Bab Enam

204 52 22
                                    

Kyuhyun menegak habis cairan elektrolitnya, lalu meletakkan gelas kosongnya dan menatap Hyona dengan kesal. Jika dalam keadaan normal, Kyuhyun pasti sudah memarahi gadis itu habis-habisan. Kyuhyun sudah sering memperingatkan Hyona agar tidak menyajikan makanan pedas. Tapi gadis itu melanggarnya.

“Maafkan saya, Daepyeonim.” Hyona yang berdiri di hadapan Kyuhyun hanya bisa menunduk dalam.

Karena keisengan Hyona tadi siang, perut Kyuhyun jadi panas sampai malam. Pria itu sudah bolak balik kamar mandi lebih dari sepuluh kali. Padahal ia hanya menelan sepotong tteokbokki saja.

Hyona jadi merasa bersalah. Kyuhyun bahkan sampai membatalkan acara rapatnya karena sakit perut.

“Jujurlah, apa kau sengaja memberikan ekstra cabai di pesananku? Aku ingat aku sudah memintamu membeli yang tidak pedas.”

Hyona menggeleng. “Saya sudah memesan sesuai pesanan Daepyeonim,” bohong Hyona. Mana berani dirinya mengaku? “Lagi pula, tteokbokki mana yang tidak pedas?”

“Kalau benar sesuai instruksi, tidak mungkin sepedas itu. Aku sudah sering memesan tteokbokki di sana. Kau pikir aku tidak tahu?”

Lihat. Sakit saja masih bisa mengomel.

“Apa kau baru saja memutar mata?” cecar Kyuhyun. Hyona buru-buru menunduk lagi.

“Tidak.”

Kyuhyun menghela napas. “Ya sudah. Mau bagaimana lagi? Kau boleh pulang sekarang.”

Daepyeonim tidak pulang?”

“Tidak. Masih banyak yang harus kuselesaikan.”

Daepyeonim tidur di kantor malam ini?”

“Hm. Masih banyak pekerjaan yang belum kuselesaikan karena sakit perut.”

Kenapa tiba-tiba Hyona jadi merasa bersalah? Cho Kyuhyun yang biasanya kejam, sekarang terkapar di sofa dengan wajah pucat. Dan tiba-tiba Hyona teringat. Kyuhyun belum makan malam. “Mau saya pesankan makanan?”

“Tidak perlu. Aku tidak berselera makan.”

“Tapi Daepyeonim belum makan.” Tteokbokki tadi siang hanya dimakan satu butir. Itu pun efeknya langsung separah ini. Hyona tidak bisa membayangkan jika Kyuhyun memakannya lebih banyak.

Dan jika tahu sebegitu rendah toleransi perut Kyuhyun terhadap rasa pedas, Hyona tidak akan mengerjainya seperti tadi. Tidak, seharusnya sejak awal Hyona tidak bercanda dengan kelemahan orang lain.

“Kau tidak pulang?” tanya Kyuhyun karena Hyona belum beranjak dari sana. “Bukannya kau benci berada di kantor sampai malam?”

Benar. Tapi bagaimana bisa Hyona pulang setelah berbuat ulah?

“Saya pesankan makanan sebentar.”

“Tidak usah.”

Tanpa mengindahkan peringatan Kyuhyun, Hyona membuka aplikasi pesan antar makanan dan memesan bubur dari kedai terdekat.

“Sudah kubilang aku tidak berselera makan,” gumam Kyuhyun lemah.

Hyona tidak merespons. Ia sudah berbuat kekacauan, setidaknya dirinya harus bertanggung jawab. Gadis itu mengisi gelas Kyuhyun dengan air hingga penuh, lalu duduk di samping Kyuhyun dan memberikan gelasnya, “Minumlah, Daepyeonim. Kau tidak boleh dehidrasi.”

Kyuhyun menegakkan tubuhnya yang lemah. Ia minum air pemberian Hyona meski hanya separuh. “Sekarang pulanglah,” kata Kyuhyun.

Bukannya pulang, Hyona malah berdiri dan beralih ke meja kerja Kyuhyun. Hyona membantu mengerjakan pekerjaan pria itu, sementara Kyuhyun masih terkapar lemas di sofa. Semenit. Dua menit. Hingga tiba-tiba perut Kyuhyun berputar lagi dan selanjutnya pria itu pergi ke kamar mandi.

My Devil BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang