Kakak 9 " Kok Fikri lama banget?"

67 5 0
                                    

Setibanya di rumah Tante Ririn, Fikri sedikit terkejut. Ada banyak mobil yang terparkir di depan rumah. Terus lagi, sandal dan sepatu berserakan beda-beda model dan ukuran. Dan juga anak-anak kecil yang asyik bermain di teras. "Lah? Sejak kapan Tante Ririn punya bocil?", tanya Fikri membatin.

Tak ingin berlama-lama disana, Fikri pun langsung menghubungi Mamanya. Dan dengan cepat Mamanya mengangkat panggilan itu.

"Gimana Fik?" Tanya Mama dengan backsound suara ibu-ibu rumpi sambil ketawa-tawa.

"Gimana apanya? Fikri udah nyampe di depan rumah Tante Ririn, nih.." jawabnya terus terang.

"Oh! Udah.. yaudah tunggu bentar.. Mama keluar nih.."

"Emang ada acara apaan sih?" Tanya Fikri penasaran.

"Oh itu! Arisan sama temen-temen SMEA.. Mama sama Tante Ririn kan satu SMEA dulu.."

"SMEA?"

Tut..Tut..Tut.. lagi-lagi asal memutus panggilan. Fikri pun menghela nafas pasrah sambil mengembalikan ponselnya kedalam saku.

"Nah.. itu anaknya.." tiba-tiba suara Mama terdengar lantang dari kejauhan. Ternyata Mama mengajak Tante Ririn sampai depan gerbang. Apa hanya untuk memamerkan Fikri?

"Wah! Iya udah gede.. gantengnya..." Kata Tante Ririn antusias.

Mama dan Tante Ririn melangkah beriringan menuju pemuda yang sedang duduk di atas motornya itu. Menyadari kedatangan keduanya, Fikri pun bangkit dari motornya dan menyalami Tante Ririn. "Aih.. sopan banget si perjaka.." puji Tante Ririn membuat Fikri merasa agak senang.

"Ahaha! Iyalah.. anak siapa dulu?.." kata Mama dengan bangganya.

"Hahaha.. bisa ae bunda Sarah.." sahut Tante Ririn. "Eh Fikri! Kamu udah punya pacar belum?" Tanya Tante Ririn menggoda Fikri.

"Haha.. belum Tante.." jawab Fikri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Mama Pun sontak menepuk pundak Fikri sambil berkata, "ih! Ada atuh.. si 'calon mantu' yang telponan sama saya tadi.."

Fikri pun terkejut dan spontan berkata "apaan sih ma?.."

Mamanya nampak tak peduli, ia terus mengoceh panjang lebar mengenai kesepakatannya dengan Tante Yuni (mamanya Sabella) untuk menjodohkan mereka dari kecil. Mama sampai memuji-muji gadis itu dengan berkata, "tuh cewek mah, cantik bener.. baik.. ramah gitu.."

"Ah.. cocok banget itu mah.." komentar Tante Ririn.

Fikri tak percaya masalahnya jadi semakin rumit, ia pun mengotak-atik ponselnya sampai terdengar suara nada dering, lalu mematikannya kembali seolah ada yang menelepon.

"Halo Van, ngapain?" Kata Fikri berpura-pura mengangkat panggilan.

Mama dan Tante Ririn pun kompak terdiam dengan aspek heran.

"Oh! PS.. iya.. iya.. OTW!" Kata Fikri, lalu bertingkah seolah mematikan panggilan dan meletakkan kembali ponselnya kedalam saku jaket.

"Ma.. PS!" Kata Fikri sambil menaiki motornya. "Fikri pergi dulu ya.." sambungnya dengan mesin motor yang mulai menyala.

"Eh! Enak aja!" Seru Mama spontan. "Mama minta kamu kesini, buat jemput Mama!" Sambungnya tidak terima.

Fikri pun menghela nafas sambil berkata, "makanya ma! Ayo pulang!"

"He.. iya.. iya.." jawab Mama disertai cengiran skatmat. Lalu menoleh ke arah Tante Ririn sambil berkata, "Yaudah Rin, saya pulang dulu ya..."

"Oh, iya.. iya.. punten atuh.." ucap Tante Ririn sambil mengangguk-angguk dan memberi isyarat dipersilahkan.

...

Di rumah, Amalia melihat jam di layar ponselnya sesaat. Lalu bergumam, "kok Fikri lama banget? Ngapain aja dia?"

Tiba-tiba saja dia teringat ekspresi Fikri saat ia memberinya selembar gocengan saja untuk membeli jus. "Jangan-jangan dia ngambek?!", tanyanya bermonolog. "Tapi kan itu emang duit terakhir gue!, sambungnya seolah membela diri.

Tak disangka, karena memikirkan itu Amalia jadi merasa kalau dia harus menemukan uang lain sebagai upah jalan Fikri. Ia pun mulai merogoh-rogoh ranselnya, ia sungguh nampak seperti maling di kamarnya sendiri.

"Hah!!" Tukasnya saat merasa telah mendapatkan selembar kertas yang dia pikir pasti uang. Ia lalu mengeluarkannya dengan penuh sukacita. Namun dengan cepat ia harus kecewa, karena selembaran itu ternyata bukan uang. "Yah? Cuma kertas.. pasti udah lama didalem tas gue.. makanya rasanya kek megang lembaran duit busuk!" Gumamnya kesal.

Mereka penasaran dengan isi kertas lama yang terlipat itu, ia pun segera membukanya. Dan betapa herannya dia, saat mendapati isi kertas itu. "Nomor telepon?" Tanyanya bermonolog kembali.

"Sabella, Devano, Randa.." katanya sambil membaca nama-nama yang tertulis di kertas itu. "Ini mah, nama temen-temennya Fikri! Kok ada di tas gue?!" Sambungnya sambil menerka-nerka sendiri.

"Hah?! Jangan-jangan waktu itu!!" Serunya spontan dengan raut seolah baru mengingat sesuatu.

...

To be continued _

KAKAK ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang