THE PAST

177 19 7
                                        

Tepat sang surya berada di lautan barat, Lelaki tinggi itu membuka helm hitamnya dan masuk kerumah besar dan sepinya. Hanya ada dia dan pak Abdul, satpam.

"Den.." Pak Abdul memanggil Haren saat ia melewati ruang satpam.

Haren berhenti melangkah, menoleh ke satpam rumahnya.

"Pak Indra, udah pulang den."

Haren tampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh pak Abdul. "Kakek pulang pak?"

"Iya den, tadi siang. Diantar sama dokter Fariz."

Haren terdiam sejenak. "Oke, makasih pak."

"Sama-sama Den." Kata Pak Abdul mengangguk. Haren berjalan mendekati pintu
rumahnya. Dia menghela nafas sebelum membuka pintu.

Baru saja Haren membuka pintu, tampak seseorang berjarak beberapa senti dari nya, Indra sudah berdiri di ruang tamu.

"Kek?"

"Tumben kamu pulang cepat nak? Enggak pulang malam?"

Haren menutup pintu. Mengulum bibirnya.
"Agak capek aja."

"Oh?" Indra tertawa. "Cucu kakek bisa capek juga?"

"Haren juga Manusia kek...." Kata Haren

Indra tertawa mendekati Haren. Lalu menepuk-nepuk bahu Haren. "Capek? Kamu enggak bikin keributan lagi kan Ren? Kakek dengar semalam kamu dan teman-teman kamu tawuran sama 01 lagi?"

"Kita juga bergerak karena mereka duluan pake ngeroyok anak kelas 10."

"Haren.." Indra mengulum bibir. "Haren..Kakek selalu ajarkan jangan pernah membalas dengan hal yang sama seperti yang mereka lakukan Haren."

Indra menatap mata Haren yang tak balik melihat wajah Indra.

Indra tau, dia juga tak ada gunanya berbicara seperti ini pada Haren. Dia kenal cucunya. Haren yang keras kepala, Haren yang tidak bisa dilarang dan Haren yang jika diserang maka akan menyerang balik lebih kejam.

"Kakek enggak mau masa lalu terulang lagi Ren..."

Perkataan Indra mencelos hati Haren. Seketika sekelebatan ingatan itu menyerang pikirannya. Tubuhnya mendadak kebas saat masa lalu itu terputar di kepalanya. Ingatan tentang malam hari di alun alun itu.

Rahang Haren mengeras.

"Justru Haren enggak mau masa lalu juga kembali terulang kek! Haren ga akan ngebiarin siapa pun MATI lagi."

Haren bergeming saat mengucapkan kata Mati.

Penyesalan dan keterpurukan kembali mengurung Haren. Dirinya seperti ditimpa batu besar entah dari mana. Dadanya dipenuhi rasa marah terhadap dirinya sendiri.

Indra bisa melihat semua itu dari netra Haren. Mata anak itu dipenuhi rasa sakit, dendam dan penyesalan.

"Maaf Haren, bukan begitu maksudnya Kakek. Kakek paham kamu mau melindungi orang-orang yang kamu sayangi. " Indra terdiam sejenak. " tapi Ingat Haren, terlalu mencintai dan menyayangi seseorang juga dapat membunuhnya..."

"Kakek cuma mau kamu jangan membalas kekerasan dengan kekerasan juga-"

"Enggak bisa!" Suara Haren menggema.

"Setiap malam, setiap detik, setiap hari! Haren selalu ingat gimana tubuh Haikal kaku bersimbah darah! Dan orang yang buat Haikal kayak gitu bahkan masih hidup tenang di sana! Dia masih menikmati hidupnya dengan tenang ketika dia baru aja mengakhiri hidup seseorang!"

Indra terdiam.

"Dan sekarang apa? Karena dia belum MATI juga atau setidaknya mendekam di balik sel besi, dia masih nyerang dan merusak segalanya! SIAPA LAGI YANG MAU DIBUAT MATI KARENA ARGA SIALAN ITU? JUNA? JAEGAR?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AIGROS-ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang