02

42 34 16
                                    

"Zea pokoknya mau ke Korea, ma!"

Gadis remaja yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu menentang semua pendapat orang tuanya bahkan ayahnya, orang yang paling di takuti.

Besok adalah hari kelulusannya dan ia tidak ingin menghadiri acara serah ijasah kelulusan itu. Anak remaja memang susah mengendalikan emosi. Sama seperti Zea, setelah lulus sekolah menengah atas ia mencari pekerjaan di salah satu pabrik di kotanya. Ia bukan dari keluarga kaya tapi ia juga tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya.

Gaji yang selama ini gadis itu dapatkan ia tabung untuk mewujudkan mimpinya. Zea tidak pernah melewatkan satu bulan pun untuk menabung. Setiap waktu istirahat kerja Nadin selalu pergi ke kantin untuk mengantre makanan.

"Ze! Sini" Panggil salah satu teman kerjanya yang sudah mendapatkan tempat duduk untuk makan. Zea menghampiri dan duduk bersama mereka.

"Weh, hari ini katanya ada lembur"

"Semangat, brother!"

"Aku mau resign"

"Kenapa, Zea?"

"Mau cari pengalaman baru"

Akhirnya Zea lepas dari pekerjaannya. Gadis itu mengabaikan perkataan orang tua dan tetangga. Ia mulai sungguh-sungguh belajar di lembaga maupun di rumah. Hingga ujian ia lulus dan berdiri di bandara Incheon, Seoul yang sangat ia dambakan. Zea berlari keluar dari sana dengan penuh perasaan bahagia. Senyumnya pun tak pudar dari wajahnya.

"Seoul, Saranghaeee!"

Zea sangat senang melihat ramai negara impiannya. Ia melihat orang-orang berkulit mulus, cantik, dan tampan disana. Tidak hanya itu Zea juga menikmati udara Seoul yang selama ini ia perjuangkan penuh darah dan nanah.

Drrtt...drrtt...

"Hallo? Iya, Ma. Udah santai aja aku udah sampai di Korea. Iya nanti aku telpon lagi"

Gadis itu loncat kegirangan dan bergegas menemui boss perusahaan sambil melakukan kontrak disana. Jangan khawatir. Walaupun Zea tidak begitu pintar ia sudah mampu berbicara bahasa korea secara formal maupun informal.

"Kontrak selama tiga tahun kamu akan bayar sebanyak dua puluh juta"

"Maaf, boss. Apakah kontrak juga bayar?"

"Tentu saja. Walaupun anda sudah kami rekrut ada beberapa peraturan yang harus ditaati dan mulai besok kamu bisa bekerja"

Tidak berpikir lama Zea mentransfer uang sebanyak dua puluh juta kepada atasannya tadi. Mereka telah menjalankan kontrak dan besok pagi sudah bisa mulai bekerja.

"APA?"

Zea kini duduk menghadap kepolisian republik Korea Selatan. Baru saja satu hari disini masalah sudah muncul kepadanya. Berkali-kali gadis itu menghubungi atasannya namun tidak ada jawaban sama sekali.

"Tapi kenapa kalian tidak melacaknya? Saya kehilangan dua puluh juta hanya dalam sehari disini, pak polisi!"

Zea menerkam kedua kepalanya uangnya sudah habis di tipu perusahaan bodong itu. Tidak hanya itu nomor atasannya pun tidak bisa dihubungi sama sekali. Zea benar-benar tidak tahu harus melakukan apa lagi selain melapor kepihak kepolisian.

"Kami sedang berusaha, nona. Tolong sabar pekerja yang lain juga terkena tipu-"

"Siapa yang peduli dengan yang lain? Terus gue disini harus jadi gelandangan?"

Hari sudah petang akhirnya Zea keluar dari kantor itu dengan wajah yang ditekuk. Ia merengek keras sepanjang jalan. Zea pikir Korea Selatan negara yang aman-aman aja tapi ia kehilangan uang sakunya dalam sekejap disini. Entah akan kemana lagi Zea harus pergi.

ONE THE DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang