Part 32

3 1 0
                                    

[ Sudah selesai tahap revisi ]

   

   

Sudah hampir 2 jam lamanya Jihan duduk di samping makam Jia tanpa melakukan apa pun, karena ia berpikir bahwa semua ceritanya sudah ia ceritakan pada Jia, dan kesehariannya juga selalu bersama Jia, jadi sudah tidak ada yang bisa diceritakan lagi pada Jia, Jihan hanya diam sambil menikmati pemandangan kota dari samping makam Jia, karena makamnya berada ditempat yang cukup tinggi.

Saat sedang melamun tiba-tiba ada seseorang yang memegang bahu Jihan dari belakang, dan hal itu membuatnya kaget. Orang itu ternyata adalah Ibu Jia, ia kembali karena sedang mencari Bros yang dibuat oleh Jia saat masih kecil untuknya, yang tidak sengaja terjatuh.

" kau masih di sini? " tanya Ibu Jia dengan kaget karena sudah 2,5 jam lamanya setelah pemakaman selesai, tapi Jihan masih berada di sana.

" maaf, saya akan segera pergi " ucap Jihan dengan panik karena takut Ibu Jia memarahinya.

" tidak apa-apa " ucap Ibu Jia saat Jihan akan pergi " kau teman Jia kan? Aku melihatmu ditempat kos Jia, apa kau menangis? Matamu terlihat sembab, anak tampan seperti mu tidak boleh terlalu sering menangis "

" saya benar-benar minta maaf, karena tidak bisa menjaga Jia, saya seharusnya datang lebih cepat agar hal itu tidak terjadi, maaf.... saya benar-benar minta maaf.... " ucap Jihan berlutut di hadapan Ibu Jia.

Ibu Jia yang melihat itu pun sontak memeluk Jihan dengan erat, Jihan yang menangis sesenggukan membuat Ibu Jia tidak bisa menahan air matanya lagi.

Hampir setengah jam lamanya mereka mengobrol, dan Jihan pun pamit untuk pulang, Ibu Jia hanya mengusap lembut bahu Jihan, dan Jihan pun pergi meninggalkan Ibu Jia yang masih berada di makam.

Sesampainya di kos Jihan tidak langsung pergi ke kosnya, ia berjalan menuju kos Jia, Jihan mencoba membuka pintu kos itu akan tetapi sandi pintu itu sudah diganti oleh Pemilik kos, dan hanya bisa dibuka untuk keluarga atau keperluan investigasi.

Jihan pun kembali ke kosnya, dan saat baru masuk ia teringat dengan Jia karena melihat kotak bekal yang dibawakan oleh Jia beberapa hari lalu yang masih belum ia cuci.

Jihan hanya terduduk sambil meremas kasar wajahnya, dan ia mulai menangis. Secara perlahan ia mulai memukul-mukul kepalanya sendiri karena merasa bersalah, ia merasa sangat bodoh.

" kenapa aku? KENAPA? " teriak Jihan dengan suara yang bergetar karena merasa hidupnya benar-benar kacau, ia merasa bahwa ini tidak adil. Jihan bertanya-tanya kenapa ia selalu ditinggalkan oleh orang-orang yang ia sayang, ia merasa bahwa ini benar-benar tidak adil.

" kenapa? Kenapa selalu aku? Kenapa?" ucap Jihan dengan suara lirih sambil terus memukul dadanya " KENAPA AKU? KENAPA? " teriaknya dengan frustrasi sambil terus memukul dadanya yang terasa sangat sakit. Dadanya benar-benar terasa sesak hingga ia berlari ke kamar mandi karena tiba-tiba merasa sangat mual. Jihan sama sekali belum makan dari tadi pagi, jadi yang ia muntahkan hanyalah cairan pahit yang memekik lehernya.

Jihan benar-benar tidak memiliki semangat untuk melakukan apa pun, ia hanya membaringkan badannya setelah keluar dari kamar mandi. Dengan tatapan mata kosong, ia melamun menatap ke atap kosnya dengan isi kepala yang cukup bising. Tapi lamunannya itu terpecah karena suara dering ponselnya.

Jihan "( halo.... )"

"( kau ada dimana? )" Hani.

Jihan "( kenapa? )"

"( mari bertemu )" Hani.

HIRAETH : The lierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang