Selangkah Lagi

14 4 6
                                    

Judul : Selangkah lagi Karya : Fathul Mubin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul : Selangkah lagi
Karya : Fathul Mubin

10 Desember 2023 ...
Thoriq, pemuda ramah hobi memakai topi Beanie biru tua itu meluangkan waktu berhenti dari duka dan penatnya lika-liku dunia. Ia tersenyum, di perbatasan trotoar. Thoriq tertarik menyapa gadis kecil, anak seorang pemulung yang mendekatinya karena merespon lambaian tangan. Ibu si anak pemulung itu tidur tertelungkup dengan karung putih berisi banyak botol plastik tepat atas kepalanya. Tidur tanpa bantal, menjadikan lipatan tangan tumpuan pelipis. Pemandangan yang menyayat hati.

"Terima kasih kak!"

Senyum manis si gadis kecil, ditambah bulat lebar matanya menambah ketenangan bagi Thoriq. Ucapan terima kasih barusan terlontar karena Thoriq melepaskan jaket rompinya kepada si gadis kecil yang hanya memakai kaos pendek. Membantu mengenakan jaket tersebut.

"Arah jalan pulang ke mana ya, dik?" tanya Thoriq sekejap, terbersit begitu saja.

Gadis kecil terdiam, lunak senyumannya dan dahi semakin berkerut. Akan tetapi, telunjuk gadis itu menunjuk atas. Thoriq mendongak, ia tidak tahu apa artinya. Semua yang terlihat hanya naungan biru. Bentangan langit tanpa awan.

"Semua akan pulang kak. Sabar, ya kak!"

Kata-kata barusan, sungguh mengetuk pintu kalbu iman Thoriq. Semakin direnungi, semakin besar rasa ingin menangis. Thoriq balik badan, merengek sejadi-jadinya. "Ibu...!" sebut Thoriq dengan suara sendu.

"IBUU! Anakmu akan pulang!" teriak Thoriq, segera berlari berlawanan arah. Menangis di tengah jalan, mengingat kenangan bersama ibunya. Baru beberapa langkah menyeberangi pertigaan jalan, sebuah truk berkecepatan penuh melaju dari arah kanan. Na'as, Thoriq terhantam truk! Segalanya gelap dan pandangannya berat tenggelam ke alam baka.

Dalam pekatnya gelap. Sesuatu paling mendebarkan didengar oleh Thoriq. Sesuatu paling menakutkan setelah jantungnya berdetak sekali. Hayya 'ala-s-Salah, "Marilah mendirikan sholat."
Thoriq tidak bisa melihat apa-apa, pertengahan detik setelah suara adzan, rasanya suara merdu itu ingin ia tangkap, ia datangi, ia peluk saat kali terakhir semua orang tidak ada yang menenangkannya dari ketakutkan maut.
Hayya 'ala-s-Salah, "Marilah mendirikan sholat."
Panggilan sholat terulang. Barulah Thoriq sadar, jalan pulangnya bukan mencari waktu bersenang-senang, selain sholat. Jalan pulang hati seorang hamba adalah sholat. Sujudnya.
Kegelapan mencekam berlangsung sebentar. Meskipun sebentar, hawa campur aduk tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Lalu, Thoriq melihat jasadnya didatangi banyak orang. Saat itu, Thoriq masih merasa semua baik-baik saja. Semuanya hanya mimpi. Sebentar lagi ia bangun. Sebentar lagi. Thoriq menunggu, melihat dengan sabar bagaimana pihak rumah sakit memandikan jasadnya.
"Jadi seperti ini kematian. Setelah bangun dari mimpi, aku akan bertobat! Aku janji!" batin Thoriq penuh semangat. Betapa bodohnya ia, tidak mengetahui keadaan mana yang benar-benar mimpi dan mati.

* * *

"Ibu, Thoriq pulang!"
Pintu rumah yang berderik itu terbuka, Thoriq kecil yang masih dipenuhi bedak di kedua pipinya itu berlari ke dalam. Tidak sabar memeluk ibunya yang sedang duduk menjahit. Kedatangan Thoriq membasuh habis perasaan lelah sang ibu hingga tersenyum lebar. Memeluk anak satu-satunya penuh kecupan kasih sayang. Setelah itu, seragam TK Thoriq dirapikan. Sang ibu melepaskan kancing seragam. Pagi yang cepat dan indah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dakwah CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang