Aku terima tantangannya.
“Ohh.., memang benar-benar wuihh..” aku berkata sambil mengelus-elus pantat Ibu dinda.
Lalu aku jongkok agar dapat jelas melihat, kusentuh lembut pantat itu dengan tanganku. Terus kucium, kuelus lagi, kucium lagi terus kujilat, lalu kubuka belahan pantat itu. Ohh.., terhampar pemandangan indah dengan bau yang khas, lubang yang sempit, lebih sempit dari yang di depandan sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu yang lumayan lebat. Lalu kujulurkan jari telunjukku ke lubang yang sempit itu. Waktu aku coba memasukkan jariku ke lubang itu, terdengar jeritan kecil Ibu dinda.
“Son.., jangan keras-keras ya, nanti sakit.. lho..”Lalu aku mulai memasukkan step by step. Waktu jariku menembus lubang itu sepertinya tanganku mau disedot masuk ke dalam.
“Lubang Ibu nakal juga ya, masa jariku mau dimakan juga..?”
“Akhh.. Kamu nakal dech.., ohh Son.. coba sekarang Kamu jilat ya..?” pintanya.
Lalu kutarik jariku dari dalam lubang itu, lalu aku mulai menjilati lubang itu ehhmm.., lumayan juga rasanya, asin-asin gurih.
Sementara itu, Ibu dinda terdengar merintih keenakan. Lama-lama aku tidak sabar, dan terus kuberdiri dan tanpa basa-basi, aku langsung membalikkan badannya. Terus kulahap gundukan-gundukan daging di dada Ibu dinda dengan nikmat. Sementara itu, Ibu dinda mulai mendesah-desah dan menggelinjang. Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam. Goyangan-goyangan lidahku yang terus menjilati puting susu Ibu dinda yang tinggi dan lancip begitu bertubi-tubi tanpa henti. Ibu dinda menggerinjal-gerinjal dengan keras.
“Aaahh.. uuhh.. uuhh..” desahan-desahan kenikmatan semakin banyak bermunculan dari mulut Ibu dinda.
Geliat-geliatan tubuhnya semakin menjadi-jadi karena merasa sensasi yang luar biasa akibat sentuhan-sentuhan mulut dan lidahku pada ujung syaraf sensitif di payudaranya. Urat-urat membiru pun mulai menghiasi dengan jelas seluruh permukaan payudara yang super montok itu.Masih dengan mulutku yang tetap berpetualang di dada Ibu dinda yang juga masih menggelinjang, aku membopong Ibu dinda ke kamar. Kujatuhkan tubuh Ibu dinda di atas kasur spring bed yang sangat empuk. Saking keras jatuhnya, tubuhnya yang aduhai itu sempat terlontar-lontar sedikit sebelum akhirnya tergolek pasrah di atas ranjang itu. Setelah itu, Ibu dinda tetelentang di kasur dengan kaki-kakinya yang jenjang terjulur ke lantai. Tubuh bugilnya yang putih dan mulus beserta payudara yang montok dengan puting susu nan tinggi yang teronggok kokoh di dadanya, memang sebuah pemandangan yang amat menawan hati.
Lalu aku berlutut di lantai menghadap selangkangan Ibu dinda. Kurenggangkan kedua kakinya yang menjejak di lantai. Dengan begitu aku dapat memandang langsung ke arah selangkangannya itu. Bulu-bulu kemaluan yang tumbuh di padang rumput tipis yang menghiasi wilayah sensitif itu begitu menggelora nafsu birahiku. Aromanya yang segar dan harum membuat nafsuku itu kian meninggi. Kudekatkan mulutku ke bibir vaginanya dan kujulurkan lidahku untuk mencicipi lezatnya lubang itu. Tubuh Ibu dinda terlonjak keras ketika kucucukkan lidahku ke dalam liang senggamanya. Kukorek-korek seluruh permukaan lorong yang gelap itu. Begitu hebat rangsangan yang kubuat pada dinding lorong kenikmatan tersebut, membuat air bah segera datang membanjirinya.