Tentang Aku

707 21 0
                                    

Memiliki Mingyu dalam hidupku adalah sebuah kebahagian dan anugerah yang sangat-sangat aku syukuri. Seperti semesta tidak membiarkanku begitu saja melepaskan semua usahanya di waktu itu. Semua usahanya yang selalu aku anggap candaan berhasil membuatku sadar jika perasaannya benar dan nyata.

'Terima kasih Mingyu karena tidak menyerah padaku,' aku menatap dia yang sedang mengantri di kedai jus, aku menunggunya di salah satu bangku taman. Hari ini kami berjalan-jalan di taman kota setelah dia pulang dari tugas luar kotanya seminggu ini.

"Terima kasih," aku menerima minuman berwarna merah muda itu dari tangan kanannya. "Habis ini kita kemana ya, Gu?" tanyaku karena dari tadi kami terdiam cukup lama.

"Nonton film mau nggak?" tawarnya sambil mengeluarkan ponselnya dari saku, mencoba melihat rekomendasi film yang bisa ditonton.

"Lagi nggak ada yang seru buat ditonton tau, Gu. Kalau jalan-jalan ke sana mau nggak? Aku lihat di sosmed ada bazar makanannya,"

"Yaudah ayo," Mingyu berdiri lebih dulu, namun entah kenapa aku merasa jika dia lebih banyak diam. Bukan cuma kali ini, sebelum ini juga beberapa kali dia terlihat kurang antusias dengan kegiatan yang kami lakukan. Aku membuang pikiran burukku jauh-jauh dan segera mengikuti langkahnya.

"Igu langsung pulang ya, Mini. Salam aja buat Bunda," ucapnya saat kami baru sampai di depan rumahku. Bahkan aku belum selesai melepaskan seatbelt, aku melihat ke arahnya dan dia mengatakannya bahkan tanpa melihat ke arahku.

"Iya nggak apa-apa, nanti aku salamin. Kamu pulangnya hati-hati ya, kabarin kalau sudah sampai," jawabku langsung turun dari mobil. Setelah aku berbalik badan mobil itu sudah meninggalkan halaman depan rumahku.

Setelah selesai bersih-bersih, ku raih ponselku untuk melihat apakah Mingyu sudah sampai rumah atau belum. Ada sebuah pesan di sana darinya, dia sudah sampai. Namun ketika aku membalas pesannya dia tidak membalasnya lagi. Mungkin sudah tidur pikirku. Aku tidak ingin menggabungkan kolasi pikiran buruk ini.

Selama weekday kemarin kami tidak bertemu, tempat kerja kami memang berbeda namun alasan kami tidak bisa bertemu karena Mingyu sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku meminta ijin untuk menghampirinya namun dia bilang tidak perlu dan menjanjikan jalan-jalan di akhir pekan.

"Lo kenapa deh Seok? Mukanya kusut banget perasaan presentasi lo di depan client tadi bagus dipuji boss pula," tanya Seungkwan, rekan satu kantorku.

"Dulu lo sebelum jadian sama pacar adek-adekan lo itu siapa yang suka duluan, Kwan?"

"Kenapa tiba-tiba nanyain tentang gue? Di sini yang lagi kelihatan nggak baik-baik aja tuh lo,"

"Iya makanya ini gue tanya ke lo,"

"Oke oke... Gue yang suka duluan, gue yang usaha duluan buat dapetin dia sampai akhirnya dia mau gue ajak pacaran,"

"Terus setelah lo jadian perasaan lo gimana? Ada yang berubah nggak?"

"Maksudnya semacam lost spark? Atau malah jadi makin cinta?"

'Lost spark?' aku nggak dapat kata yang bisa gambarin apa yang lagi aku rasakan sampai saat ini Seungkwan mengatakannya. Mungkinkah Mingyu begitu?

"Jadi ada apa sama Mingyu? Dia lost spark atau dia..."

"Dia kenapa?" kenapa kalimat Seungkwan menggantung seperti itu.

"Lo tau lah the bad thing ketika lo mulai mempertanyakan tentang sesuatu dari pasangan lo, jadi Mingyu kenapa?"

"Oh... kalau ke arah sana gue bener-bener nggak kepikiran sama sekali untuk sekarang. Tapi gue takut kalau dia lost spark. Beberapa kali sempet keluar bareng tapi dia nggak ada antusiasnya sama sekali, padahal dia yang setuju sama ajakan gue. Gue masih lihat senyumnya dia tapi ada beberapa saat senyumnya itu hilang,"

[GYUSEOK] - MinPlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang