CHAPTER 2

17 3 4
                                    

•••

"Aduh! Kesiangan!"

Dengan terburu-buru ia langsung menutup resleting tasnya kemudian berlarian keluar dari kamar.

"Mbak Hana, gak mau sarapan dulu?" tanya Nina dari arah dapur.

"Gak mbak, maaf aku udah telat! Hana pamit ya, mbak!"

"Hati-hati ya, mbak Hana."

           Hana segera keluar dari rumahnya, terlihat hanya ada sosok teman dari kakaknya yang bernama Arayyan Rivaldy atau yang biasa dipanggil Ari berserta motornya yang terparkir di halaman rumah.

Tak terlihat sosok Harris disana.

"Pagi." Sapa Ari kemudian beranjak menuju motornya.

"Pagi kak Ari."Hana membalas sapaan dari Ari."Bang Harris mana?"

"Harris bilang hari ini dia ada jadwal rapat futsal. Biasa, mau ada pertandingan."

"Kok bang Harris gak bilang dulu ke aku." guman Hana.

"Buru-buru katanya," sahut Ari sambil memakai helm.

"Terus, kak Ari kok gak bareng aja sama bang Harris? Nungguin aku?" tanya Hana.

"Seperti biasa, lagian emangnya kamu tahu rute kendaraan umum?"

Hana menggeleng pelan.

"Yaudah, ayo naik." ucap Ari.

Hana mengangguk, berjalan menghampiri Ari yang sudah bersiap untuk menyalakan motornya.

"Maaf kak ngerepotin."

"Santai aja," Ari tersenyum dan menyentil kening Hana, membuat gadis itu tersenyum kecut.

"Cepet naik, tinggalin nih."

"Iya! Iya!"

          Alhasil, pagi ini Hana berangkat ke sekolah bersama Ari. Seorang teman baik kakaknya sekaligus kakak kelas yang selalu menolongnya dari awal masuk sekolah, lebih tepatnya saat masa orientasi siswa.

        Dengan tatapan sendu, Ari tersenyum melihat pantulan wajah Hana dari kaca spion motor yang tampak manis menikmati udara pagi.

"Han, kamu gak pakai dasi?" tanya Ari saat menyadari tak ada dasi yang bertengger dikerah kemeja putih Hana.

Hana terkejut, tak menyangka dirinya bisa melupakan atribut sekolah paling penting itu.

"Aku lupa! B-boleh balik lagi gak kak?"

"Gak bisa, Han. Kalau balik lagi kita bisa makin telat."

Raut wajah Hana tampak cemas.

"Koperasi kalau pagi tutup," ucap Ari kemudian menghentikan laju motornya dan menepi sejenak.

Dengan cepat Ari melonggarkan dasi yang ia kenakan dan diberikan nya pada Hana.

"Pakai aja." ucap Ari.

"Tapi kak Ari gimana? Nanti malah kak Ari yang dihukum."

"Yang penting kamu gak dihukum kan, cepat. Apa mau dipakein?"

Hana terdiam, bimbang.

"Bilang aja mau dipakein." goda Ari.

Hana refleks mencubit pinggang Ari.

"Yaudah sini, aku pakai sendiri kok."

Hana segera mengambil dasi milik Ari dan memakainya.

"Bayaran nya, aku mau istirahat nanti ditemenin makan." celetuk Ari tiba-tiba sebelum menyalakan kembali motornya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIANTARA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang