BAB 2|CMBK

159 13 0
                                    

Ku pandangi langit-langit kamar yang sekarang ku tempati. Setelah makan malam, aku hanya membantu mengelap meja saja, sebab Mbak Yaya yang membantu Tante Launa cuci piring.

Dari yang telingaku dengar tadi, Mbak Yaya ternyata jadi model skincare. Dia di kontrak perusahaan dari jepang, makanya tadi Tante Launa teriak kaget pas lihat Mbak Yaya datang.

Rumah Mbak Yaya sendiri tidak berubah. Rumahnya sama persis seperti terakhir kali aku lihat. Cuma halamannya sekarang di tumbuhi pohon hias.

Sebenarnya malam ini aku tuh harus siapin sketsa busana buat di launchingin di butik nya Tante Launa. Tapi tubuh ku tuh pegel banget, jadi kayaknya besok aja deh. Lagian aku masih punya dua sketsa cadangan.

Banyak yang tanya sama aku, kenapa sih tidak bikin butik sendiri?. Jawabannya, aku bakal bikin butik kalau Titi sudah wisuda. Lagian, aku mau kumpul dana dulu buat modal usaha. Biar tidak bergantung sama uang orang tua terus.

"Kayaknya aku mau stock air deh di kamar" Aku ini bicara sama siapa ya? Gak tau juga, cuma mau keluarin suara.

Aku menuruni tangga dan berjalan ke dapur. Rumah sudah sunyi, mungkin penghuninya sudah tidur semua, soalnya ini sudah jam 11 malam.

"Aaah leganyaaa" Ucapku setelah menenggak air dingin dari kulkas.

"Eh astaghfirullah!" Ucap ku saat menutup pintu kulkas dan mendapati Mas Alan yang memandangku dengan tatapan.. em sinis?.

"M-mas Alan?"

Duh kan!. Gagap lagi. Ini mulut kenapa sih.

"Ngapain?" Tanya Mas Alan.

"Oh ini lagi minum"

"Minum air putih?"

"Iya" Ini orang nggak lihat aku lagi megang apa ya?, ini kan botol air mineral.

"Bikinin aku kopi"

"Kopi hitam?"

"Kopi hitam atau kopi susu?" Tanya ku.

"Kopi hitam, gulanya dikit aja"

Aku mengangguk dan bergegas membuatkannya kopi. Saat berbalik, tak lagi kudapati tubuh tegap lelaki itu.

Apa jangan-jangan tadi itu hantu yang tengah menyamar jadi Mas Alan ya?. Kok aku merinding sendiri.

Ku pandangi seisi dapur, dan tatapanku jatuh pada sosok lelaki yang tengah melukis di pinggir kolam renang. Tak lupa dengan rokok yang menyala di letakkan di pinggir asbak dekat Mas Alan duduk.

Langkah ku langsung menuju kolam tersebut. Aku tahu dari Mas Guntur jika Mas Alan sudah jadi arsitek sekitar tiga tahun belakangan ini.

Tapi kok aku bingung ya, melukis sama bikin sketsa bangunan itu beda kan?. Atau mungkin dia cuma meluangkan waktu untuk hobinya.

"Kopinya, Mas" Ucapku saat sudah berada di dekatnya.

"Taruh situ".

"Hah?" Jelas dong aku bingung, situ mana? Aku sungguh tidak tahu sebab dia tidak berbalik ke arahku sedikitpun.

Ku dengar Mas Alan berdecak, lalu berbalik ke arahku "Taruh di situ" Tunjuknya menggunakan dagu.

Oh sekarang aku paham. Maksudnya di taruh di atas meja kecil yang berisi kue sus. Kalau bilang dari tadi kan, aku jadi paham.

"Mau kemana?" Tanya nya.

Aku yang awalnya akan masuk kembali berbalik. Aku sungguh canggung di dekatnya, aku ini tipikal wanita yang gampang tersinggung apalagi dengan MAS MANTAN.

"Kenapa ya, Mas?" Tanya ku.

"Udah cocok" Ucapnya.

Lagi, lagi. Aku bingung atas ucapannya. Masalahnya otakku yang hanya 500 mb ini harus berhadapan dengan dia, yang omongannya tak bisa otakku tebak.

CMBK: Cinta Mantan Belum KelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang