Bab IV : Aku Akan

155 16 7
                                    

"Tidak apa-apa, Ayah. Aku  mengerti," Sabo menghela nafas sambil mencoba menenangkan situasi.

"Tidak! Jangan lakukan itu, Sabo!" Ace berteriak sekuat tenaga, masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman penculiknya namun sia-sia. Tubuhnya kecil dan dia tidak bisa mengalahkan orang dewasa.

Ace tidak pernah merasa begitu tidak berdaya sebelumnya. Sabo berada beberapa meter darinya namun dia tidak dapat menemukan cara untuk melarikan diri. Ini adalah skenario terburuk mereka karena mereka tidak pernah menyangka ayah Sabo akan membawanya pergi. Itu adalah Bluejam dari semua orang yang bisa dia pekerjakan untuk melakukan perbuatan itu. Dan kini, Ace dan Luffy terjepit di tanah, tak berdaya. Sabo mencoba bernegosiasi tetapi usahanya sia-sia.

Ace cukup mengenal Sabo. Dia tumbuh dalam keluarga yang rumit di mana orang tuanya lebih mencintai kekayaannya daripada putranya sendiri. Sabo menghargai Ace dan Luffy karena, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia diperlihatkan apa sebenarnya cinta itu.

"Aku akan melakukan apa yang kamu minta..." Sabo melanjutkan, memaksakan dirinya untuk mengucapkan kata-kata selanjutnya. "Hanya saja, jangan sakiti keduanya. Hanya itu yang aku minta. Tolong, mereka adalah saudara-saudaraku yang tak tergantikan..."

"Sabo..." Luffy merintih saat kesadaran menghantamnya dengan keras.

"Kalau begitu, kamu harus pulang sekarang dan berhenti bermain bajak laut," perintah ayahnya yang tidak berguna. Senyuman puas terpampang di bibirnya, tampak penuh kemenangan.

Ace akan senang mengalahkan bajingan itu dalam satu inci dari hidupnya. Beraninya dia memaksa Sabo melakukan sesuatu yang jelas-jelas tidak dia inginkan. Dia memperlakukan Sabo seperti boneka yang bisa dia kendalikan kapan saja. Dia tahu bahwa Ace dan Luffy bisa dimanfaatkan, dijadikan sandera agar Sabo patuh.

Mata abu-abu Ace melebar saat dia melihat Sabo membalikkan punggungnya. Dikawal oleh dua penjaga, saudara mereka mulai berjalan pergi. Seolah-olah dia berada dalam mimpi buruk, tetapi ternyata tidak. Inilah kenyataannya. Dia sedang melihat salah satu saudara laki-lakinya pergi.

Kebebasan. Itulah mimpi yang mereka bertiga bagikan. Sabo hanya ingin menjalani hidupnya atas kemauannya sendiri, bukan perhiasan atau uang yang ditawarkan status bangsawan. Ace paham betapa Sabo membenci warisannya sendiri. High Town adalah tempat yang hanya membawa kesedihan baginya. Sabo muak dengan tempat dan orang-orang yang dibesarkannya.

Dan Sabo rela menjalani semua penderitaan itu hanya demi menyelamatkan saudaranya, Ace dan Luffy.

"Sabo, jangan pergi!" Luffy memohon sambil mengepalkan tinjunya dengan putus asa.

"Lari saja! Jangan khawatirkan kami! Kamu ingin hidup bebas, ingat!? Apa kamu akan mengakhirinya seperti ini!?" Ace memohon, keputusasaan merayapinya. Sabo tidak harus melakukan itu hanya untuk mereka. Mereka selalu menemukan solusi untuk berbagai hal. Situasi ini tidak berbeda.

"Sabo!" Ace dan Luffy berteriak bersamaan.

Namun saudara laki-laki mereka tidak pernah membalikkan badannya saat dia berjalan pergi.

⭑⭑⭑✹⭑⭑⭑⊰•⊱⭑⭑⭑✹⭑⭑⭑

Ace hanya bisa menyaksikan Sabo sekali lagi mengorbankan dirinya untuk melindungi mereka.

Itu semua terjadi terlalu cepat untuk dia pahami. Waktu seakan berhenti baginya pada saat itu juga. Dia tidak bisa fokus pada hal lain. Telinganya berdenging tak henti-hentinya, menghalangi berbagai suara di sekelilingnya. Dia tidak dapat memahami satupun dari mereka. Bayangan di depannya akan selamanya terpatri di benaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Undo, Rewrite, Again (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang