01 ; Seumur Hidup

1K 53 1
                                    

BAGIAN SATU - Golden Life

"Pada dasarnya setiap orang mampu mengerti dan mencintai dirinya sendiri, hanya saja beberapa orang belum menemukan cara yang tepat untuk dapat merasakannya." -Kamahesa Narendra

- 🎞 -

I swear to God, when I come home

I'm gonna hold you so close

I swear to God, when I come home

I'll never let go

Suara merdu Kama yang sedang bernyanyi, menyambut Neira pertama kali ketika perempuan berambut sebahu itu berjalan masuk ke area Kafe Semesta-yang malam itu memang dirancang lebih indah dari biasanya.

Kama bilang, hari ini adalah peringatan tepat satu tahun berdirinya Kafe Semesta dan lelaki itu juga yang mengundang Neira untuk datang. Sebenarnya lebih kepada ia yang tidak sengaja terlibat janji dengan seorang lelaki bernama Kamahesa Narendra yang keras kepala.

Sebab, Neira tidak pernah menyukai keramaian. Sedangkan Kama sangat suka berada ditengah banyaknya manusia-yang menurut Neira menyebalkan. Kama bilang, sesama manusia itu pasti akan saling membutuhkan dan hidup bersama-sama. Padahal menurut Neira tidak selamanya hal yang baik didapatkan dari orang lain. Terutama pada fakta bahwa kita tidak pernah mengetahui isi hati dan kepala orang lain. Neira hanya sulit percaya. Lagi.

"Ayo dong, Ra. Nanti gua traktir burger keju sesukaan lo, deh! Lo harus tau ini burger keju paling enak sedunia."

Tentu saja perkataan Kama tempo hari-yang nekat mendatanginya digedung fakultas farmasi itu tidak bisa ia tolak. Lagipula hanya untuk burger keju lalu pulang.

Tapi diatas panggung jauh didepan Neira, Kama tidak menyadari kedatangannya. Perempuan itu merasa kebingungan. Ia tidak dekat dengan siapapun yang ada disana. Walaupun rata-rata pengunjung Kafe Semesta adalah teman satu kampus dengannya-Universitas Pandu Jaya.

Neira perlahan kembali melangkah masuk. Untungnya, ia menemukan seseorang yang tidak asing. Beberapa kali ia pernah berada dalam satu kelas yang sama dengan lelaki yang sedang asik memainkan kamera ditangannya itu.

Neira dengan cepat menepuk bahu Jema, membuat lelaki itu membalikan badanya terkejut, "Astagfirullah, ada kunti bogel nyolek bahu lebar gua! Tolong!" bahkan lelaki itu sampai melompat ketakutan dan berteriak. Untung saja tidak begitu mengundang banyak pasang mata jadi teralihkan pada mereka.

"Gua seburuk itu, ya?" ujarnya dingin sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada.

Jema mengedipkan matanya, melihat lebih jelas siapa yang ada didepannya itu. Ia terlihat berpikir sebentar, mengingat-ngingat nama perempuan yang rasanya pernah sesekali ia lihat itu, "Eh? Lo Neira kan? Anak farmasi? Gebetannya Kama kan?" tanyanya bertubi-tubi.

Neira mendengus, "Iya. Kita pernah satu kelas kalo lo inget. Gua cuma kenal Kama aja, gak lebih."

Tentu, Neira merasa keberatan dengan maksud 'gebetan' dari ucapan Jema. Bukan karena menjadi 'gebetan' Kama adalah hal buruk, tidak. Bahkan Kama juga termasuk salah satu most wanted dikampus-Neira saja yang jarang bersosialisasi dan cenderung tidak tertarik pada info semacam itu, tahu dengan jelas. Hanya saja, baginya mereka berdua memang belum sedekat itu.

Golden LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang