💎 || 15

2.6K 74 1
                                    

Met datang, hehe
Met Membaca🤟🤟🌷

◖⚆ᴥ⚆

Sinar matahari yang masuk melalui fentilasi udara menyapa wajah yang dibaluti kain hitam itu. Ia perlahan membuka matanya. Hal pertama yang ia rasakan ialah susahnya untuk bernafas karena kain hitam yang menutupi seluruh kepalanya.

Ia pengap dengan posisi duduk di kursi dan kedua tangan yang diikat.

"Bangsat." Kaki Nazia menendang udara. Menyalurkan kekesalan dan kesialan yang sering saja terjadi padanya. "Anjir, ini gue ngapa diculik mulu, sih?" kesalnya mencoba melepaskan ikatan di tangannya.

Pergerakannya berhenti ketika mengingat kejadian semalam. Terakhir ia bersama pria itu. Pria tampan yang tampaknya bermusuhan dengan suaminya. Ah, Nazia lupa siapa namanya!

Ekspresinya tampak menyesali perbuatan yang ia lakukan semalam. Mengapa ia harus minum dan bertengkar dengan Reinand? Nazia benar-benar merutuki perbuatannya.

"Lihatlah Nazia, sekarang apa yang akan terjadi padamu? Menunggu suamimu menyelamatkanmu? Hah, mustahil." Gadis itu berbicara pada dirinya sendiri. Setelah mengingat apa yang dikatakan Cloi membuatnya pasrah dan ingin menangis saja.

"Tuan Muda berpesan pada nona untuk jangan kabur dan menghilang lagi, Nona. Jika nona melakukan hal itu, Tuan Muda tidak akan mencari anda lagi."

"Kau memang sangat bodoh, Nazia. Bodoh!" Kursi kayu itu bergoyang-goyang karena sang empu. Nazia benar-benar menggila di sana. Hingga ia tak menyadari seseorang baru saja masuk dari arah pintu.

"Bersabarlah, kematianmu segera menjemputmu."

Badan Nazia terasa kaku. Matanya terbelalak menoleh ke arah suara. "Si-siapa kau?" Ia menerka-nerka wajah sang pemilik suara.

"Aku? Aku adalah suami dari seorang perempuan yang kau bunuh," katanya mengeram marah.

Dahi Nazia mengernyit. "Bunuh? Apa maksudmu?"

"Apa kau mencoba amnesia untuk meloloskan diri? Sayangnya aku bukan anak kecil yang bisa ditipu." Saga mengambil kursi kayu yang ada di sana dan meletakkannya di hadapan Nazia. Pria itu kemudian duduk tepat di depan sanderanya.

Nazia semakin bingung saja. "Lepaskan aku, Bangsat. Kau tidak tau seberapa kejam suamiku jika kau menyakitiku," kata Nazia gemetar.

Tawa Saga pecah di sana. Wajah yang biasa datar dan cuek itu kini tertawa bebas. "Wuh, aku merinding. Sayangnya, Kakakku itu tidak bisa menandingiku."

"Kakak?" Gadis itu semakin dibuat berpikir keras mendengar kata demi kata pria itu. "Reinand kakakmu? Kau ... kau pasti pria semalam, 'kan? Lepaskan aku! Buka kain ini!"

Tangan Saga terulur membuka kain yang menutupi wajah Nazia. Gadis itu meraup oksigen sebanyak-banyaknya setelah kain itu terlepas. Ia terlihat lega namun kelegaan itu seketika hilang menatap senyuman menakutkan pria di hadapannya.

"Apa maumu, hah?!"

"Kematianmu?" ujar Saga pelan.

Perkataan itu seolah menghunus keberanian Nazia yang tadi berusaha ia kumpul. Senyuman serta ucapan Saga benar-benar semenakutkan itu.

"Ada apa? Dimana rasa bersalahmu? Apa kau tidak menyesal membunuh saudaramu sendiri?" tutur Saga.

"Aku? Membunuh saudaraku? Apa maksudmu? Siapa kau?" jelas Nazia.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang