PROLOG

264 22 2
                                        

Suara deru mesin motor yang memanas terdengar di alun-alun Jakarta malam itu, perkelahian tak dapat dihindari. Semua bak kesetanan saling memukul hingga babak belur.

Masyarakat disana enggan mau menghentikan aksi war antara dua Geng motor ini, takut terkena imbas.

Sirine mobil polisi terdengar dari kejauhan, membuat sebagian orang-orang disana berhamburan menyelamatkan diri masing-masing.

" GW BILANG BERHENTI SEKARANG ATAU LO BAKALAN INGAT APA YANG GW LAKUIN KE LO SELANJUTNYA!"

Ditengah darah yang bercucuran dari pelipisnya, ia masih tangguh melindungi anggotanya.

" hah? Apa yang bakal lo lakuin? Nyerang balik? Lo hancurin markas kita? "

" kalo lo punya dendam sama gw, maju kedepan gw, bukan ngeroyok gini anjing! Sampah banget cara lo."

" Bang, Jaegar bang..."

Mendadak tubuhnya bergetar melihat tubuh yang sudah bersimbah darah dimana-mana.

"Haikal...juga..."

Ditambah lagi sesosok orang yang paling dicintai nya pun ikut bersimbah tak berdaya, berada di pangkuan Shaka.

" alah drama banget! "

Kepalang gelap mata, Haren maju membawa pisau yang saat itu entah milik siapa tergeletak di aspal yang tersiram darah dimana-mana.

"Bang Haren jangan!" Devan menahan tubuh Haren.

"Lepasin, bajingan itu harus mati Van! "

" jangan gelap mata bang, bisa jadi bukan dia yang bunuh Haikal."

" HAIKAL! ADIK GW VAN! SIAPA LAGI PELAKUNYA KALAU BUKAN DIA! "

"Bawa Haren ke rumah sakit lebih penting Bang! Polisi juga udah datang kemari!" Semua menatap Haren, Haren benar-benar frustrasi.

" Bang Dev, mobil udah siap!" Sena dan Juna datang tergopoh-gopoh.

Mendadak tubuh Haren ambruk, untung ditangkap oleh Devan.

Pandangannya buram, dia belum mau ambruk, dia harus menghabisi orang itu. Namun luka di kepalanya sudah parah, dan akhirnya ia menutup mata.

Namun, pandangan terakhir yang ia lihat adalah, tubuh adiknya Haikal dan Jaegar yang tergeletak.

"WOI POLISI WOYY!! CABUT! CABUT!!"

Seperti disapu air, alun-alun itu akhirnya sepi, ditinggalkan oleh dua Gang sekolah.

"AH ANJING! LIAT AJA LO AIGROS!!"

....

Haren membuka matanya, ingatan pemandangan terakhir sebelum ia ambruk langsung menyerang nya.

" Haikal? Jaegar?"

" Bang tenang dulu." Suara Juna disebelah Haren. Terduduk di ranjang.

" Juna? Lo gapapa?"

Juna diam. " Gw gapapa bang, aman."

Haren turun dari ranjang nya.

"Bang lo gk boleh turun dari ranjang lo dulu-" belum sempat menyelesaikan omongannya, Haren menyibak selimut yang menutupi kaki Juna.

Pergelangan kaki kanan Juna diperban.

"Kenapa kaki lo?"

"Gapapa bang."

"Gw tanya kenapa kaki lo!"

" kaki Juna patah, sendinya rusak dan gk bisa disembuhin." Sena yang menjawab ketika masuk ke kamar inap Haren dan Juna.

Haren sesak, dia mundur beberapa langkah, minggu depan, minggu depan Juna akan ikut kompetisi Taekwondo nasional.

"Bang, gapapa gw, beneran." Kata Juna

Brak!

Haren memukul meja naskas besi disebelahnya.

" GAPAPA GIMANA? KOMPETISI LO JUN? ITU IMPIAN LO BUAT MENANG KAN?! SUPAYA BISA BAYAR PENGOBATAN IBU LO!!"

Juna diam. Memang benar.

" semuanya, semuanya hancur gara-gara gw."

" gk salah lo bang. " Sena berucap.

" gimana bukan salah gw, Juna, Jaegar Haikal...Haikal.. Haikal mana Sena?"

" Gw kesini mau ngajak abang ketemu Haikal."

"Haikal gapapa kan Sena?" Ucap Haren terbata, Sena diam tak ingin menjawab.

" iya bang dia gapapa, dia udah tenang. Udah gak sakit lagi." Sena keluar, dibelakangnya Haren mengikuti dengan langkah tersendat, Juna diam. Dia tau tidak akan ada gunanya mencegah Haren tau tentang keadaan Haikal.

Sena membawa Haren masuk ke ruang inap berjarak dua kamar dari ruangannya.

Ketika masuk, lagi-lagi nafas Haren memburu.

Jaegar berbaring dengan selang dimana-mana, selang pernfasan, selang yang menempel di dadanya. Matanya terpejam, seakan enggan terbuka.

"Jaegar...dia..kenapa Sena?"

" Jaegar koma, dia dapat pukulan keras di dadanya, organ bagian dadanya lebam di dalam."

Disebelah ranjang Jaegar, ada gorden putih yang memisahkan ranjang 1 dan 2. Haren menyibak nya kasar.

Kain putih itu menutupi sesosok tubuh kaku disana. Ragu Haren membukanya, takut, dia benar-benar takut.

Ketika tangannya sudah berani, ditariknya pelan kain putih itu. Memperlihatkan wajah seseorang yang paling dicintai dan dijaganya, Haikal.

 Memperlihatkan wajah seseorang yang paling dicintai dan dijaganya, Haikal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.......

Masih prolog udah mengsad😌👆

-Rey

AIGROS-ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang