3

580 132 13
                                    

Silla buru-buru menepis kasar tangan dokter Arvin yang masih mencengkeram lengan nya. Berbalik dan menemukan mata pria itu mengarah tajam padanya seperti ingin mencincang Silla hidup-hidup. Walaupun takut, tetapi Silla mencoba untuk tetap memperbaiki kebodohannya buru-buru meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat karena dirinya ia merusak kaca mobil lelaki itu.

Dokter Arvin orang nya terlalu sibuk dengan berbagai pekerjaan. Tidak mungkin dia mengenalinya. Wanita yang dulu pernah memberikan surat berisi ajakan tak senonoh. Silla mencoba yakin dengan tebakannya sendiri. Dokter Arvin pasti tidak mengenali bahwa ia adalah perempuan itu.

"Maaf, saya tidak sengaja."

Tetapi sepertinya tebakan Silla salah. Saat ia melihat kening lelaki itu mulai mengerut dengan ekspresi wajah memperhatikannya membuat Silla merasa hari ini adalah kesialan terbesar bagi hidup nya. Seharusnya setelah ia angkat kaki dari rumah sakit itu Tuhan tidak perlu mempertemukan mereka kembali seperti ini.

"Kau lagi? Wanita gila? Kau sengaja melakukan ini karena aku tolak ajakan tidur mu itu!"

Dan akhirnya Silla benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa sabarnya. Dia langsung mendekus kasar. Sudah pusing dengan semua masalah yang terjadi dalam hidupnya, bahkan petaka di rumah sakit hasil ulah sialan lelaki ini, berhasil membuat dia harus beralih profesi menjadi penjual gorengan di terik panas matahari, meninggalkan pekerjaannya yang bagus dan membuat ibunya kecewa atas keputusan bodohnya itu. Dan Dokter Arvin masih saja menyalahkan nya.

Silla benar-benar tidak bisa menerima semua yang lelaki itu tuduhkan. Di sini dialah yang paling banyak di rugikan.

"Maaf Dokter. Perlu saya jelaskan berapa kali. Yang menulis surat itu bukan saya. Saya di jebak oleh Suster Gisele dan antek-anteknya. Saya disuruh buat ngasih surat itu ke dokter Arvin. Saya tidak tahu isi surat itu apa? Saya bahkan tahu isinya saat Dokter dengan keras memarahi saya sambil menghina saya karena isi surat itu yang tak senonoh di depan banyak orang. Dokter tahu dampak dari semua tuduhan dokter itu saya harus rela kehilangan pekerjaan saya. Saya harus mengecewakan ibu saya. Semuanya gara-gara Dokter Arvin!"

Arvin yang mendapat cercaan itu hanya menatap datar Silla yang kini terengah-engah setelah berteriak keras di depan wajahnya.

Ingin sekali Silla mencakar wajah tampan sang dokter dan menginjak nya ke tanah. Di saat Silla memuntahkan seluruh amarahnya saja dokter sialan itu masih bisa bersikap judes, seperti tidak punya rasa bersalah sedikit pun.

"Kau yang keluar sendiri dari pekerjaan. Kenapa harus menyalahkan saya?"

"Justru karena ulah dokter yang memarahi saya habis-habisan di depan samua orang saya jadi di kucilkan oleh seluruh para staff rumah sakit. Saya tidak mau bekerja di bawah tekanan mental yang setiap hari menggangu aktivitas saya."

Helaan napas Arvin terdengar menyerah. Ia tidak mau memperburuk waktunya hanya untuk meladeni mulut cerewet wanita ini. Mungkin saja dia hanya sedang berkilah hanya untuk mencari aman agar tidak disalahkan. Dia mungkin malu karena Arvin sudah memarahinya di depan banyak orang. Tetapi harga diri Arvin lebih malu lagi karena dengan beraninya perawat magang seperti Arsilla dengan berani mengajaknya untuk tidur bersama lewat surat yang diberikannya.

"Baiklah kita bahas masalah itu nanti. Karena inti dari masalah kita sekarang bagaimana kau akan ganti rugi. Lihat kaca mobilku rusak."

Kini tatapan Silla langsung beralih menatap kerusakan yang ditunjuk oleh tangan dokter Arvin. Ya Tuhan bagaimana ini? Silla lupa tentang itu. Uang yang ada di dalam dompetnya hasil berjualan gorengan pasti tidak akan cukup untuk menutupi kerugian. Dilihat dari retakan  yang panjang dan dalam.

Silla mulai mengganti mimik marah menjadi mimik memelas, semoga dokter Arvin mau melepaskannya dan tidak memperpanjang masalah ini.

"Ma-maaf dokter saya tidak punya uang. Gorengan yang saya jual masih tersisa banyak. Saya orang miskin Dok. Saya gak punya uang sebanyak itu untuk ganti rugi."

Bagus. Silla melancarkan aksinya. Membuat Dokter Arvin terdiam memperhatikan penampilan Silla yang sederhana. Hanya memakai celana jeans dan kaos oblong biasa tetapi wajah wanita ini Arvin akui memang cukup cantik ditunjang dengan kulit tubuhnya yang putih bersih. Di tangan wanita itu terlihat ada boks lumayan besar berisi berbagai gorengan yang masih tersisa banyak. Apa benar wanita ini orang miskin? Tetapi kenapa dulu dia bisa lolos masuk bekerja di rumah sakit milik keluarga Hazel?

"Kau sedang tidak menipuku kan? Jika kau miskin. Kenapa kau bisa masuk kerja di rumah sakit sebagai perawat. Tentu masuk kuliah jurusan keperawatan harus punya uang yang banyak."

"Itu, karena saya dapat beasiswa. Sampai bisa menyelesaikan kuliah."

Berarti otak wanita ini pintar sampai bisa kuliah hasil beasiswa. Tetapi kenapa kepintaran nya tidak sejalan dengan etika dan sopan santunnya terhadap seseorang.

Arvin kembali terdiam. Hari ini ia libur kerja. Setelah seminggu ia tidak pulang ke unit apartemennya. Dan dia terlalu sibuk untuk menelepon petugas kebersihan agar membersihkan rumah. Mungkin wanita ini bisa ia manfaatkan.

"Jika tidak bisa ganti rugi dengan uang. Kau bisa ganti rugi dengan tenaga?"

Silla langsung mengerjap. Tidak cukup mengerti dengan ucapan Dokter Arvin.

"Apa Dokter? Tenaga?"

Kepala dokter Arvin mengiyakan.

"Ya, kau bisa membersihkan apartemenku dan masalah kita bisa beres."

Kedua mata Silla berjengit tanda tidak setuju.

"Tapi... Tapi saya bukan pembantu. Kenapa saya harus membersihkan apartemen Dokter," ucap Silla penuh penolakan.

Sedangkan Arvin tengah menatap tajam perempuan di depannya ini dengan wajah sebal.

"Kau bilang tidak punya uang. Jadi bayar ganti ruginya pakai tenaga oke. Sekarang tutup mulutmu dan ikut aku."

Silla tidak bisa menyela ucapan dokter Arvin yang tidak bisa dibantah. Lelaki itu dengam kasar menyeret tangan Silla membawa tubuh mungil wanita itu untuk masuk ke dalam mobil miliknya tetapi Silla masih memberontak dan mencoba melepaskan tarikan Dokter Arvin hanya saja sangat disayangkan otot tangan Dokter Arvin terlalu kuat sampai Silla tidak bisa melepasnya dengan mudah. Tiba-tiba saja tubuhnya sudah berhasil masuk ke dalam mobil mewah sang dokter yang tak sengaja di rusak Silla.

Sial benar nasibnya. Padahal ia sengaja keluar dari rumah sakit bertujuan untuk tidak bertemu lagi atau bahkan bertatap muka dengan dokter galak ini.

Tetapi akibat kerikil sialan itu ia malah membuat dirinya terjebak lebih dalam. Silla menghembuskan napas kasar, mencoba menetralkan rasa kesal yang menumpuk di dalam dirinya.

Kenapa hari-hari Silla begitu menyebalkan saat bertemu dengan dokter Arvin. Apalagi sekarang ia harus ikut ke dalam apartemen lelaki itu. Dan menjadi budak geratisan untuk si Dokter galak.

Benar-benar bertemu dengan dokter Arvin adalah kesialan terbesar untuk hidupnya.

Bersambung...

Bisa baca duluan cerita ini di karyakarsa ya.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang