💎 || 14

2.6K 71 7
                                    

Mobil sedan berwarna biru itu terparkir tepat di tengah puluhan mobil yang ada di basement.

Hotel megah dan besar yang ada di pusat kota menjadi lokasi acara Pak Riko kali ini.

Reinand turun lebih dulu, lalu melangkah ke pintu sebelah untuk membantu Nazia berjalan karena gaunnya yang terlalu menjuntai.

Keduanya berjalan perlahan karena mengikuti langkah Nazia yang kecil. Menaiki lift, hingga mereka sampai di lantai sepuluh. Tempat dirayakannya pesta itu. Ketika masuk, mereka sudah di sambut dengan beberapa pelayan yang berbaris hormat bersiap untuk melayani.

Tempat yang diperkirakan memiliki luas 60 kali 70 meter itu di desain dengan tema merah pemberani. Tempat ini sudah ramai, tinggal menunggu bintang utama mereka. Pak Riko, selaku si pemilik acara.

Nazia cukup takjub karena hal pertama baginya menghadiri acara bergengsi seperti ini.

"Tetaplah di sampingku." Jari-jari besar itu bertaut pada jemari Nazia yang ada di sampingnya.

Nazia mengangguk patuh. Ia mengikuti langkah Reinand yang semakin masuk ke dalam.

"Kau ingin minum sesuatu?" tanya Reinand.

Nazia menatap berbagai macam jenis minuman yang ada di nampan pelayan di sana. Pasti di antaranya minuman beralkohol yang harganya selangit. "Apa aku boleh meminum-"

"Tidak," tolak Reinand mengetahui maksud Nazia. "Ambilkan aku susu," pintanya kemudian pada pelayan.

Nazia menghela napas cemberut. Padahal ini kesempatan baginya mencoba minuman mahal itu.

"Sedikit saja, ya? Aku ingin mencoba-"

"Reinand!"

Ucapan Nazia terpotong karena mendengar panggilan seseorang.

Lumia berjalan anggun menghampiri Reinand. Senyuman di bibir merah itu tak luntur bahkan sampai tepat di hadapan Reinand. "Reinand kau sangat-"

"Apa yang kau katakan tadi, Gadis Kecil?" Reinand menoleh pada Nazia.

"Ha? Eh, tidak jadi."

"Aku melarangmu meminum minuman beralkohol! Mengerti?" ujarnya seraya mengelus pipi Nazia lembut.

Senyum Nazia mengembang disertai anggukan gemas. "I-iya."

Pemandangan seperti apa ini? Lumia datang menghampiri bukan untuk melihat hal itu. Dadanya memanas setelah melihat reaksi Nazia yang dirasa sedang memanas-manasi. Lumia tidak akan menyerah begitu saja.

"Nando, ayah ingin menemuimu." Lumia menunjuk arah letak sang Ayah yang sedang sibuk berbincang dengan para pebisnis lainnya.

Alis Nazia terangkat sebelah. "Nindi, iyih ingin minimiimi, nyenyenye." Nazia bergumam dengan ekspresi datar. "Ayah? Ayah lo kalii."

"Ya. Ayo, Gadis Kecil," ajak Reinand menyerahkan lengannya untuk digandeng Nazia.

"Nazia, berbincanglah denganku, ya? Aku ingin mengetahui banyak hal tentangmu." Lumia mencegah tangan Nazia. Ia memasang wajah memohon.

Reinand yang memperhatikan situasi bersuara, "aku akan segera kembali. Berbincanglah dengannya, dan jangan kemana-mana," pesan Reinand. Setelahnya ia beranjak pergi.

Mulut Nazia ingin mengeluarkan suara penolakan. Berbincang dengan Lumia hanya akan menghisap habis energinya. Nazia sangat tahu perasaan Lumia terhadap suaminya. Nazia juga tahu seberapa liciknya gadis seperti Lumia.

"Gaun yang sangat bagus, Nazia. Aku menyukai gaunmu." Puji Lumia tersenyum lebar saraya tangannya dengan leluasa mencengkram bahu Nazia.

Merasa Lumia sengaja terhadapnya Nazia mundur selangkah. Bahunya memerah karena cengkraman Lumia. "Terima kasih. Kau mau? Aku bisa memberikannya padamu," ujar Nazia malas menanggapi.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang