Sebut saja Hannira itu tolol untuk ukuran si pentolan sekolah.
Hobi bolos saat pelajaran Pak Johan dimulai dan lebih memilih ngadem di warkop seberang jalan yang harus melewati tembok besar di belakang gedung sayap kiri-dimana orang-orang jarang melakukan aktivitas di sana karena terkesan ngeri. Namun yang lebih tololnya lagi, Hannira tidak pernah mengira bahwa Gavin si Ketua OSIS idaman adik kelas bakal patroli ke seluruh penjuru gedung di sekolah ini. Lalu berakhirlah Hannira di sini, ruang bimbingan konseling.
Hannira memang sendirian, tidak mengajak Michella ataupun Mora karena mereka takut hal seperti ini terjadi. Mereka lebih sayang uang saku ketimbang harga pertemanan.
Sebenarnya Hannira muak sekaligus mual ketika dirinya harus minimal tiga kali seminggu untuk datang ke tempat ini, duduk di sofa empuk warna maroon, meja dengan ornamen kaca yang dilapisi taplak beludru, lalu menandatangani buku kasus pelanggaran.
Hannira sudah hapal setelahnya akan terjadi apa jika bukan Bu Melia bakal ngomel-ngomel, menceritakan masa kecil yang terlampau rapi, tidak seperti dirinya yang berantakan.
"Hannira Renjani, sudah berapa kali saya bilang bahwa melarikan diri dari saat kelas dimulai itu bukan solusi. Kamu mau terlihat anak urakan sama teman-teman kamu? Sekolah juga punya peraturan. Kalau saya bisa mengeluarkan kamu, sudah dari dulu saya lakukan."
Kepala Hannira pusing mendengarnya. Ia menyilangkan kedua tangan di depan dada, tidak terlalu mengindahkan peringatan dari Bu Melia, seolah peringatan yang tadi hanya angin lalu.
"Hannira?" Bu Melia mengetuk meja kaca itu, "kamu mendengar ucapan saya?"
"Dengar, Bu," ucapnya malas.
"Kalau begitu, sebagai konsekuensinya ... bersihkan toilet sehabis jam pulang sekolah. Ibu akan memberi dispensasi jadwal les setengah jam, karena setengah jam digunakan untuk membersihkan toilet. Paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Our Last Happiness
Fiksi Penggemar[jungwon enhypen - hanni newjeans - taesan boynextdoor] ft. 04l Hannira selalu merasa denial dengan perasaan yang dimiliki kepada Juan, karena menurutnya-mereka hanya sebatas teman selama 18 tahun bernapas. Hannira yang berjiwa bebas selalu merasa k...