02. saran dari kak dimas

8 2 0
                                    

Aksara menghela nafasnya lelah. Seperti biasa pelajaran begitu membosankan. Tapi kali ini entah bagaimana tak terlalu membosankan. Hanya karena sebuah objek bergerak di lapangan basket di bawah sana. Rambut keriting itu jelas hanya milik satu orang, Kemala.

Harus dengan cara apa ia memberanikan diri.

" Aksara kerjakan soal di papan tulis." Suara guru matematika menginstrupsinya.

Sambil tersenyum ia hanya langsung maju kedepan untuk mengerjakannya. Lalu kembali ke kursinya, lanjut menikmati pemandangan di bawah sana. Guru dan teman sekelas menatapnya dengan tatapan sulit di mengerti. Siapa orang yang bisa mengerjakan soal sulit tanpa memperhatikan pelajaran?

Bel istirahat berbunyi cukup keras. Aksa berniat pergi ke perpustakaan untuk belajar. Ia tak berniat ke kantin, sebab bisanya juga tak pernah ke kantin.

Ponselnya terus bergetar menerima pesanan dari ayah. Bisa Aksara lihat bahwa ayahnya terlalu di luar nalar untuk dirinya.

Sebab terlalu fokus berbalas pesan dengan ayah lelaki itu menubruk seseorang di depannya. Jatuh tersungkur sambil memungut bukunya, ia hampir berteriak saat melihat seseorang yang membantunya memiliki rambut coklat keriting sampai ke lengan.

" minimal kalo berdiri nggak di tengah jalan gini neng. Ganggu tau nggak?" Ucap Kemala seusai membantu Aksa.

" Iya maaf lagian dia juga salah ga liat jalan." Orang itu pergi begitu saja.

Aksara membeku, ia tak bisa bergerak.

" Lo nggak papa?" Tanya Lala menatap cowok itu.

" gapapa, makasih. Lo cantik banget." Kata Aksara instan dapatkan tatapan aneh dari Kemala.

Gadis itu pergi begitu saja, merasa ada yang salah dengan anak yang ia tolong.

.
.
.

" goblok, bodoh, tolol, otak udang, anak setan!" Aksa terus merutuki dirinya sendiri.

Dunianya terasa hancur sesaat setelah di tinggal pergi Kemala. Gadis itu pasti menganggapnya sebagai orang aneh.

" gue harus gimana? Minta maaf? Ohh kasih dia hadiah." Cowok itu membuka Twitternya mencari rekomendasi kado untuk perempuan.

" eh, tapi kalo gue kasih hadiah jadi makin aneh. Dia pasti bakal mikir gue mirip om om berduit yang perutnya buncit." Aksara frustasi.

Ia tak pernah merasa lebih frustasi dari pada saat ini. Jika ia punya teman dekat Aksa yakin dirinya tak mungkin se-frustasi ini. Ia terlalu sibuk belajar sampai lupa caranya berteman. Ia harus tanya siapa?

Notifikasi pesan dari ayah masih mengganggu, entah chat personal atau grup keluarga. Ayah sepertinya memang kurang kerjaan dirumah. Emang boleh se pengangguran itu?

Aksa menghela nafasnya membaca pesan dari kakaknya di grup keluarga. Lelaki itu selalu jadikan Aksa sebagai alasan padahal ia cuma mau main saja. Tunggu dulu, dia kan punya kakak. Kenapa tak tanya kakak saja?

Tanpa pikir panjang anak itu menelfon kakaknya. Panggilan pertama di tolak, panggilan kedua di tolak. Sampai akhirnya panggilan ke 35 berhasil di angkat.

" apa sih?!" Suaranya begitu tinggi.

Ia pasti marah besar.

" kak, ini soal jatuh cinta." Kata Aksa membuka pembicaraan.

Kak Dimas diam, sepertinya Aksara di dengarkan.

" jadi gini, temen gue tu lagi suka sama cewek. Ceweknya itu cantik banget, baik banget, berani banget, hebat banget. Tapi temen gue ini aneh. Dia belum pernah suka sama orang. Jadi dia bingung harus mulai darimana. Tadi dia nabrak orang dan cewek itu bantuin dia berdiri. Tapi bukannya bilang makasih temen gue itu malah bilang cewek itu cantik karena ga tau kenapa. Cewek itu pergi gitu aja. Kak gimana kalo cewek itu nganggep gu- maksudnya temen gue aneh? Apa temen gue harus minta maaf? Apa harus gimana?" Aksa menjelaskan begitu cepat, seakan di kejar sesuatu.

Sampai Jumpa di sekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang