OO2

315 69 3
                                    

Jaemin dan Jisung kini saling menatap, mereka tidak merasa bahwa ternyata waktu yang mereka habiskan bersama berjalan begitu cepat.

"Sepertinya kita terlalu asik bercerita hingga tidak memperhatikan waktu," seru Jaemin dengan senyum tulus.

Jisung mengangguk, "Kau benar, aku harus segera pulang sekarang!"

"Ingin aku antar?" Tawar Jaemin kepada Jisung.

Jisung menggeleng, walaupun cukup dekat tapi tetap saja Jaemin adalah orang asing. Sangat berbahaya bagi Jisung memberikan alamatnya pada orang asing, padahal dirinya sudah memberikan nomor ponselnya kepada Jaemin.

Jaemin menatap Jisung dalam, kemudian menatap ke area luar cafe. "Diluar sedang hujan deras, aku tidak menyarankan dirimu untuk menerobos hujan yang deras seperti itu!"

Jisung diam, dia tahu bahwa hujan turun dengan cukup deras. Jisung sudah merasakan hawa dingin begitu hujan turun, belum lagi suara hujan yang terdengar begitu deras sudah ia rasakan sebelumnya, mungkin memang keputusan yang bodoh jika menerobos hujan yang deras apalagi dia membawa laptop miliknya. Tapi resiko yang dia dapatkan lebih sedikit daripada membiarkan orang asing datang ke rumahnya.

Jaemin hanya menghela napas menatap Jisung yang terdiam. Dia menepuk bahu Jisung kemudian bangkit dari duduknya, "Jika kau menolak aku tidak bisa mengatakan apapun! Jadi sampai jumpa lain kali, aku pergi!"

Jaemin pergi meninggalkan Jisung, hal itu membuat Jisung sedikit heran. Menurut perkiraannya Jaemin akan memaksa dirinya untuk pulang bersama tapi nyatanya hal itu meleset jauh.

Jika begitu itu artinya Jaemin bukanlah orang yang mengirimkan dirinya beberapa hadiah? Sepertinya begitu, Jaemin terlihat tidak tahu menahu tentang dirinya, kemudian dia seperti orang yang tidak ingin ikut campur urusan orang lain.

Jaemin hanya memberikan dirinya ide untuk membantu menulis plot cerita, setidaknya dengan begini Jisung tenang. Karena tebakannya ternyata salah, Jaemin bukanlah orang aneh yang mengirimkan dirinya hadiah.

Selama beberapa waktu belakangan ini, Jisung sering mendapatkan hadiah yang sama yaitu tulip merah, yang mengirimkan hadiah itu juga orang yang sama terlihat dari kartu ucapan yang ditinggalkan orang tersebut.

Pengirim hadiah selalu mengucapkan bahwa dia menyukai cerita yang Jisung buat, bahkan dia membayangkan bagaimana para pelaku kriminal menghabisi orang lain. Hal itu membuat dirinya terkesan karena Jisung merancang cara membunuh musuh dengan hal yang berbeda.

Jisung yang mendapatkan hal itu merasa merinding. Tapi hanya sebentar karena setelah Jisung menganggap sang pengirim hanyalah orang iseng.

Namun, saat bertemu Jaemin instingnya berkata harus lari dari pemuda itu. Jisung merasakan bahaya yang akan dia dapatkan jika terus-terusan bersama pemuda itu. Hanya saja Jisung mengabaikan hal itu dan memberitahukan rencana buku yang dia tulis.

Sebenarnya itu bukan rencana untuk menulis buku baru ataupun lainnya, hanya saja dia sedang mengutarakan apa yang dia alami. Kemudian sambutan Jaemin membuat dirinya terkejut.

Jaemin mengatakan buatlah pertemuan pertama mereka sebagai awal mula kisah penulis yang diteror oleh pembacanya sendiri. Hal itu membuat jantung Jisung lebih terpacu, dia takut bahwa Jaemin ternyata adalah orang yang mengirimkan dirinya hadiah, tapi saat melihat Jaemin yang cukup cuek menimbulkan rasa keraguan di hatinya.

Apalagi Jaemin hanya memberikan ide agar tulisannya lancar, jadi rasa curiga di Jisung agak menghilang. Tanpa pikir panjang Jisung juga memberikan nomor ponselnya agar bisa meminta bantuan Jaemin.

"Semuanya terasa aneh, tapi aku tidak tahu harus mempercayai yang mana!" Gumam Jisung pelan.

Jisung berjalan menuju luar cafe, lebih baik dia pulang dan beristirahat. Semua ini membuat dirinya menjadi lelah.

"Jisung, ini ada payung titipan dari orang yang tadi duduk bersama dirimu!"

Chenle memberikan payung berwarna hitam kepada Jisung yang langsung disambut baik oleh Jisung.

"Ternyata dia sedikit perhatian! Aku salah menilai dirinya!" Jisung bergumam, sepertinya dia harus membuang jauh kecurigaannya terhadap Jaemin.

Rasanya tidak mungkin orang seperti Jaemin melakukan tindakan mengerikan seperti itu.

Disisi lain Jaemin tersenyum, dirinya belum pulang. Dia masih menunggu Jisung yang masih berada di dalam cafe.

Begitu Jisung keluar dari cafe akhirnya dia juga ikut keluar, tadi Jaemin meminta bantuan Chenle yang merupakan sepupunya untuk memberikan Jisung payung.

Jaemin tidak dapat menghentikan seringai yang berada di area bibirnya itu, menatap Jisung dari kejauhan kemudian pergi menjauh.

Chenle melihat segalanya, dia hanya menghela napas. "Aku ingin melihat kisah ini akan berakhir dengan akhir yang seperti apa?"

°°°°

Lovely AuthorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang