Jisung sampai pada daerah rumahnya, dia membuka gerbang dan mulai masuk ke rumahnya. Jisung menaruh laptop di meja, sedangkan dirinya bersiap untuk membersihkan diri.
Rumah ini terasa begitu hampa, orang tuanya telah lama berpisah. Awalnya Jisung hidup bersama sang ayah, dia berjanji untuk tidak meninggalkan Jisung. Nyatanya ayahnya menikah lagi dan memilih tinggal bersama istri barunya, sedangkan ibunya sudah lama meninggalkan dirinya sejak masih kecil demi sang selingkuhan. Untung saja ayahnya masih memberikan uang kepada Jisung hingga pemuda itu dapat bertahan hidup.
"Aku harus belajar, seminggu lagi akan diadakan ujian masuk universitas. Aku harus bisa masuk ke universitas itu!" Gumam Jisung.
Jisung memfokuskan dirinya untuk belajar, melupakan segala masalah yang dihadapi oleh dirinya saat ini.
Saat asik mengerjakan soal matematika tiba-tiba saja suara bel berbunyi. Jisung melihat jam, ini sudah malam sekitar jam 8, Jisung tersenyum paksa.
"Hadiahnya sudah tiba," gumam Jisung.
Jisung sudah tidak merasa aneh lagi saat mendengar suara bel pada jam 8 malam.
Selama beberapa hari belakangan ini, hadiah yang dikirimkan pembaca aneh itu selalu datang pada pukul 8 malam. Hadiahnya tetap saja sama tidak ada yang berubah bahkan kartu ucapannya juga sama.
Dulu awalnya Jisung ingin membiarkan hadiah aneh itu di depan rumahnya, tapi bel terus berbunyi seakan-akan menyuruh Jisung untuk menerima hadiah tersebut. Ketika Jisung membuka pintu orang yang menaruh hadiah itu telah menghilang.
Jisung membuka kotak tersebut, kini bukan bunga tulip lagi yang dia dapatkan melainkan bunga Lili merah atau yang di kenal bunga kematian.
Jisung mengernyitkan dahinya, kenapa berubah? Lalu Jisung melihat kartu ucapan yang berisikan peringatan untuk selalu waspada. Karena jika Jisung lengah maka dia akan datang untuk menjemput Jisung. Ketika dia sudah memiliki Jisung maka dia tidak akan membiarkan Jisung pergi darinya, bahkan dia tak segan untuk mematahkan kaki Jisung jika pemuda itu mencoba kabur.
Jisung berkeringat dingin, hal ini sudah kelewatan. Dia harus menghubungi polisi, selain itu dia harus pindah dari tempat ini! Akan sangat berbahaya jika dirinya masih ada disini, tapi kemana dia harus pergi?
Sedangkan ayahnya tidak mau lagi menampung dirinya, ibunya juga tidak ingin mengenalnya lagi.
"Kemana aku harus pergi?" Gumam Jisung.
Jisung kini mulai berpikir, sepertinya dia harus meminta bantuan seseorang untuk mencarikan dirinya rumah. Sedangkan untuk rumah ini sendiri mungkin Jisung akan menjualnya pada orang lain untuk menutupi jejak Jisung.
Jisung berpikir jika dia mengambil langkah ini maka dia akan aman dari seorang penggemar aneh yang terus-menerus mengirimkan sesuatu yang tidak berguna seperti ini.
"Sepertinya aku harus menghubungi agen properti agar bisa menjual rumahku dan mencarikan aku rumah tanpa ada seorangpun yang mengetahui kemana aku pergi!" Gumam Jisung.
Jisung tidak bisa percaya pada seseorang, lebih baik dia menggunakan jasa properti agar aman dari hal-hal yang mengerikan seperti ini. Menulis cerita dengan tema thriller ataupun horor memberikan Jisung banyak pelajaran bahwa dia tidak boleh sembarangan dalam mengambil tindakan.
Tidak semua orang dimuka bumi ini adalah orang yang baik!