Jisung menatap ponselnya, dia mencari nomor agen properti agar bisa membantu Jisung untuk menjual dan membeli rumah baru untuk dirinya. Jisung melakukan semuanya sendiri untuk memastikan bahwa tidak akan ada seorang pun yang menyadari bahwa dirinya pindah.
Jisung tersenyum puas saat mendapatkan nomor agen yang terpercaya, setelah mengetik pesan untuk bertemu dan bernegosiasi untuk menjual rumah dan membeli rumah akhirnya Jisung mematikan ponselnya dan fokus untuk belajar.
Jisung belajar sangat giat, jurusan sastra adalah jurusan yang memang sepi peminat daripada jurusan di bidang ekonomi ataupun ilmiah. Tapi bukan berarti mudah untuk masuk ke dalam jurusan sastra.
Jisung membaca materi pembelajaran dengan seksama, setelah selesai dia memutuskan untuk ke dapur. Rasa lapar menghampiri dirinya, Jisung mencari-cari bahan makanan di dapur namun, dia tidak menemukan apapun. Jisung melihat ke arah kalender ternyata hari ini adalah tanggal dimana dia harus belanja bulanan, yah sepertinya Jisung melupakannya dan malah fokus pada masalahnya.
Jisung mencebik sebal, dia harus membeli beberapa makanan di minimarket terdekat, lalu esok setelah pulang sekolah Jisung akan langsung belanja bulanan.
Jisung mengambil jaket, kemudian berjalan menuju pintu keluar. Jisung hanya akan pergi ke minimarket yang berada 2 komplek dari tempatnya berada.
Jisung memasang earphone-nya dia berjalan sembari bersenandung mengikuti irama lagu yang ia dengar. Malam ini jalanan cukup sunyi mungkin karena baru saja hujan jadi orang-orang lebih memilih untuk berada di rumah daripada di luar rumah yang dingin.
Jisung terus berjalan dan bersenandung tanpa memerhatikan jalan. Telinganya tidak bisa mendengar apapun selain lagu yang diputarnya, sungguh tindakan Jisung ini sangat membahayakan.
Brak!
Jisung terserempet mobil saat ingin menyebrang, untungnya tidak ada luka serius hanya lecet di bagian tangan dan kaki Jisung.
"Auch! Sakit!" Pekik Jisung, kepalanya menunduk memeriksa keadaan tubuhnya.
Sang pelaku langsung keluar, dia harus bertanggung jawab pada orang yang dia tabrak, walaupun ini semua bukan kesalahan dirinya.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya orang itu menghampiri Jisung.
"Tidak apa-apa, ini kesalahan ku," jawab Jisung kemudian dia mendongak menatap pria yang menabrak dirinya.
Jisung melotot saat mengetahui orang yang menabrak dirinya adalah Jaemin.
"Jisung? Maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja." Ucap Jaemin penuh rasa sesal.
Jisung mendengus, "Tidak apa-apa,"
"Tidak, aku harus bertanggung jawab."
Jisung tidak menolak kebaikan Jaemin, dia menerimanya saat Jaemin menuntun dirinya untuk masuk ke mobil.
Jaemin membawa Jisung menuju klinik, luka Jisung harus diobati agar tidak terjadi infeksi.
"Kau ingin kemana?" Tanya Jaemin lembut.
"Aku ingin membeli makanan, tadi aku lupa berbelanja."
"Kalau begitu ayo kita makan, aku akan mentraktirmu sebagai tanda permintaan maaf,"
Jisung ingin menolak hanya saja makanan gratis terlalu menggoda baginya hingga dengan mudah Jisung menerima ajakan itu.
"Oke, aku akan memilih makanan yang paling mahal,"
Jaemin terkekeh, "Lakukan apa yang kau mau, lagipula uangku sangat banyak hingga bisa memberikan mu makan seumur hidupmu,"
Jaemin berucap dengan pandangan mata kelam penuh obsesi. Sayangnya Jisung tidak melihat hal tersebut m
"Kalau begitu aku ingin menjadi benalu di hidupmu untuk seumur hidup agar makanku terjamin," Jisung hanya bercanda.
"Aku akan menerimanya dengan senang hati," balas Jaemin.
Jisung tertawa, Jaemin kelihatannya sangat serius sekali padahal Jisung hanya bercanda.
"Aku hanya bercanda,"
Jaemin menunduk sebentar, bibirnya bergumam sesuatu.
"Padahal tidak bercanda pun aku tetap mau,"