Begitu ia keluar, mataku nyaris copot karena melotot, melihat tubuh Ibu dinda. Dia membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas.
“Kenapa..? Ayo duduk dulu..! Ini SIM Kamu.. Aku kembalikan..” katanya.
Wajahku merah karena malu, karena Ibu dinda tersenyum saat pandanganku terarah ke buah dadanya.
“SIM Kamu, Aku kembalikan, tapi Kamu harus menolong Saya..!”
Ibu dinda merapatkan duduknya di karpet ke tubuhku, aku jadi panas dingin dibuatnya.
“Sonn..?” tegurnya ditengah-tengah keheninganku.
“Ada apa Bu..?” tubuhku bergetar ketika tangan Ibu dinda merangkulku, sementara tangannya yang lain mengusap-usap daerah “XX”-ku. “Tolong Ibu DINDA ya..? Dan janji, Kamu harus janji untuk merahasiakan hal ini, kalau tidak aku DOR Kamu..!” pintanya manja.
“Tapi.. Saya.., anu.., ee..”
“Kenapa..? Ooo.. Kamu takut sama pacar Kamu ya..?” katanya manja.
Wajahku langsung saja merah mendengar perkataan Ibu dinda, “Iya Bu..” kataku lagi.
“Sekarang Kamu pilih disidang atau pacar Kamu..?” ancamnya.
Dia kemudian duduk di pangkuanku. Bibir kami berdua kemudian saling berpagutan. Ibu dinda yang agresif karena haus akan kehangatan dan aku yang menurut saja, langsung bereaksi ketika tubuh hangat Ibu dinda menekan ke dadaku. Aku bisa merasakan puting susu Ibu dinda yang mengeras. Lidah Ibu dinda menjelajahi mulutku, mencari lidahku untuk kemudian saling berpagutan bagai ular. Setelah puas, Ibu dina kemudian berdiri di depanku yang dari tadi masih melongo, karena tidak percaya pada apa yang sedang terjadi. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos tanpa sehelai bnenangpun seakan akan menantang untuk diberi kehangatan olehku.“Lepaskan pakaiannmu Sonn..!” Ibu dinda berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
“Ayoo.. cepat dong..! Aku udah gatel nich.. ohh..” Ibu dnda mendesah tidak sabar.
Aku kemudian berlutut di sampingnya. Aku bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena malu.
“Sonn.. letakkan tanganmu di dadaku, ayo ohh..!” pintanya lagi.
Dengan gemetar aku meletakkan tanganku di dada Ibu dinda yang turun naik. Tanganku kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Ibu dinda yang super montok itu.
“Oohh.. enakk.., ohh.. remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” desahnya.
Dengan semangat aku melakukan apa yang dia katakan.Lama-lama aku jadi tidak tahan, lalu, “Ibu.. boleh Saya hisap susu Ibu..?”
Ibu dinda tersenyum mendengar pertanyaanku, dia berkata sambil menunduk, “Boleh Sayang.. lakukan apa yang Kamu suka..”
Tubuh dinda menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulutku yang sekarang mulai garang itu di susunya.
“Oohh.. jilat terus Sonn..! Ohh..” desah Ibu dinda sambil tangannya mendekap erat kepalaku ke payudaranya.
Aku lama-lama semakin buas menjilati puting susunya, mulutnya tanpa kusadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapanku semakin keras, bahkan tanpa kusadari, aku menggigit-gigit ringan putingnya yang ohh.