman. Gentala menggelengkan kepalanya dan bertatapan dengan Kalula.

Setelah itu meraka terdiam, tidak mengucapkan sepatah kalimat pun dan terus menatap ke arah bulan.

Fly me to the moon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang