.. happy reading..
Temaram lampu jalan menemani langkah Aksara untuk pulang malam itu. Teringat setahun lalu ia sangat excited dengan hidupnya karena berhasil masuk SMA impian. Tapi semua itu hanya sementara, karena ini sangat membosankan. SMA Ayodya terlalu keras untuknya.
Orang tuanya benar, yang terbaik dari yang terbaik selalu lebih sulit dari yang lainnya. Dalam 6 hari sekolah, hidup Aksa hanya berisi belajar dan belajar. Hanya ada 5 kali free selama ia sekolah di Ayodya, sisanya tak ada sama sekali. SMAnya juga tak memiliki surat dispensasi bagi para aktivis pejuang organisasi kecuali Osis. Itu juga salah satu alasan mengapa ia memilih mengubur dalam dalam seluruh mimpinya untuk ikut organisasi sekolah.
Masa SMAnya tak terlalu menyenangkan. Dari awal masuk sampai saat ini ia kelas 11 semester genap tak ada yang menarik untuk bisa di ceritakan. Aksa berhenti berjalan, ia melihat jam tangannya sendiri. Anak itu kembali menghela nafasnya. Lima hari dalam seminggu ia selalu pulang pukul 8 malam. Aksa rasa orang tuanya juga sama kejamnya dengan sekolahnya. Ia di paksa terus belajar 13 jam sehari, dan saat ia pulang ia harus menyelesaikan tugas sekolahnya.
Setidaknya kalau begini, belikan Aksa kendaraan pribadi! Betis Aksa bisa membesar jika terus jalan kaki.
Aksa mampir ke sebuah minimarket, sekedar membeli mie instan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Duduk di bangku minimarket sambil membuka kembali catatannya.
Memiliki seorang ibu yang bekerja di bidang pendidikan sungguh melelahkan. Sebagai anak dosen Aksa benar-benar di tuntut untuk menjadi pintar.
Ia malas pulang, rumahnya sama membosankannya dengan sekolah.
" Tau gini masuk ponpes aja sekalian." Gumamnya merasa tak adil.
Cowok itu melamun menatap jendela minimarket. Andai ia lahir dari orang tua biasa apa ia akan terus seperti ini?
Lamunan Aksa dibuyarkan keributan di depan matanya. Seorang laki-laki berpakaian serba hitam berlari melewati minimarket begitu cepat. Orang itu membawa sebuah tas wanita, sedangkan seorang ibu paruh baya tergepoh mengejarnya. Entah keberanian dari mana, Aksa ikut mengejar. Seakan lupa mie instannya belum tersentuh sama sekali.
Aksi kejar-kejaran itu tak berlangsung lama. Sebab dari sebuah restoran keluar seorang perempuan menodongkan sapu pada pejambret itu. Aksa pikir itu tak akan menghasilkan apapun tapi dengan cepat perempuan itu memukul kaki dan lengan pejambret hingga menyebabkannya jatuh tersungkur. Gerakannya seperti orang yang pandai bela diri.
Aksara masih diam mengaguminya sampai pejambret itu di bawa beberapa orang. Dimatanya yang minus ini, pelayan itu sangat cantik.
Rambut coklat keriting mengembang terikat rapi, menyisakan anak-anak rambut yang membingkai wajah ayunya. Apron merah maroon bergaris putih membalut seragam sekolah seakan berubah jadi gaun yang indah. Jantungnya berdegup kencang seakan barusaja naik rollercoaster. Hari ini, sepulang bimbel, Aksa rasa hidupnya jadi lebih menarik.
.
.
.Aksara tak bisa tidur, bayang-bayang wajah ayu yang sedikit judes itu menghantuinya. Sambil senyum-senyum Aksa terus menatap langit-langit kamarnya. Mungkin gadis paruh waktu itu siswi populer di sekolahnya. Seragamnya tak asing tapi itu sangat keren. Sambil berguling-guling di atas kasur Aksara terus membuat skenario romantis yang akan mempertemukannya kembali.
Cowok itu berakhir bangun dari tidurnya. Meraih kacamatanya sendiri lalu mulai membuka laptop, persetan dengan nilai yang harus terus di kejar. Aksa terlanjur jatuh cinta, ia mulai mencari tau tentang perempuan itu.
Dilihat-lihat sepertinya Aksa memang berbakat dari stalker.
Ia mulai dengan mengetikkan nama restoran tempat gadis itu bekerja. Mencari postingan dengan perempuan itu didalamnya. Lalu melanjutkan mencari akun pribadi gadis itu dari daftar pengikut dan tag dalam postingan. Aksara tak bisa berhenti tersenyum saat semua yang ia lakukan begitu mudah malam itu.
Pukul tiga pagi, Aksa menutup laptopnya. Memandang penuh minat pada kertas di tangannya.
Namanya Kemala, panggilannya Lala. Lahir tanggal 29 Maret, bintangnya Aries. Tokoh kartun favoritnya adalah Sendy tupai di Spongebob. Hobinya mendaki dan menyukai makanan berkuah. Sekolah di SMA Ayodya, satu angkatan dengan dirinya. Ia gadis beasiswa, punya banyak bakat tapi rendah di akademik. Aksa benar-benar ingin membalikkan rumahnya karena terlalu excited.
Dalam setahun delapan bulan ini tak ada yang bisa membuatnya semangat sekolah kecuali satu orang, Kemala.
.
.
.
.
.Senandung rendah menemani langkah Aksa yang terasa lebih ringan dari biasanya. Menghampiri ibunya untuk sekedar mencium pipi lalu meraih roti selai di piring. Ia tak berniat bergabung di meja makan. Bisa di lihat jelas ibu, ayah, dan kakaknya menatapnya lebih aneh dari biasanya. Tapi Aksara tak peduli itu.
" dek!" Panggil ayah di ambang pintu membuatnya kembali menoleh.
Sambil mengunyah roti ia menunggu ayah menghampirinya.
" dengerin ayah. Kalo kamu capek sekolah kamu boleh istirahat. Jangan peduliin ibu. Dia itu gila." Ayah bicara seakan begitu khawatir dengan anaknya.
Ayah memang sama sekali tak menuntut Aksa untuk jadi apa. Ayah juga merasa kasihan dengan anak bungsunya yang selalu di paksa belajar ibunya. Jadi setiap anaknya mengalami perubahan sikap, ayah selalu berpikir bahwa anaknya lelah menghadapi kerasnya tuntutan ibunya.
" Ayah tau kan kalo ibu denger ayah nggak akan bisa beli Gundam lagi?" Tanya anak itu tersenyum.
Ayah semakin khawatir. Selama 17 tahun membesarkan Aksara, ayah sempat belajar mengenai seberapa buruk anaknya mengekspresikan perasaannya. Ia sempat berkeinginan membawanya ke psikolog.
" kamu mau apa? Ayah beliin, ini janji." Katanya memegang pundak Aksara.
" sepeda boleh?" Jawab Aksara tanpa berfikir.
" oke! tunggu nanti sore, tapi janji sama ayah kalo ada apa-apa bilang ke ayah. Kalo capek istirahat, jangan peduliin ibumu." Kata ayah mengeluarkan dompetnya.
Dari dompet hitam itu ia memberikan dua lembar uang merah pada anaknya.
" jajan yang banyak hari ini." Katanya di balas sikap hormat dari anaknya.
Aksa berjalan meninggalkan rumah. Hidupnya memang terlalu makmur soal keuangan. Ayahnya adalah anak tunggal kaya raya dengan orang tua pemilik perusahaan otomotif yang cukup besar. Ayah memang melanjutkan perusahaan itu, tapi ia juga membuka beberapa outlet makanan internasional karena ia suka makan. Satu hal yang buat ayahnya berbeda dari yang lainnya adalah, ia tak pernah sekalipun memiliki ambisi seperti para ayah yang lainnya. Jadi katanya hidup ya tinggal hidup aja.
Lucu jika di pikirkan, ayah dan ibu seakan terbalik.
Berjalan memasuki gerbang sekolah langkahnya tiba-tiba terhenti. Gadis itu ada disana! Ia tak bisa bergerak karena Kemala terlalu cantik. Oke Aksa harus apa? Apa yang harus ia lakukan untuk sekedar menyapa?
Tapi mungkin anak itu tak tau ia hidup di bumi ini. Tunggu dulu, jadi mungkin untuk pertama-tama ia harus memperkenalkan dirinya. Tapi jika ia langsung memintanya berkenalan itu sangat aneh.
Aksa harus apa?!
Ia menoleh pada gadis itu lagi. Tapi Kemala sudah terlanjur lenyap.
" Sial." Gumamnya begitu kehilangan jejak akibat terlalu lama berpikir.
.
.
.
.
- sampai jumpa di sekolah-
.
Bersumbang
![](https://img.wattpad.com/cover/356483443-288-k327470.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa di sekolah
Teen Fictionsemuanya hanya hiperbola, nyatanya SMA hanya fase membosankan. bahkan seorang Aksara saja tidak berniat untuk menceritakan masa SMAnya pada anak cucunya. tentu saja semua sebelum bertemu Kemala. . Ini cerita tentang Aksara yang mencoba mencintai Kem...