Bertemu Dalam Hujan🍓

474 56 14
                                    

Kata-kata itu muncul secara spontan. Namun, setelah sadar aku tidak menyesalinya.

-Renza


Sore ini, wilayah kota di guyur oleh hujan deras di sertai dengan gemuruh langit yang seolah-olah tengah lapar dan ingin memakan seseorang.

Bening baru saja keluar dari apotek setelah membeli obat.

"Huftt, dingin banget," Gumam Bening sembari memeluk dirinya sendiri.

"Hujannya makin deres aja di banding waktu Ningie baru kesini. Hmm, Ningie ngga yakin berani ngelewatin jalan serem itu...."

Bening menoleh ke jalanan sepi yang akan ia lewati menuju rumah. Wajahnya terlihat ketakutan.

Dengan ragu ragu, Bening mengambil payung miliknya yang terdapat gambar strawberry besar di tengah payung.

"Ayo Ningie, kamu pasti bisa!" Yakinnya pada diri sendiri. Kaki Bening mulai melangkah pergi dari apotek berjalan melewati jalanan sepi dengan hutan di sebalah kanan dan kirinya.

Beberapa kali Bening menoleh ke sekitarnya memastikan bahwa tidak ada hantu di belakang atau sampingnya.

Kok perasaan jalanannya panjang banget, ya? Ihh, ngga belok belok, sih!

Pikiran Bening mulai kacau saat rasa takutnya semakin besar. Ia ingin berlari agar cepat sampai, namun tidak bisa karena dada Bening mulai sesak akibat penyakitnya.

Okei, Ningie. Calm down, jangan panik. Nanti kamu jadi makin sesak....

Bening mencoba tenang. Kedua tangannya memeluk gagang payung seolah-olah payung itu adalah boneka kesayangannya.

Tiba tiba saja, Bening mendengar suara tangisan seseorang. Yang pertama terlintas di otaknya adalah hantu. Ya, Bening pikir itu adalah suara hantu.

Bening berkeringat dingin. Baru saja ia akan mencoba tenang, namun ia sudah harus di hadapkan dengan cobaan sore suram ini.

Bening mempercepat langkahnya. Dan, semakin Bening berjalan ke depan, semakin jelas pula suara tangisan tersebut. Hingga, Bening melihat ada seorang pria yang tengah duduk dengan menutupi wajahnya di sebuah batu besar, tepi jalan. Ada motor merah di samping pria itu.

Heh, siapa itu?! Kok malah hujan hujanan, aneh. Batin Bening heran.

"Samperin ngga, ya?"

Bening ragu-ragu untuk berjalan mendekat ke arah pria tersebut. Tapi, kakinya tak bisa bohong karena sekarang dirinya tengah dalam perjalanan mendekati sang pria.

"Aduh, Ningie! Kenapa malah beneran si samperin, sih!" Ujar Bening dengan nada rendah.

Kakinya terus melanhkah maju ke arah pria tersebut hingga ia sadar bahwa si pria tidak asing baginya.

Eh? Kok perawakannya kaya Kak Renza, ya? Jangan-jangan Kak Renza! Eh, kali aja bukan, sih. Tapi!

Tangan Bening Reflek memajukan payungnya agar pria tersebut tidak kehujanan. Pria tersebut mendongak saat merasa tidak ada lagi air yang menetes membasahi bajunya.

Seketika itu, Bening reflek berteriak, "Kak Renza?!"

Mata Renza merah dengan air mata yang masih tersisa di sana. Hidungnya juga merah, serta bibirnya yang bergetar saat menatap wajah Bening.

"Kak Renza ngapain di sini? Hujan-hujanan lagi!"

Renza menarik Bening ke dalam pelukannya lalu tanpa menjelaskan apa pun Renza kembali menangis.

Strawberry Love || RENNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang