"Ayo cepat semuanya berkumpul" ucap seorang guru laki-laki berusia 42 tahun yang menyandang status sebagai guru olahraga. Semua murid kelas XII IPA 1 berkumpul di lapangan tampak mereka semua mengenakan seragam olahraga. Semuanya tanpa terkecuali.
Guru tersebut memandangi semua murid-muridnya sambil mengangguk kepala "Syukurlah kalian semua membawa pakaian olahraga" Ia merasa senang karena hari ini tidak ada yang harus ia hukum. Sejujurnya ia lelah dengan kelas XII IPA 1 ini kelas yang katanya kumpulan para siswa dengan nilai-nilai terbaik ada di kelas ini tapi siapa sangka kalau merekalah yang sering membuat para guru sakit kepala.
"Okey hari ini kita belajar tentang permainan bola besar, basket. Ada yang tau apa saja teknik dasar permainan bola basket?" Mata guru tersebut terpaku pada salah satu murid dari kelas ini. Wajah yang tampak asing "Kau murid baru?" Tanya guru tersebut sambil menunjuk pada murid yang di maksud. Murid itu adalah Felix.
Felix menganggukkan kepalanya "Benar pak" jawabnya.
"Baiklah, bisa jawab pertanyaan saya yang tadi?"
"Teknik dasar permainan bola basket adalah shoot, dribbling, pivot, Lay up, passing, catching, and rebound"
"Teknik dasar melempar bola basket?"
"Chest pass, overhead pass, bounce pass"
"Good" Thumbelina yang berdiri di samping Felix mendongakkan kepalanya menatap laki-laki yang baru menjadi temannya beberapa Minggu ini. Felix sangat tinggi, tubuhnya juga sangat ideal ia pikir Felix adalah laki-laki dengan tubuh sempurna dikelasnya. Namun bukan itu yang menjadi alasan mengapa ia menatap Felix akan tetapi karena lelaki itu berhasil menjawab pertanyaan dari guru olahraga tersebut.
"Bagaimana kau bisa menjawabnya?" tanya Thumbelina sambil berbisik. Felix menatap Thumbelina, mata gadis pendek itu sangat imut menurutnya "beautiful eyes" ucapnya dalam hati "itu yang paling gampang, yang paling dasar jadi aku mengingatnya" jawab Felix
"Mata pelajaran ini selalu berulang dari SD hingga SMA namun aku tidak pernah mengingatnya" Felix terkekeh mendengar jawaban polos tanpa beban dari Thumbelina, Felix yakin bukan hanya Thumbelina saja yang seperti itu pasti yang lain juga sama dengannya. "Maybe.. karna aku tidak menyukainya, jika kau menyukainya kau pasti akan mengingatnya" Thumbelina mengangguk setuju. Ia tidak bisa mengingat jawaban itu karena ia tidak begitu tertarik dengan dunia olahraga jadi ia tidak perduli akan hal itu, kalau ia menyukainya pasti ia akan mengingat semua tentang hal itu.
Setelah selesai dengan teori dan praktek siswa kelas XII IPA 1 dibiarkan bermain basket untuk mengisi 30 menit terakhir jam olahraga. Masing-masing dari mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk beristirahat, ada juga yang lanjut bermain basket.
Thumbelina dan Tasya duduk dibawa pohon menatap para teman laki-laki mereka yang tengah bermain di dalam lapangan. Salah satu dari mereka adalah Felix lelaki itu turut bermain dengan teman temannya. Thumbelina menatap ke arah lelaki itu, ia mengakui betapa tampannya Felix.
"Felix sangat tampan" ucap Thumbelina tanpa ia sadari
"Benar, dia memang sangat tampan, tidak heran jika banyak gadis-gadis di sekolah ini yang menyukainya" sahut Tasya membuat Thumbelina mengerutkan kening bingung apa yang ia katakan tadi? Apa ia baru saja memuji Felix tanpa ia sadari? Astaga Thumbelina! Akhirnya ia hanya mengangguk dan tertawa canggung saja dan kembali melihat teman teman mereka.
"Thumbelina aku ingin ke toilet sebentar kau mau ikut denganku atau tunggu disini saja?" Tanya Tasya
"Aku tunggu disini saja terlalu panas aku tidak ingin jalan" Tasya mengangguk lalu pergi meninggalkan Thumbelina perutnya sudah sangat sakit sudah tidak bisa ia tahan-tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS IN DANGER
FantasyFelix untuk Thumbelina: "hatiku akan tetap menjadi milikmu, tidak ada yang bisa menggantikan posisi mu di hatiku. Tidak ada kunci yang dapat membuka pintu hatiku lagi karena kau adalah pemegang kunci setianya. Jangan pernah berfikir untuk meninggalk...