Chapter 9

4 5 2
                                    

"Oke masukan seluruh buku dan ponsel dalam tas kalian yang tersisa hanya pulpen dia atas meja. Letakan semua tas kalian di depan kita ujian harian hari ini" pinta seorang guru dengan tegas yang berdiri di depan kelas yakni seorang guru fisika.

Setelah mendengar kalimat yang terlontar dari guru tersebut banyak sekali terdengar keluhan dan hembusan nafas tak suka dari para siswa yang berada di kelas XII IPA 1 itu.

"ayolah Bu, ujian dadakan? Yang benar saja"

"Mengapa guru-guru menaruh fisika di jam terakhir?"

"Ujian dadakan aku tidak belajar"

"Aku benci ini"

"Aku benar-benar tidak suka"

"Aku benci fisika"

"Ku harap aku kerasukan Albert Einstein siang ini"

"Panas, mengantuk, lapar, di tambah ujian fisika sungguh penderitaan yang luar biasa"

Protes siswa-siswi tersebut, kelas sangat ribut akibat suara-suara dari mereka apa salahnya melakukan apa yang dikatakan guru itu? Menurut saja sulit!

Tassss!!!!!!!!

Bunyi pukulan rotan di atas meja berhasil menutup mulut mereka semua. Tidak ada suara yang keluar hanya ada keheningan di dalam kelas ini bahkan suara jarum jatuh pun bisa terdengar dengan jelas.

"Kalau kalian semua tidak ingin ujian harian, nilai kalian yang awalnya A,B,C itu akan ibu ganti jadi E mau?"

"ancaman yang sama dari tahun ke tahun" cibir Thumbelina

"Apa yang kau katakan Thumbelina?"

"Tidak ada Bu" Thumbelina menggeleng ribut, sial sekali ia pikir guru tersebut tidak mendengarnya

"Cepat taruh tas kalian semua di depan" siswa-siswi tersebut dengan segera melakukan apa yang di pintahkan sebelum di marahi lebih lanjut lagi. Thumbelina mengisi semua buku-buku dan ponsel di dalam tasnya, ia hanya mengeluarkan pulpen, Tipe-X, dan juga penggaris di atas meja. Thumbelina memasukan memasukan buku-bukunya sambil mencibir.

"Huh.. mengapa harus mengadakan ujian dadakan seperti ini aku kan tidak belajar!" Keluh nya

"Hei bodoh, belajar dan tidak belajar pun nilai mu tetap tak lebih dari 50"

"Tasya sepertinya kau sudah bosan hidup" Tasya berbalik dengan cepat ketika melihat Thumbelina sudah menggulung buku yang ia pegang. Felix tersenyum melihat pertengkaran kecil kedua gadis itu.

"Berikan tasmu, biar aku yang bawa ke depan" Thumbelina mengangguk ia memberikan tasnya kepada Felix tak lupa ia juga berterimakasih kepadanya "terimakasih" Felix mengangguk kemudian ia membawa tasnya dan juga Thumbelina ke depan. Mereka semua telah menaruh tas masing-masing di depan di atas meja mereka hanya tersisa alat tulis saja.

Guru tersebut membagikan selembar kertas untuk masing-masing dari mereka. Siswa-siswi yang sudah mendapatkan kertas itu mulai membaca dengan saksama soal-soal yang ada di dalam kertas itu. Setelah memastikan seluruh siswa mendapatkan lembaran soal ibu guru pun duduk kembali di tempat duduknya.

"Kerjakan dengan baik jangan asal-asalan. Saya meminta jawaban kalian bukan meminta kembali soal yang saya buat" ujar guru

Thumbelina memegang kepalanya angka-angka dan soal cerita yang ada di dalam kertas membuat kepalanya akan  meledak sekarang juga. Thumbelina nampak sangat frustasi dengan soal-soal itu ketika belajar saja ia mengerti apa lagi tidak belajar. Thumbelina sangat berharap ia menjadi Albert Einstein sekarang juga.

"Kerjakan soal yang menurutmu mudah terlebih dahulu" ujar Felix tanpa memandangi gadis yang duduk di sebelahnya, ia membaca dan mulai mengerjakan soal itu Felix menulis di kertas buram yang di berikan oleh guru tadi.

LOVE IS IN DANGER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang