Mafia | HoonsukBy : @.ournazleaa
☆
☆
☆
Mengendarai mobil di malam hari sembari mendengarkan musik adalah kegiatan favorit semua orang, termasuk Jihoon. Selain membawa efek tenang, hal itu juga bisa membuat mood yang sedang buruk menjadi lebih baik lagi. Contohnya Jihoon sekarang, setelah ia kesal karena diajak Jay ke bar sialan itu, mood nya kembali membaik karena musik yang sedang diputarnya sekarang. Bahkan Jihoon sampai mengetuk-ngetuk setir mobilnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tanda ia menikmati momen saat ini.
"Ada apa dengan anak itu? apa dia sudah tidak waras? kenapa dia lelah berlari di saat ada banyak taksi yang lewat?" Jihoon memincingkan matanya ke arah trotoar karena melihat seorang anak laki-laki sedang berlari.
Namun Jihoon tetaplah Jihoon, dia tidak ingin melibatkan dirinya jika itu bukan urusannya. Buktinya sekarang dia malah melajukan mobilnya ke arah rumah Haruto dan melewati anak itu begitu saja tanpa ada niatan untuk membantu.
"Masa bodoh, itu bukan urusan ku."
Menurut Jihoon waktu adalah uang, jadi dia tipikal orang yang tidak ingin membuang waktunya terlalu banyak jika tidak mau uang nya terbuang sia-sia. Terlihat dia sekarang sudah sampai di gerbang kediaman Haruto hanya dalam waktu beberapa menit setelah menginjak gas mobilnya dengan kecepatan maksimal.
"Cepat buka gerbangnya, aku ingin bertemu dengan Haruto!" perintah Jihoon kepada penjaga yang ada di rumah Haruto.
Pria dengan pakaian khas negeri sakura dengan samurai serta pria dengan pakaian serba hitam dan lengkap dengan senjata api itu menunduk pada Jihoon. Mereka adalah anak buah Junkyu dan Haruto, ya, mereka mempunyai anak buah yang berbeda walaupun ada beberapa yang sama.
"Maaf tuan Jihoon, tetapi sekarang tuan Haruto dan tuan Junkyu tidak berada di rumah. Apa anda akan tetap masuk? Kami akan membukakan gerbang nya"
Kening Jihoon mengernyit ketika mendengar penuturan dari salah satu pengawal Haruto yang masih menundukkan kepala.
"Haruto sedang tidak berada di rumah? kemana dia pergi?" tanya Jihoon penasaran karena Haruto biasanya tetap di rumah dengan apapun keadaannya karena melewati jam malam.
"Iya, mereka berdua pergi ke rumah sakit karena tuan Junkyu sedang tidak enak badan" jawab nya lagi secepat kilat karena tidak mau membuat mood Jihoon memburuk sebab akan membahayakan nyawa nya.
Jihoon berdecak pelan mendengar jawaban dari pengawal Haruto itu. Sudah dia tebak pasti Junkyu yang tidak enak badan karena Haruto tidak mau keluar rumah jika itu bukan urusannya dan tidak ada hubungannya dengan Junkyu.
"Mereka berdua pergi ke rumah sakit mana?"
"Rumah sakit Nasional Seoul, tuan."
Segera setelah mendengar jawabannya Jihoon langsung membawa pergi mobilnya ke tempat yang pengawal Haruto maksud. Haruto memang tidak melakukan ritual malam nya dengan Junkyu, tapi ini lebih parah karena dia harus mencarinya dua kali, sepertinya do'a Jihoon tadi kurang lengkap.
"Kenapa bajingan itu tidak mengangkat telponnya?" maki Jihoon yang sedang berusaha menghubungi Haruto.
Oh ayolah, rumah sakit Nasional Seoul itu besarnya tidak hanya satu atau dua meter, ini adalah rumah sakit terbesar di Korea Selatan. Bagaimana Jihoon bisa bertemu dengan Haruto jika tidak bisa dihubungi sama sekali? Mereka tidak hidup di film atau drama yang hanya mengandalkan takdir untuk bisa bertemu.
"Sebuah ponsel yang cerdas dan cepat menjadi tidak berguna di tangan kantong hormon itu" ucap Jihoon yang masih kesal karena Haruto masih belum mengangkat teleponnya, jadi mau tidak mau Jihoon harus turun dari mobilnya untuk mencari Haruto di rumah sakit besar ini sendirian.
Jihoon masuk ke dalam area rumah sakit yang masih sibuk di jam yang sudah larut seperti ini, selain bar dan jalanan, tempat yang seakan tidak pernah tidur di negara ini adalah rumah sakit. Mereka masih beraktivitas di jam yang mungkin sekarang orang-orang sudah bermimpi indah.
Para dokter dan perawat masih sibuk kesana kemari untuk pasien nya. Banyak yang bisa dilihat dari rumah sakit ini, termasuk sesuatu hal yang membuat Jihoon merasa terganggu dan kesal.
Seperti yang dikatakan tadi, Jihoon tipikal orang yang tidak mau ikut campur jika itu bukan urusan nya. Tapi sepertinya kali ini dia tidak akan tinggal diam karena sudah membuatnya sangat kesal.
"Bunda, bagaimana ini? uang Uncuk tidak cukup untuk membayar biaya perawatan bunda dengan tepat waktu, maaf karena Uncuk kurang bekerja keras" ucap seorang anak laki-laki yang sekarang menjadi perhatian Jihoon.
"Tolong beri aku sedikit waktu untuk membayar semua nya ya? aku janji akan membayarnya besok, tapi tolong rawat bunda ku kembali, kumohon" sambung anak itu sembari menatap satu persatu staff rumah sakit, berharap ada satu yang tergoyah hatinya untuk membantu.
Beberapa menit Jihoon menunggu para dokter dan perawat di sana ada yang berbaik hati untuk mau menolong anak laki-laki itu. Tapi ternyata semua di luar dugaan Jihoon, malah satu persatu dari mereka pergi meninggalkan anak itu dengan bundanya yang terbaring lemah di lantai rumah sakit. Sesuatu yang sangat menjijikan untuk sekelas rumah sakit Nasional Seoul.
"Ada apa dengan anak itu?" tanya Jihoon sambil memegang tangan salah satu dokter yang mungkin bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Dokter yang dipegang tangannya oleh Jihoon hanya melirik malas ke arah anak laki-laki yang tampaknya sekarang masih mencari cara agar bunda nya mendapat perawatan kembali.
"Dia selalu telat membayar tagihan rumah sakit, dan itu membuat para dokter dan perawat di sini kesal karena orang miskin seperti dia tetap berusaha untuk merawat bunda nya di rumah sakit besar ini."
"Kira-kira kenapa dia memilih rumah sakit besar seperti ini padahal dia hanya orang miskin?" tanya Jihoon lagi dengan sebuah penekanan diakhir kalimat.
Dokter itu diam sebentar, "mungkin rumah sakit yang lebih murah tidak punya fasilitas selengkap di sini untuk menunjang kehidupan bunda nya"
Jihoon menganggukkan kepalanya pelan, "dan bukankah seharusnya kau berusaha semaksimal mungkin untuk membuat anak itu percaya jika ia menyerahkan hidup bundanya ke rumah sakit yang tepat? tapi mengapa kau malah angkat tangan? bukankah kau menyebut dirimu dokter?" tanya Jihoon dengan sorot mata mengerikan.
Sorot mata yang membuat siapa saja merasa merinding, termasuk orang yang ada di hadapan nya sekarang, karena dia langsung berusaha melepaskan tangan nya dari cengkraman Jihoon dengan wajah panik.
"Memangnya apa urusanmu? mengapa kau ikut campur sekali?" tanya dokter itu dengan sangat angkuh.
Kali ini Jihoon melepaskannya, tapi diam-diam Jihoon mengeluarkan seringai nya tanda bahwa dia terusik dan akan menyelesaikan masalah ini dengan cara nya sendiri. Terutama membereskan dokter yang barusaja berhadapan dengan nya, dokter yang ternyata sangat angkuh dan egois bahkan dengan pasiennya sendiri.
Mafia | Hoonsuk
By : @.ournazleaavoment.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA ; HOONSUK
Fiksi Penggemar••••••••••••••• Park Jihoon adalah seorang bos dari perkumpulan Mafia bernama Los Galacticos yang dikenal paling sadis dan berpengaruh di wilayah Asia. Namun siapa sangka, Mafia yang banyak ditakuti oleh sebagian besar orang itu ternyata jatuh cinta...