Berjarak

7 1 0
                                    

Aku tak ingat mengapa dan sejak kapan. Bisakah diantara kita memberi sebuah jawaban pasti alasan kenapa kita berjarak seperti sekarang? Padahal dulu kita bisa sedekat nadi.

Masih teringat bagaimana bagaimana kita tertawa bersama? Padahal kita hanya bertatapan dan tak ada alasan khusus kita tertawa. Tak perlu candaan lucu dan tidak memerlukan kejadian memalukan. Cukup dengan kontak mata diantara kita. Kita bisa tertawa sampai perut terasa perih.

Kita dulu membagikan bagaimana luka kita. Luka yang tak ingin kita tunjukan ke banyak orang. Saat tetesan air mataku menjadi tawamu yang akhirnya menular padaku. Membuatku lupa alasan aku menitikkan air mata. Kita juga pernah berurai air mata karena hal yang konyol dan kekanakan.

Saat aku tak percaya diri, kamu memujiku dengan tulus. Itu membuatku percaya diriku membaik. Kalimat yang keluar dari mulutmu waktu itu tak pernah bisa kulupakan. Apakah kamu masih bisa mengucapkan itu sekarang?
Kita berjalan bersisian. Begitu dekat sampai waktu yang berjalan memberi kita jarak. Aku mulai lupa kapan terakhir kita berbicara. Lupa apa percakapan terakhir kita. Ingatan tentang ekspresi seperti apa yang kamu tunjukkan saat kita bertukar kata dan rasa itu mulai samar. Aku juga lupa kapan terakhir kita duduk bersisian bahkan berdiri berhadapan.

Sejak kapan kita menjadi seasing ini? Sulit mengusir rasa canggung untuk memulai percakapan lebih dulu. Perasaan menyenangkan dan nyaman mulai hilang diantara kita. Ingin kutepuk bahumu untuk dan mulai tertawa seperti orang bodoh. Itu sudah tak mungkin kita lakukan. Sekali lagi itu tak mungkin.
Kenyataan membuatku tersadar bahwa itu akan berbeda. Baik aku juga tak siap dengan perbedaan yang terjadi diantara kita. Kita sudah tak lagi seirama. Aku yang sekarang orang berbeda begitu juga denganmu.

Sekali lagi kucari jawaban. Namun, lagi-lagi tak ada jawaban yang pasti. Kita tak bertengkar di akhir pertemuan kita. Semuanya terasa normal sampai perlahan kamu tak ada di sisiku. Begitu juga denganku yang tak ada di sisimu.
Apakah ini semua karena kita dewasa? Kita mulai tertawa akan hal yang berbeda. Gelisah akan hal yang berbeda. Tangisan kita juga dengan alasan yang berbeda.

Hai kamu! Aku merindukanmu! Entah di mana tempatku sekarang dihatimu. Mungkin, orang lain memiliki tempat yang lebih penting daripada aku yang dulu.

Kepada angin yang berhembus lembut. Bisakah kau sampaikan padanya. Apapun yang terjadi siapapun dia yang sekarang atau dimasa depan, bagaimana keadaannya, dia tetap menjadi orang yang berharga bagiku. Dia tetap menjadi penting untukku. Jika membutuhkanku atau merindukanku secara tiba-tiba, temui aku. Aku akan menerima sekacau apapun keadaannya.

Sekali lagi, aku merindukanmu.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
#YangAbadidalamKata
#EventSenandikaWMM
Day1

Kalimat yang tak sempat kuucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang