09.ISTIQOMAH

1.4K 130 3
                                    

"Jangan pernah mengecap dirimu tidak pantas bersamaku, karena Allah lah yang telah menetapkan takdirmu untuk pantas berada di sisiku."

---Azlan Zaki Maulana

🕊️🕊️🕊️

Ustadz Iz yang baru saja keluar dari masjid, melihat Abib yang hanya diam berdiri di depan masjid. Ustadz Iz yang tidak biasa dengan tingkah Abib lantas menepuk pundak Abib dari belakang.

Abib menoleh, "Ustadz?"

Ustadz Iz hanya tersenyum, "Ada apa Bib, kenapa melamun di sini?" tanya ustadz Iz.

"Tidak ustadz, saya cuma mencari sesuatu tadi." ucap Abib yang tidak dipercayai oleh ustadz Iz.

Ustadz Iz menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak percaya dengan perkataan Gus satu ini, "Bener kamu gak kenapa-napa Bib?" tanya ustadz Iz sekali lagi.

Abib mengangguk mantap, mengiyakan pertanyaan dari ustadz Iz agar sang ustadz tidak bertanya lagi seperti tadi.

"Yasudah, ayo kita kembali ke penginapan." ajak ustadz Iz.

Sesampainya di penginapan, Abib langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang milik sang ustadz.

"Taruh dulu sajadah dan Al-Qur'an yang kamu bawa, Bib." kata ustadz Iz menasehati Gus yang satu ini.

Abib langsung bangkit dari ranjang dan meletakan sajadah beserta Al-Qur'an yang ia bawa ke masjid, lalu kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Beberapa menit ruangan itu hening, tanpa ada obrolan di antara keduanya.

Mereka berdua adalah abang adik yang memiliki kepribadian yang bertolak belakang.

Ustadz dengan kepribadian yang tenang itu bernama Faiz Al-Ghifari, sosok yang dikenal dengan ketampanan dan kepintarannya dalam menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Sedangkan seorang laki-laki yang dipanggil dengan sebutan Abib itu adalah adik kandung dari ustadz Iz. Namanya Kinan Alhabib, seorang Gus dan hafidz Qur'an seperti abangnya.

Abib adalah panggilannya, orang yang begitu diam dan cuek terhadap sekitarnya. Ada banyak hal yang membuatnya menetap di pesantren Al-Azhar. Salah satunya, ustadz Iz.

"Kamu sudah pergi menemui kiyai Amar?" tanya ustadz Iz kepada sang adik.

Mata yang tadinya terpejam kembali terbuka, "belum." jawabnya singkat lalu kembali memejamkan matanya.

"Lalu, bagaimana dengan perjodohan itu?"

Kali ini, Abib tidak menjawab. Ia terdiam dengan mata yang terpejam dan detak jantung yang sedang berdenyut, seperti menusuk.

Ia menghela nafasnya, "Saya tidak tahu ustadz." ujar Abib setelah mengontrol detak jantungnya.

Ustadz Iz berusaha menasehati adik semata wayangnya itu tentang perjodohan yang akan dilaksanakan setelah kiyai Amar pulang ke pondok pesantren Al-Azhar.

🕊️🕊️🕊️

Setelah menyelesaikan sholat subuh dengan salam dan hal yang mulai menjadi kebiasaan baru Azlan untuk mengecup kening Athaya sehabis sholat.

Athaya juga mulai terbiasa dengan hal itu. Ia mulai bisa menerima perjodohan ini walau masih belum merasa pantas.

Kebiasaan selanjutnya adalah melafalkan ayat suci Al-Qur'an.

ISTIQOMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang