bab ke-empatbelas

75 23 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meira!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meira!"

Hannira melambaikan tangan ke arah gadis berseragam lengkap dan rapi saat tengah berjalan di koridor sekolah. Meira bisa melihat senyuman cerah yang terpampang nyata pada gadis itu. Entah kenapa dadanya terasa sesak secara tiba-tiba. Meira berusaha mengabaikan presensi Hannira, dan berputar balik—menuruni tangga, tetapi sudah keburu dicekal oleh Hannira.

Wajah polos itu, Meira sangat membencinya setengah mati. Kemudian menepisnya dengan kasar. "Ada perlu apa?"

"Lo ... masih marah sama gue?"

Meira benci dengan netra polos itu. Meira benci melihat Hannira terlihat biasa-biasa saja, seolah tidak ada luka yang tersarang dalam kehidupan bocah delapan belas tahun itu.

"To the point aja. Gue nggak suka bertele-tele. Gue sibuk harus urus proker OSIS," sahutnya ketus. Kelewat dingin. "Ada apa?"

"Lo liat Han, nggak?"

Hingga Meira menyadari sesuatu, ia menoleh sepenuhnya ke arah Hannira dengan raut wajah penasaran. "Sejak kapan lo kenal Han?"

"Ya ... karena dia temen seangkatan, kan?" Hannira mengernyit bingung, berusaha mencerna pertanyaan Meira barusan. "Lo temen sekelas Han. Jadi—"

"Han nggak berangkat dari empat hari yang lalu." Meira menghela napas berat, lalu jemarinya menunjuk wajah Hannira, "dan lo ... berhenti buat ulah. Foto yang tersebar di group angkatan, itu lo sama Han, kan?"

"Lo khawatir sama gue, ya?"

Sialan.

Jemari Meira diturunkan. Rasanya gadis itu ingin memukul rahang Hannira. Bibirnya tiba-tiba bergetar. Kaku. "Nggak. Jangan geer. Gue nggak pernah peduli sama lo."

Hannira tersenyum tipis dengan tulus. "Makasih. Gue anggap lo masih peduli sama gue." Hening. Meira tidak menjawab, sehingga Hannira kembali bertanya, "Lo punya kontaknya Han, nggak?"

"Mau ngapain?"

"Han nggak masuk di group angkatan, jadi gue nggak bisa ngabarin dia."

"Lo ...," Meira bertanya secara hati-hati, "... peduli sama dia?"

[✓] Our Last Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang