BAB 4

5 2 0
                                    

Annachi menghela napas panjang yang sudah kesekian kalinya. Gadis itu kembali melihat penampilan nya di cermin fullbody yang berada di hadapan nya.

Penampilan nya benar-benar berantakan, mata yang sembab dengan sedikit memerah, rambut yang acak-acakan dan darah yang mengalir dari lengannya.

Ia menunduk, menatap dalam beberapa goresan yang ada pada lengannya. Beberapa saat lalu, ia nekat menggores lengannya menggunakan silet.

Jika di tanya apakah sakit?, maka Annachi akan menjawab tidak. Karna semua luka fisik yang ada pada dirinya tak terasa sakit sama sekali. Ia sudah terbiasa dengan semua luka Ini, bahkan ia sudah berteman baik dengan sesuatu yang dinamakan luka.!!

Annachi menekan luka goresan tersebut, hingga kembali mengeluarkan darah segar. Tak ada ringisan yang keluar, bahkan air mata pun enggan untuk ia keluarkan.

Justru yang terbit adalah sebuah senyum kecil. Perlahan, ia mulai menaiki ranjang kamarnya, lalu merebahkan diri dengan pandangan yang masih mengosong.

Annachi menatap langit-langit kamarnya yang di hiasi oleh aneka ragam gambar aestetic. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamarnya yang bernuansa putih tulang, sesaat ia tersenyum tipis.

Kamar yang ia tempati ini, dulunya adalah sebuah gudang yang tak terpakai di kediaman Azalfa, yang beberapa tahun lalu ia sulap menjadi sebuah ruangan yang nyaman dirinya.

Meskipun terlahir dari keluarga yang sangat berada, tapi itu tak membuat Annachi hidup dengan kemewahan. Sedari kecil ia sudah di asuh oleh kepala maid yang bekerja di kediaman Azalfa, yang otomatis mengharuskannya tinggal bersama sang pengasuh di kamar belakang.

Ia hidup dengan limpahan kasih sayang dari pengasuhnya, Rani. Jujur, ada 1 hal yang membuat Annachi merasa beruntung, yaitu memiliki Bi Rani yang amat berperan besar dalam hidupnya.

Tetapi lagi, dan lagi. Takdir seolah-oleh tak membiarkan nya untuk merasa bahagia. Pada ulang tahunnya yang ke 6 tahun, wanita hebat itu pergi meninggalkan nya untuk selama-lamanya.

Tak terasa, bulir bening itu kembali mengalir dari pelupuk matanya, kala ingatannya berputar pada momen-momen bahagianya bersama sang pengasuh.


⚜️

Annachi menyerngit bingung ketika menyadari ia berada di tempat yang berbeda. Ia mengedarkan pandangan, hingga netranya terpaku pada 2 sosok yang sedang bermesraan di bangku taman.

Ia menatap tak percaya pada pemandangan yang ada di hadapan nya. Di sana, ia melihat sosok AlHafiz dan juga Tiara yang sedang berpelukan dengan begitu mesranya.

Annachi langsung saja berjalan cepat ke arah 2 insan yang sama sekali tak menyadari kehadiran nya.

"AlHafiz" Annachi langsung saja memanggil nama AlHafiz ketika telah sampai di hadapan sang pujaan.

"AlHafiz" Annachi kembali memanggil AlHafiz yang sama sekali tak ada sahutan yang keluar. Sama seperti panggilan pertamanya yang tak mendapatkan respon apapun.

Ia semakin memanggil AlHafiz, tetapi lelaki itu seolah tak mendengarkan panggilannya. Lalu tatapannya tertuju pada Tiara, gadis tersebut menyanderkan kepalanya pada dada bidang AlHafiz, dengan tangan yang sibuk mengelus perut buncitnya.

Tunggu, buncit?

Annachi langsung saja menatap sepenuhnya pada Tiara, benar!! Gadis itu sedang mengelus perutnya yang terlihat membesar layaknya orang hamil.

"Mas, aku rasa kamu udah keterlaluan sama Annachi. Dia gak salah mas, tapi kenapa dia dapat hukuman" suara Tiara langsung menguar di indra pendengaran Annachi. Kebingungan semakin melandanya ketika mendengar perkataan Tiara yang tersemat nama nya.

"Dia salah, karna dia udah berani ngedorong kamu. Untung aja tadi ada maid yang nolongin kamu tepat waktu. Kalau tidak, aku gak tau apa yang akan terjadi sama bayi kita" kebingungan semakin menguasai Annachi ketika mendengar ucapan AlHafiz yang terlihat nyambung dengan perkataan Tiara tadi.

Ia semakin merasa bingung dengan keadaan sekarang, apalagi dengan ucapan AlHafiz yang terdapat kata bayi kita. Sungguh, Annachi benar-benar tak paham akan kondisi sekarang.

Mulai dari Tiara yang mengatakan ia tak salah.

Lalu, ia yang tak pantas mendapat hukuman, dan di lanjuti dengan perkataan AlHafiz yang mengatakan ia pantas mendapat hukuman karna sudah berani mendorong Tiara.

Memangnya sejak kapan ia mendorong Tiara?"_"

Dan tunggu, sejak kapan Tiara dan AlHafiz menikah?.

"Tapi mas, dia juga kan istri kamu" perkataan dari Tiara selanjutnya sontak membuat mata Annachi membulat sempurna. Istri?

"Udah, gak usah mikirin dia"

Annachi masih terdiam dengan pertanyaan yang mulai memenuhi benaknya. Hingga, matanya kembali terpaku pada AlHafiz dan Tiara yang sudah Kembali bermesraan.

Annachi yang baru saja ingin menanyakan apa maksud dari semua perkataan mereka, sontak terhenti ketika ia sudah berganti tempat.

Ia kembali terdiam, lalu nertanya lagi dan lagi ia arahkan pada seluruh penjuru yang sudah berlatar mansion. Ia ingat betul, ini adalah kediaman Jackson, lebih tepatnya kediaman AlHafiz.

Ia menatap heran pada beberapa maid yang berlalu lalang. Bukan bukan itu yang menjadi titik pertanyaan. Melainkan, kenapa mereka melaluinya seolah tak terlihat?.

Annachi kembali mengedarkan pandangannya, hingga netranya terpaku pada sebuah cermin besar yang ada di kediaman Jackson. Ia berjalan mendekat, lalu perlahan meraba wajahnya.

Ia kembali terdiam dengan pandangan yang tak pernah lepas dari cermin. Penampilannya sekarang terlihat dewasa, seperti wanita yang sudah berumur 20 an.

Annachi lagi lagi di buat bingung dengan keadaan sekarang, dengan raut wajah yang tercetak jelas kebingungan, ia lagi-lagi mengedarkan pandangan.

Tunggu!! Bukankah ini adalah kamar dari ayah AlHafiz dan ibunya?

"Annachi, Annachi. Kenapa kau begitu bodoh, sangat bodoh. Hingga begitu gampangnya di bodohi dan dijadikan sebagai kambing hitam" suara seorang wanita paruh baya terdengar membuat Annachi menajamkan penglihatan nya karna cahaya lampu yang sedikit remang.

"Mama Sinta" gumam Annachi ketika mengetahui sosok itu adalah Sinta, Ibu tiri AlHafiz.

"Hahahah. Akhirnya semua rencana ku berjalan dengan mulus. Aku hanya tinggal menghitung hari, lalu BOM_ semua rencana yang kususun beberapa tahun lalu akan berhasil"

"Andai saja dari dulu aku sudah mengkambing hitamkan Annachi, pasti rencana ku sudah berhasil sejak dulu. Tapi tak apa, karna hari ini satu persatu rencana ku akan berhasil dan puncaknya adalah dengan kematian Annachi yang akan di laksanakan hari ini" perkataan dari Sinta mampu membuat Annachi tertegun.

Mati?. Apa maksud nya?

"Lalu setelah kematian Annachi, Annachi semakin di landa kebingungan.

Ia masih terdiam dan menatap sekitar, hingga netranya terpaku pada 4 sosok yang amat Annachi sayangi. Ayahnya, Fairuz, Fadel, dan Farel.

Dan juga dapat Annachi lihat ada sosok AlHafiz yang duduk di samping Tiara, dan juga ke2 orang tua AlHafiz yang memandang Tiara dengan sayang.

"Dan sangsi yang akan di terima adalah hukuman mati..Tok! Tok! Tok!" Suara dari hakim kembali terdengar seiring dengan ketukan palu pengadilan sebanyak 3 kali, menandakan keputusan yang di ambil sudah tak bisa di ganggu gugat.

Change In The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang