Still Counting [3/x]

9.5K 179 21
                                    

Notes: Chapter 2 sudah pernah diupload di akun sebelumnya (Blurrysky666) dengan judul yang sama.

Will be thankful if u reward me by https://trakteer.id/blurrysky/tip

Happy Reading!


.


.


.


Tiga jam yang biasanya berlalu begitu saja, entah mengapa kini terasa berat sekali. 

Renjun mengelus perutnya yang terus mengencang dan terasa mulas. Jalanan di jam pulang seperti ini tampak sibuk dan itulah mengapa kendaraan roda empat tidak memiliki alasan untuk tidak merayap lambat. Setelah mendapat kabar bahwa Dokter Seo baru dapat ditemui tiga jam lagi, keduanya sepakat untuk pulang terlebih dahulu dan membawa perlengkapan persalinan sebagai bentuk preventif apabila Renjun benar-benar melahirkan hari ini. Perjalanan bolak-balik rumah sakit sudah memakan lebih dari separuh tiga jam mereka miliki, dan Renjun rasanya sudah tidak dapat mendeskripsikan bagaimana tidak nyamannya ia saat ini.

"Ugh.... huh... huh... huh...."

Renjun meringis dan mengatur napasnya kala satu kontraksi hebat kembali menguasai perut besarnya. Pria itu mengelus bagian bawah perutnya yang menegang dengan hati-hati, seolah menenangkan bayi-bayinya yang sepertinya saat ini sedang mendobrak pintu lahir mereka. Jeno yang menyetir di sebelahnya sudah berwajah pucat. Dominan itu menyayangkan keputusan Renjun yang memilih untuk ikut pulang alih-alih tetap di rumah sakit. Seorang perawat telah menawarkan kamar rawat untuk mereka tadi namun Renjun menolaknya mentah-mentah.

"Ughhhh.... apakah masih akan macet? Aku sudah mulas sekali..."

Submisif itu menggeliat tak nyaman. Elusan tangan di perutnya yang super besar terganti menjadi gosokan yang sedikit kasar, "aku menyesal untuk ikut tadi, ughhh...."

Jeno meneguk ludah panik. Pria itu memandang pasangannya yang tampak kepayahan, "tapi kamu belum mau mengejan, kan?"

Renjun menggeleng dengan lemas. Pria itu lantas bersandar ke kursi yang telah diaturnya sedemikian, menghembuskan napas lega saat kontraksinya mulai mereda, "kontraksinya masih sering hilang, tapi rasanya tidak nyaman."

Sejujurnya Renjun tidak dapat mendeskripsikan rasa sakit di perutnya saat ini. Meski begitu, ia tetap berharap bahwa progres kontraksinya akan terus meningkat dan ia akan melahirkan secepatnya. Alih-alih takut menghadapi kontraksi yang lebih sakit daripada ini, dirinya justru merasa lebih takut bahwa semua rasa sakit yang dirasakan perutnya ini hanyalah kontraksi palsu belaka.

Mereka tiba di rumah sakit hampir satu jam setelahnya. Seorang staff administrasi langsung memberi tahu bahwa Dokter Seo telah tiba dan akan langsung menangani Renjun. Renjun dibawa ke sebuah ruang pemeriksaan dan seorang perawat mulai melakukan observasi awal.

"Usia kandungannya sudah hampir empat puluh dua, perkembangan bayi normal dan tidak ada masalah pada air ketuban. Tekanan darah Anda saat ini cukup normal, hanya mungkin sambil menunggu pembukaan lengkap, Anda sebaiknya mengonsumsi makanan yang bisa menambah tenaga untuk persalinan nanti. Kontraksi Anda sepertinya agak lemah, sejak kapan Anda merasakan kontraksi-kontraksi ini, Renjun-ssi?"

Sudah sejak berbulan-bulan yang lalu. Renjun rasanya ingin menjawab demikian, karena sungguh, rasanya ia sudah hamil lama sekali dan kontraksi yang sesekali sudah ia rasakan sejak satu bulan yang lalu itu terasa seperti berbulan-bulan lamanya.

"Intensnya sudah sejak satu minggu ini."

"Saat usianya memasuki empat puluh minggu, Anda belum merasakan kontraksi sama sekali?"

MPREG NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang