6. Niatnya Sih, Berburu~

6 2 0
                                    

Suasana pagi di desa sangat tenang dan damai. Matahari mulai terbit di ufuk timur, menyinari langit dengan warna oranye dan merah muda yang indah. Burung-burung berkicau riang di atas pohon-pohon yang menjulang tinggi, menambah keindahan pagi hari.

Bau sedap dari roti bakar dan kopi segar menyebar di udara, membuat perut keroncongan warga desa semakin terasa lapar. Beberapa warga desa sudah sibuk memasak di dapur mereka, menyiapkan sarapan untuk keluarga mereka. Sementara itu, yang lain masih menikmati secangkir kopi atau teh di teras rumah mereka, menikmati keindahan pagi hari.

Sungai yang mengalir di sepanjang desa mengeluarkan suara aliran air yang menenangkan, menambah kesan damai dari suasana pagi. Beberapa warga desa sudah mulai memancing di sungai, sambil menikmati keindahan alam di sekitarnya. Yang lain sedang berolahraga atau berjalan-jalan di sekitar desa, menikmati udara segar dan suasana yang tenang.

Angin semilir yang berhembus lembut membuat daun-daun pohon bergoyang-goyang, menambah kesan sejuk dan nyaman. Beberapa warga desa sedang bekerja di kebun mereka, menanam sayuran atau merawat tanaman buah mereka. Namun, meskipun sibuk dengan pekerjaan mereka, mereka tetap menikmati keindahan alam di sekitar mereka.

Sinar matahari yang cerah menyinari seluruh desa, membuat warna-warni bunga dan tanaman semakin terlihat indah. Langit biru tak berawan menyempurnakan pemandangan yang damai dan menyejukkan.

Meskipun acara makan besar kemarin telah berakhir, suasana di desa masih terasa meriah dan penuh kebahagiaan. Semua orang di desa merasa bahagia dan damai, menikmati keindahan pagi hari yang indah sambil mendengarkan kicauan burung yang merdu. Mereka siap untuk memulai hari baru dengan semangat dan antusiasme yang tinggi, serta memori yang tak terlupakan dari acara makan besar kemarin.

🫧🫧🫧🫧🫧

Kediaman Marinasea
09.00 AM

Selesai sarapan, seperti biasa ini waktunya familly time.

"Paman, Bibi... maaf kemarin aku lupa waktu jadi nggak pulang makan siang," kataku menyesal.

"Iya, tidak apa-apa. Toh, Jayson saja kemarin tidak pulang, malah keasikan main-main sama anak-anak kelas sekolah dasar," jawab Bibi Hanna lembut dengan tangan lihainya yang senantiasa merajut.

"Tapi no no enak. Gegara kumpulan lemak-lemak hidup itu aku jadi terlambat pulang. Huh, menyebalkan!" gumamku kesal. Jujur, masakan Bibi Hanna adalah yang terenak selama aku menetap di dunia ini. Jadi, sangat disayangkan aku melewatkannya begitu saja. Huh!

"Ya mau bagaimana lagi? Toh, kemarin juga kita sudah pesta besar berkatmu," ucap Jayson santai sambil mengangkat bahu. Dia tengah asyik mengelap pedang kesayangannya.

"Ye ye ye, whatever."

Aku memandang keluar jendela. Daging yang kemarin sudah habis dimakan para masyarakat desa dan juga para hewan penghuni hutan.

Desa ini adalah rumahku. Tempat yang kujaga dengan segenap jiwa ragaku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun berani-beraninya macam-macam dengan desaku tercinta.

Pandangaku kosong, aku menatap tajam jauh keluar sana. 'Dan tidak ada seorang pun dapat melakukannya!'

"Bibi, Paman, aku akan pergi ke hutan. Biasalah, pergi berburu mungkin," Jayson bangkit dari tempat duduknya. "Will, kau mau ikut?"

Aku mengangguk, "oke," lagi pula tidak ada yang harus aku lakukan hari ini. Mari kita healing sebentar.

"Baiklah, hati-hati di jalan, anak-anak," ujar Bibi Hanna.

"Dan jangan lupa ingat rumah, ya," tambah Paman Sam yang sibuk membersihkan senapannya. Btw, aku yang membuat senapan itu sebenarnya, berhubung di dunia ini sihir dan pedang lebih populer. Senjata seperti pistol, senapan, dan sebagainya sangat jarang di ketahui orang lain. Dan mendapatkannya terbilang cukup sulit dan mahal tentunya.

PERJALANANKU DI DUNIA LAIN SEBAGAI OUTSIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang