BAB 2

8 2 0
                                    

⚜️

Annachi menghembuskan napas pelan, ia mulai menghapus air matanya secara kasar ketika telah sampai di depan pintu utama kediaman Azalfa. Gadis itu segera merogoh tasnya, mengambil foundation yang akan ia gunakan untuk menutupi lebam di wajahnya. Setelah semua lebam tertutup sempurna, ia perlahan masuk ke dalam mansion megah tersebut.

"Bagus, jam segini baru pulang, abis keluyuran kemana lo?" suara Farel langsung terdengar di indra pendengaran Annachi, membuat langkah kaki nya terhenti. Netra hitam itu perlahan mengedar ke asal suara.

Annachi menelan salivanya susah payah, ketika melihat ke 3 kakak nya sudah menatapnya tajam.

"Abis dari mana?" Fadel yang melihat keterdiaman Annachi, kembali mengulang pertanyaan yang di lontarkan oleh adiknya, Farel

"Gak ke mana-mana bang" jawab Annachi dengan pelan. Ia menunduk, menyembunyikan senyum sendu yang tercetak jelas di bibirnya.

"Gak kemana-mana tapi pulangnya malam, pasti lo masih keluyuran kan. Mentang- mentang mobil lo di sita, seenaknya aja pulang kemaleman" tuduh Farel dengan nada ngegas nya. Masih dengan tatapan sinis yang mengarah pada Annachi.

"Aku gak keluyuran kak, Acii pulang kemaleman karna jarak antara mansion sama sekolah jauh banget. Jadi makan banyak waktu kalau jalan kaki" tutur Annachi dengan Jujur, berusaha menyakinkan ke3 kakaknya bahwa ia tak keluyuran kemanapun setelah pulang sekolah.

"Elah, alasan Aja" Farel langsung berdecih sinis ketika mendengar ucapan Annachi. Di antara Ke2 kakaknya, hanya ia lah yang paling membenci Annachi. Karna menurut nya, Annachi adalah penyebab kematian ibunya. Dan lahirnya Annachi adalah kesialan bagi keluarga Azalfa.

"Acii_" belum sempat Annachi menyelesaikan ucapannya, suara seseorang yang terdengar bariton nan berat sudah menyela lebih dahulu.

"Annachi!!"

Sang pemilik nama langsung menoleh ke sumber suara, ia langsung menelan salivanya susah payah ketika melihat seorang pria paruh baya sedang menatapnya tajam.

Dia, Satria Azalfa. Ayahnya.

"Ke-kenapa, yah" Annachi bertanya dengan nada pelan, sembari mendekat ke arah ayahnya yang sudah menatapnya tajam sedari tadi.

Bruk!!

Annachi sontak memejamkan mata ketika ayahnya melemparkan beberapa lembar kertas ke wajahnya. Perlahan ia membuka kedua kelopak matanya, menunduk guna melihat apa yang baru saja ayahnya lemparkan.

Matanya sontak membola, ketika melihat kertas tersebut ternyata adalah kertas ulangannya yang mendapatkan nilai merah. Ia semakin menelan salivanya susah payah, ketika sudah bersitatap dengan netra ayahnya yang sudah menatapnya dingin.

"A-ayah ini-"

"Apa maksudnya ini Acii, kamu mencoba bohongin ayah?"

"Gak,yah. I-ini" Annachi benar-benar tak tahu harus memberi alasan apa kepada ayahnya. Ia benar-benar takut sekarang, apalagi netra ayahnya sudah sangat menatapnya murka.

"JAWAB ANNACHI!!" bentakan dari Satria membuat Annachi terjolak kaget. Ketakutan semakin melandanya ketika tak mendapati alasan apapun yang bisa ia berikan pada ayahnya.

"Ayah ada apa?" Fadel yang sedari tadi berdiam diri bersama ke2 saudara nya, langsung saja bertanya ketika melihat ayahnya menatap murka pada Annachi.

"Adik kamu ini, mendapatkan nilai merah pada ulangan kali ini" Jawab Satria dengan pandangan yang tak pernah lepas dari Annachi.

Dahi Fadel berkerut tipis ketika mendengar perkataan ayahnya "Lah emang sejak kapan Acii dapat nilai bagus?, bukannya selalu merah kalau setiap ulangan?"

Annachi tersentak kaget, kegugupan semakin melandanya. Saat ini ia benar-benar takut. Takut jika ayahnya tau bahwa selama ini ia berbohong akan nilainya yang selalu seratus.

"Maksud kamu apa Fadel?" Satria bertanya dengan raut bingung, tak lupa dengan kerutan tipis yang muncul di dahinya.
"Annachi emang selalu dapat nilai merah saat ulangan, yah . Farel sama Fadel yang lihat secara langsung. Setiap ulangan nilai Annachi selalu di bawah KKM" Tutur Farel yang semakin membuat degup jatung Annachi berpompa cepat di dalam sana, keringat dingin langsung timbul di dahinya. Perasaan takut dan gugup sangat menguasainya sekarang.

Ia takut, sangat takut ayahnya menyiksanya lagi.

"Tapi, selama ini Acii selalu memperlihatkan nilai 100 pada ayah" perkataan Satria, langsung saja mengundang fairuz mengangkat suara.

"Dia bohong" ucapan Fairuz yang merupakan kakak pertama Annachi langsung saja membuat Satria mengeraskan rahangnya. Ia benar-benar tak menyangka selama ini Annachi membohonginya.

"Apa benar Acii, kamu bohongin ayah selama ini?" suara Satria benar-benar terdengar mengerikan di indra pendengaran Annachi. Badanya bergetar akan takut, ia sangat takut akan mendapat hukuman lagi dari ayahnya.

"Maaf, yah" cicit Annachi masih dengan posisi kepala menunduk.

"Kenapa kamu melakukan hal ini Acii?"

"Acil cuman pengen ngebuat ayah bahagia dengan nilai-nilai itu." ya!!! Annachi melakukan semua itu semata-mata karna ingin ayahnya bahagia dan bangga akan dirinya. Sedari kecil ayahnya tak pernah merasa bangga pada dirinya.

Hal itulah yang memicu Annachi membuat segala kebohongan ini. Dari dulu hingga sekarang, nilai Annachi memang selalu di bawah KKM. Tetapi demi membanggakan ayahnya, ia men-copy nilai teman kelasnya yang mendapat nilai bagus.

Sehingga setiap ayahnya meminta hasil ulangan nya, maka Annachi akan memberikan kertas ulangan yang sudah di copy nilainya.

Selain itu, alasan lain Annachi melakukan hal tersebut, ialah karna takut ayahnya memberinya hukuman. Karna memang sedari kecil Annachi selalu menerima hukuman jika mendapatkan nilai merah.

Itulah mengapa Annachi melakukan segala kebohongan ini.

Mendengar alasan dari Ann, lansung saja membuat Satria mengeraskan rahangnya, saat ini ia benar-benar menatap murka pada putrinya.

"Orang tua mana yang bahagia jika anaknya BERBOHONG ANNACHI?!!" suara Satria yang tersemat bentakan di akhir kalimat itu, membuat Annachi tak mampu lagi menahan bulir bening yang sudah sedari tadi ia tahan.

"ACII NGELAKUIN ITU SEMUA, KARNA AYAH GAK PERNAH PUAS DENGAN DIRI ACII YANG SEBENARNYA" Satria langsung saja terdiam ketika mendengar ucapan Annachi yang naik oktaf di hadapannya.

"Acii juga gak pengen ngebohongin ayah, apa ayah pikir aku sengaja ngelakuin semua kebohongan itu?" Suara Annachi terdengar lirih, menatap sendu pada ayahnya yang Sudah terdiam sedari tadi.

"Suara ayah langsung berubah drastis saat dengar nilai aku merah, ayah selalu membuat Acii berpikir buat dapat nilai bagus, agar bisa di akui anak ayah. Acii ngelakuin semua itu biar bisa di akui sebagai anak Sama ayah" air mata Annachi mengalir deras dari pelupuk matanya, rasa sesak kembali menguasai nya ketika lagi dan lagi ia harus di tampar kenyataan bahwa ayahnya tak pernah mengakuinya sebagai anak.

Alasan kuat yang masih menjadi prinsipnya dalam melakukan segala kebohongan ini hanyalah 1, yaitu di akui sebagai anak oleh ayahnya.
Karna memang selama ini, Satria tak pernah mengakuinya sebagai anak di depan publik. Dan saat Annachi mempertanyakan alasan ayahnya tak mengakuinya di depan umum, Satria menjawab dengan tegas bahwa ia harus mendapatkan nilai bagus terlebih dahulu baru bisa di akui.

Ya!! Itulah perkataan ayahnya yang masih terngiang hingga ia beranjak remaja. Perkataan ayahnya yang di lontarkan saat ia masih kecil menjadi prinsip hidup Annachi untuk belajar lebih giat.

Baik Fairuz, Farel dan Farel sontak saja menundukan kepala ketika mendengar ucapan Annachi di iringi tangisan yang begitu terdengar memilukan. Ada setitik rasa nyeri ketika mendegar alasan Annachi melakukan segala kebohongan itu.

Change In The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang