Adorasi; kelima.

197 21 2
                                    

Hari minggu dimana semua orang berhenti beraktivitas seperti kehidupan orang dewasa pada umumnya. Tanggal merah adalah tanggal yang ditunggu-tunggu tepat di rumah besar bernuansa putih dan elegan itu Jirat tengah memandang seseorang yang masih terlelap dalam tidurnya.

Kasi, teman masa kecilnya itu memang membuktikan ucapannya. Berkata bahwa ia ingin menginap bukanlah sekedar hal yang keluar dari mulutnya. Tetapi juga memang sudah menjadi kebiasaan.

"Kasi bangun dong, sarapan dulu."

Jirat menepuk pipi Kasi perlahan, temannya itu terlelap begitu nyenyak seolah tidak pernah tertidur begitu lelapnya. Jirat yang melihat itu menarik nafas, sepertinya temannya itu jarang tertidur seperti itu sehingga jika ada waktu yang pas dia akan menghabiskan waktu dengan tidur.

Jirat menyerah, ia akan membangunkan Kasi 30 menit berikutnya, jadi dia kembali keluar dari kamar yang Kasi tempati menuju meja makan. Bukan untuk sarapan bersama keluarganya, ia hanya berniat untuk mengobrol dengan kedua orang tuanya, jika makan maka dia akan menunggu supaya makan berdua dengan Kasi, lagi-lagi orang tua Jirat maklum dengan putranya itu.

 Bukan untuk sarapan bersama keluarganya, ia hanya berniat untuk mengobrol dengan kedua orang tuanya, jika makan maka dia akan menunggu supaya makan berdua dengan Kasi, lagi-lagi orang tua Jirat maklum dengan putranya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jirat, ayah lihat di luar tadi sepertinya keluarga Kasi telah pulang dari luar negerinya."

Jirat menatap sang ayah, sedikit terkejut dengan pernyataan ayahnya itu.

"Benarkah? Lalu mengapa mereka tidak menelpon kita untuk bertanya Kasi di mana?"

Kedua orang tua Jirat melenguh, Ibu Jirat melirik ke atas, menatap pintu kamar tempat Kasi beristirahat.

"Sepertinya mereka masih tak memperdulikannya."

Jirat memijat kepalanya, "mereka ini kenapa sih...," tak terima jika teman kecilnya itu tak di perdulikan sama sekali oleh keluarganya.

"Sudahlah jirat, sekarang Ayah dan Ibu mohon padamu untuk selalu menjaga Kasi ya? Dia tak punya siapa-siapa kecuali kita."

Jirat mengangguk dengan pasti, sudah lama sekali dia bersama Kasi. Bahkan, Kasi tak begitu banyak merepotkannya.

"Ya sudah Ayah dan Ibu sudah selesai sarapan, nanti ajak Kasi untuk sarapan ya. Kami harus segera pergi."

Lagi-lagi Jirat mengangguk, membiarkan orang tuanya pergi untuk pekerjaan bisnis. Jira melirik ke atas ketika melihat pintu kamar terbuka. Ia berdiri, menghampiri Kasi yang terlihat masih linglung.

"Aduh kamu bangun langsung ya?"

Kasi memijat kepalanya, rasa pusing seketika melanda dirinya sekaligus penglihatan yang menjadi gelap.

"Udah dibilang kalau bangun tuh pelan-pelan aja," omel Jirat.

Kasi yang sudah agak mendingan terkekeh, ia mampu melihat Jirat dengan baik sekarang.

Kasi yang sudah agak mendingan terkekeh, ia mampu melihat Jirat dengan baik sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku lapar hehe—" Jirat menepuk kening Kasi. Lalu mempersilahkan temannya itu untuk turun dan makan bersama.

"Loh kamu belum makan?" Lanjut Kasi setelah dirinya sampai di meja makan dan sebagai jawabannya Jirat hanya mengangguk.

Pemilik rumah sekaligus temannya itu menyiapkan makanan di atas piring Kasi. Dengan talenta menaruh lauk-pauk supaya temannya itu makan dengan banyak.

Lantas Kasi menganga dibuatnya, "Oi, aku tak banyak makan. Ini kamu kok kasih banyak banget, mau buat aku gendut kah?"

Jirat yang mendengar itu hanya terkekeh, "makan aja sih ga perlu protes."

Pasrah dibuatnya, Kasi dan Jirat makan dengan lahap. Sesekali Kasi memperhatikan Jirat. Sedikit bersyukur karena dirinya bisa memiliki teman seperhatian — seperti Jirat.

Kalau saja Kasi bisa dengan berani mengatakan kalau ia sudah menaruh rasa, mungkin saat pertama merasakan debaran dia akan langsung jujur pada Jirat. Tapi, sekali lagi Kasi tak berani ..., takut mengambil resiko bahwa Jirat akan membencinya karena setau Kasi, Jirat hanya menyukai seorang wanita. Jadi untuk sekarang, Kasi akan mensyukuri karena sudah diberikan sosok seperti Jirat dikehidupannya yang tak lama lagi.

Dan Jirat tak mengetahui semuanya.

Bagian kelima selesai....

ADORASI; forcebookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang