Pria dari novel end

508 36 9
                                    

Aku membiarkan saja dia menggauliku. Hitung-hitung sebagai permohonan maaf karena membuatnya jomblo selama 2 season lamanya.

***

Tapi, diam-diam aku menikmati. Sentuhan listrik yang kuat. Ah! Aku iklhas diset*buhi dia sampai mampus!

"NUNEWWWWW!!!!!!!"

Duaaar!!

Gedubrak!

Aku jatuh dari ranjang.

Ibu mendobrak paksa pintu.

"Ya ampun, Nunew!!! Punya anak laki satu berkuruuungg terus di kamar!! Sudah kek anak gadis saja kamu, Nunew!!!"

Ah s*al! Aku menutup kuat telinga mendengar Bidadari Titan itu mengamuk.

Bajuku masih lengkap. Kamarku juga baik-baik saja. Huh, itu berarti aku hanya mimpi bertemu Zee.

Aku tersenyum simpul. Sayang sekali hanya mimpi.

"Astaga, malah senyum-senyum! Bangun cepat Nunew! Hari ini kamu mendaftar kuliah, Nunew!!"

"Iya-iya, Ibuuuuu. Nunew siap-siap sekarang, Ibuuuu. Ibuku yang cantik, manis, baiiiikkk." Aku meniru Ibu yang mengomel.

Braggh! Ibu melemparku dengan sapu.

Aku hanya terkekeh sambil berlari masuk ke kamar mandi.

***

Sudah beberapa bulan sejak kejadian mimpi malam itu. Aku kembali menjalani hari-hariku seperti biasanya.

Setiap malam aku akan membaca Novel Prince Zee untuk menuntaskan rindu.

Sepertinya aku sudah gila. Rindu pada sosok yang tidak nyata.

"Ah tamat!" Aku bergumam pelan setelah selesai menamatkan Novel itu untuk yang kesekian kalinya.

Mataku mengamati Perpustakaan kampus yang tenang. Perpustakaan yang penuh dengan muda-mudi yang membaca buku karyaku.

Diam-diam aku tersenyum simpul. Mereka tentu tidak tahu, Author pembuat Novel kesukaan mereka ada di sini, di samping mereka.

Aku memasukkan kembali Novel-ku ke dalam tas. Berjalan santai menuju ruang kelas.

"Oy, Nunew!" Yim menepuk punggungku, membuatku tersentak kaget.

"Apaan sih! Bisa ga jangan tepuk-tepuk gitu, bikin kaget!" tutur kesal.

"Hehe. Maap, dari mana?" tanyanya basa-basi.

Jangan salah paham. Yim ini bukan temanku. Dia hanya anak yang sok akrab saja.

"Perpustakaan!" jawabku ketus. Bukannya aku sombong, hanya risih!

"Oooh." Mulutnya membulat sempurna. "Ngapain?"

Aku memutar bola mata malas. "Main Futsal!!"

Keningnya berkenyit. "Emang bisa main Futsal di Perpus?" tanyanya polos.

"Bodo!" Aku mempercepat langkah, meninggalkan dia di koridor kelas.

Langkahku terhenti di pintu kelas.

Entah kenapa hari ini tidak seperti biasa. Semua teman sekelasku terlihat gugup. Emang bakal ada Presiden yang datang apa?

Tak ingin peduli, aku berjalan santai mencari bangku yang kosong.

Tiba-tiba Yim ikut masuk dan memilih bangku yang dekat denganku. Dia bahkan tidak malu meminta orang di sampingku untuk pindah.

Tidak usah ditanya, kami memang satu jurusan. Sama-sama jurusan perfilman. Apes banget dah!

Dia ingin menjadi Sutradara. Mungkin karena itulah dia mendekatiku. Dia tahu aku seorang Penulis, meski dia tidak tahu seberapa terkenalnya tulisanku.

"Huuh. Aku sangat gugup. Kamu, gugup ga?" Dia bertanya, tapi tak aku gubris.

Sedetik, dua detik, tiga detik. Dia terdiam menunggu jawaban.

Aku memutar bola mata malas. "Ga!" tuturku singkat, padat, dan kesal!

"Waah. Mental kamu bagus. Semua orang gugup di sini. Katanya, ada investor sekaligus sponsor terkenal yang bakal datang."

Lagi-lagi dia terdiam, menungguku merespon.

Aku mendongak menatapnya. "Oh!" tuturku datar.

Harus aku akui. Yim ini punya mental baja. Meski aku cuek padanya, dia tak gentar maju mendekat.

"Ehem. Btw kita beruntung banget beliau mau datang berkunjung. Padahal kita Mahasiswa yang baru masuk semester dua. Pokoknya ini kesempatan bagus. Kalau bisa kenalan dengan baik, kita bisa menjadi salah satu Sutradara/Penulis yang mendapat sponsor dari perusahaannya."

Ah bodoamat lah! Aku Penulis terkenal. Sama sekali tak perlu menjilat seperti yang lain untuk masuk ke perusahaan besar.

Aku mengeluarkan buku dan pulpen. Bersiap mencatat materi yang akan diberi.

"Oh astaga, itu, beliau datang!!" Yim mengguncang tanganku. Membuat pulpen yang aku pegang terjatuh ke lantai.

Mataku menatapnya kesal.

Susah payah aku berjongkok ke kolong meja, mencari keberadaan pulpenku itu.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki perlahan memasuki ruangan.

"Maaf terlambat, teman-teman. Langsung ke intinya, Saya Investor resmi yang ingin melihat bakat kalian semua. Nama saya Prince Zee."

Gedebuk!

Aku tersentak kaget hingga tertanduk pinggiran meja.

Sontak saja satu kelas mendongak menatapku.

Nama itu, suara itu, itu mirip dengan Marcella!!

Sangat hati-hati aku bangkit, mendongak menatap sosok yang tak asing sedang berdiri di depan auditorium menatapku.

"Yang di sana. Anda tidak apa-apa? Author, Nunew?" tanyanya dengan senyum evil.

"Mampus aku!" gumamku pelan.

Ending

ZeeNunew Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang