Kasi berjalan di lorong kampus, sesekali menatap arlojinya yang mengiasi pergelangan tangan. Sudah menunjukan jam 16.12 dan ia masih belum melihat Jirat keluar dari ruangan teater. Kasi menghampiri ruangan tersebut yang tidak jauh dari lorong itu. Menghampiri jendela dan menatap begitu gelap ruangan tersebut, tapi Kasi dapat mendengar dengan jelas suara gema dari beberapa orang yang berakting.
"Hei?"
Kasi melonjak, badannya langsung menghadap seseorang yang membuat jantungnya berdegup kencang.
"Astaga Phi, bisa lebih santai ga sih." Wajah Kasih merengut, orang yang membuat dirinya kaget terkekeh.
"Kamu lagi nyari siapa deh? Kalau mau masuk masuk aja sini."
Ide yang bagus pikir Kasi, dari pada menunggu di luar yang ada dia malah ditemani rasa sepi. Kasi mengangguk, menyetujui ajakan Kak Jimmy, ketua dari UKM teater tersebut.
"Aku sebenarnya lagi nunggu Jirat, kebetulan mau nginep di rumahnya."
Jimmy mengangguk, memahami posisi Kasi bahwa mereka sudah cukup dekat bahkan lebih dekat, jadi sudah tak heran lagi.
"Yaudah ayo masuk," Jimmy membuka pintu tersebut, mempersilahkan Kasi untuk masuk ke dalam.
Tentu saja orang-orang yang sedang beristirahat karena selesai latihan tadi langsung menatap ke arah pintu. Jirat yang melihat kalau Jimmy membawa Kasi langsung berdiri dan menghampirinya.
Tentang Jimmy, ia adalah senior Jirat dan Kasi. Terpaut 2 tahun usianya yang mana saat ini dia berusia 25 tahun. Dia adalah ketua teater, sudah memimpin UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) tersebut selama 1 tahun 4 bulan. Ia adalah anak rantau, keluarganya berada di desa yang cukup jauh dari Bangkok. Namun, dengan begitu keluarga Jimmy sangatlah terpandang, ayahnya adalah pemimpin desa. Jimmy juga memiliki adik perempuan.
"Loh kok kamu masi di kampus?" Kasi tertegun ketika Jirat langsung bertanya setelah ia sampai dihadapan keduanya.
"Eh aku kan nunggu kamu..." jawab Kasi, masih tak enak dengan kehadiran Jimmy sebenarnya.
Jimmy yang tau ada rasa canggung dari keduanya nampak menepuk bahu Jirat.
"Tadi dia nunggu di luar, Phi ajak aja kedalam. Kalau begitu Phi tinggal dulu ya, kalau kamu mau pulang, pulang aja lagian latihannya sudah selesai."
Jimmy menatap Kasi, memberi kode bahwa dia mau berkumpul dengan yang lainnya. Jirat yang mendapatkan kesempatan untuk pulang lebih dulu langsung menarik Kasi keluar dari ruangan.
"Kamu makan dua jam lebih kah? Atau kamu sengaja nungguin aku? Katanya nunggu aku 30 menit aja."
"Pelan-pelan dong nanyanya." Kasi terkekeh, tangan mereka masih bertaut dan berjalan secara beriringan.
"Aku mau nginep di rumah kamu boleh?" Jirat yang mendengar itu kembali menatap Kasi.
"Bukan maksud apa-apa, tapi aku ngerasa kesepian aja kalau di rumah."
Jirat mengangguk setuju, "ya gapapa kalau kamu mau nginep, gak ada yang keberatan kok."
Kasi tersenyum, ia mengambil sesuatu di saku tasnya.
"Ini kartu kamu, aku cuma makan dikit aja. Rasanya gak nafsu."
Jirat mengambil kartunya, lalu kembali memperhatikan Kasi.
"Kamu gak ngerasa sakit kan? Udah minum obat belum."
Kasi tersenyum, ia dapat melihat gestur khawatir dari mimik wajahnya Jirat.
"Serius aku gak ngerasa sakit jauh-jauh ini, minum obat pun gak pernah telat."
Jirat menarik nafas lega, ia mengusak rambut Kasi. Membuat Kasi sedikit merengut. Tanpa Jirat ketahui ada hati yang berteriak sangat senang. Kasi kembali jatuh cinta ...
Bagian empat, selesai....
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORASI; forcebook
FanfictionAdorasi: pengorbanan. Sesuatu hadir ditengah-tengah mereka. Perjalanan yang tak mulus selalu datang bak tamu tak diundang. Kasidet hanyalah sebuah nama seseorang yang tersimpan dihati seorang bernama Jirat. Hurt/bxb: penulis senang menyakiti diri.