Touch

1 0 0
                                    

Touch

Entah sudah keberapa kali aku menangis. Aku menatap lagi surat yang ditinggal salah satu orang yang paling berharga bagiku di dunia ini. Aku tak tahu akan sampai kapan menangisinya. Perasaanku kacau setiap kali mengingatnya. Perasaan kesepian, kehilangan, penyesalan, dan pedih.

Dia adalah sahabatku yang selalu menemaniku. Kami sering bermain bersama dan berbagi kesedihan bersama. Dia adalah sahabat yang sering bersamaku, dan dia tidak ada di sekitarku.

Sahabatku merupakan suatu eksistensi yang mengusir perasaan negatifku bernama kesepian. Dia sangat berharga bagiku. Saat dia tidak bisa kuraih, rasanya seperti ada sebagian dari diriku yang hilang.

Sebagai sahabatnya, aku adalah orang yang berusaha memberikan segalanya. Namun, mungkin aku memiliki penyesalan yang mendalam karena tidak memberikan satu hal kepadanya, yaitu sentuhan. Aku adalah orang yang tak pernah memeluknya.

Saat dia sedih bahkan menangis, aku hanya merangkulnya. Aku jarang menyentuh tangannya. Aku benar-benar tak peka.

Aku tumbuh di keluarga yang memiliki gengsi tinggi. Jarang bagiku diajari untuk memberikan pernyataan cinta, mengucapkan maaf, dan memberikan terima kasih. Tanpa sadar hatiku mendingin untuk peka betapa butuhnya manusia akan kata-kata itu. Apalagi sentuhan teruntuk orang-orang yang kusayangi.

Stela di dalam five feet appart mengatakan bahwa sentuhan adalah adalah cara pertama bagi manusia untuk berkomunikasi. Saat bayi lahir, hal yang membuat dia tahu bahwa ibunya menyayanginya adalah sentuhan. Tanpa kita sadari, sentuhan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, apalagi saat dia berada dititik terendahnya.

Sentuhan dapat menyebarkan energi positif, menunjukkan bentuk dukungan, dan menenangkan seseorang. Sebagai seorang sahabat, aku hanya bisa berbicara padanya. Baru kusadari mungkin di dalam hatinya ada setitik rasa muak karena perasaanku terasa omong kosong.

Mungkin akan berbeda ceritanya jika aku memeluknya saat menangis. Ada kemungkinan dia tidak akan menyerah dalam menghadapi penyakitnya yang membuatnya pergi selamanya dari dunia ini. Dia mungkin berlari ke halaman rumahku dan memanggil namaku untuk keluar rumah dan bermain. Atau mungkin dia akan tiba-tiba masuk ke kamarku dan mengeluhkan tugasnya yang menumpuk. Kemungkinan dia juga akan memberi salam kepada ibuku ddengan nada keras dan mulai membicarakan aku yang tidak belajar.

Ada banyak kemungkinan yang terjadi jika saja aku mau meruntuhkan egoku untuk mulai menggenggam tangannya, menepuk kepalanya, memberikan rangkulan yang kebih intim, dan memeluknya dengan erat. Air mataku kembali mengalir setiap semua penyesalan itu datang. Pedih di hatiku yang tak akan mau kusembuhkan ini. Ini akan menjadi penyesalanku selamanya.

Kepada sahabatku yang terbaik di dunia ini, aku akan menanggung segala penyesalanku ini seumur hidupku. Ini semua menjadi pembelajaran bagiku agar tak lagi menjadi orang yang gengsi. Aku juga tak mau merasakan penyesalan dan kehilangan secara bersamaan. Apa yang kulakukan ini adalah hukuman atas dosa karena tidak menjadi teman yang pengertian.

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

#YangAbadidalamKata #EventSenandikaWMM #Day5


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kalimat yang tak sempat kuucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang