“Ooohh.. uuhh.. aahh..” terdengar rintihan Ibu dinda dari mulutnya yang megap-megap setengah membuka.
Kemudian aku berdiri. Dengan tangan bertumpu ke atas kasur, kucoba mengarahkan ujung penisku ke lubang vagina yang lumayan sempit yang tampak licin dan basah milik Ibu dinda. Berhasil. Perlahan-lahan kuhujamkan batang kemaluanku ke dalam liang senggama itu. Tubuh Ibu dinda berkejat-kejat dibuatnya merasakan nikmat penetrasi yang sedang kulakukan saat ini.
“Aaahh.. oohh..” tak ayal jeritan-jeritan mengalir dari mulutnya.
Akhirnya batang keperkasaanku amblas semua ke dalam liang gelap yang berdenyut-denyut milik Ibu dinda diiringi dengan jeritannya.Kenikmatan ini kian bertambah menjadi-jadi setelah aku melakukan penetrasi lebih dalam dan intensif lagi. Gerakan memompa dari batang kejantananku di dalam kemaluan Ibu dinda semakin kupercepat. Terdengar suara kecipak-kecipak dan lenguhan kami berdua karena terlalu asyiknya kami bersenggama. Seiring dengan tangan yang kembali meremas-remas perbukitan indah yang menjulang tinggi di dada Ibu dinda, batang kejantananku terus melakukan serangan-serangan yang tanpa henti di dalam lubang senggamanya yang bertambah kencang denyutan-denyutannya. Vagina memerah yang terus berdenyut-denyut dan amat licin akibat begitu membanjirnya cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalamnya, terasa menjepit bnatang kejantananku. Demikian sempitnya ruang gerak penisku di dalam lorong gelap itu, menjadikan gesekan-gesekan yang terjadi begitu mengasyikkan. Ini merupakan sensasi sendiri bagiku yang merasakan batang keperkasaanku seperti merasa diurut-urut oleh seluruh permukaan dinding vaginanya. Mulutku pun tak henti-hentinya menyuarakan desahan-desahan kenikmatan tanpa bisa dihalangi lagi.
“Oiihh.. Soonn.. ohh..” Ibu dinda menjerit-jerit tidak karuan, sementara tubuhnya juga melonjak-lonjak dengan keras.
Sekuat tenaga kuhujam-hujam penisku dengan lebih ganas lagi ke dalam liang senggamanya. Rasanya hampir habis tenaga dan nafasku dibuatnya. Tetapi nafsu birahi yang begitu menggelora tampaknya membuatku lupa pada kelelahanku itu. Ini dibuktikan dengan sodokan kejantananku yang berusaha menusuk sedalam-dalamnya. Bahkan berkali-kali ujung batang kejantananku sampai menyentuh pangkal liang tersebut, membuat Ibu dinda menjerit keenakan.“Soonn.. Soonn.. Aku.. mau.. keluar..” Ibu dinda melenguh kencang.
Ia merasakan sudah tidak bisa menahan klimaksnya lagi. Akan tetapi, aku belum merasakan klimaks sedikit pun. Langsung kutambah kecepatan genjotan-genjotan batang kejantananku di dalam liang senggamanya. Begitu buasnya sodokan-sodokanku itu, membuat tubuh Ibu dinda bergoyang-goyang hebat, dia merintih.. merintih.. dan merintih. Akhirnya saat yang diharapkan itu tercapai. Aku melenguh panjang merasakan laharku muncrat, menyusul Ibu dinda yang sudah terlebih dahulu memperoleh orgasmenya. Begitu nikmatnya orgasme yang kurasakan itu sehingga membuat laharku bagaikan air bah menerjang masuk ke dalam liang senggama Ibu dinda. Kami berdua mengejang kencang saat titik-titik puncak itu tercapai. Tapi kenapa batang kejantananku tidak mau istirahat, dan masih terlihat perkasa.
Dengan segera aku berlutut di atas ranjang. Kuminta Ibu dinda untuk berlutut juga membelakangiku dengan tangan bertumpu di kasur, jadi dalam posisi doggy style. Kemudian dinda kudorong sedikit ke depan, sehingga pantatnya agak naik ke atas, yang lebih memudahkan batang kejantananku untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang senggamanya. Setelah itu langsung kusodok kemaluan yang sekarang sudah terlihat agak merekah itu dengan batang keperkasaanku dari belakang. Tubuh Ibu dinda terhenyak hingga hampir terjungkal ke depan akibat kerasnya sodokanku itu, sementara mulutnya menjerit keenakan. Dalam sekejap, senjata-ku itu seluruhnya ditelan oleh vagina itu dan langsung menjepitnya. Jepitan liang senggama Ibu dinda yang berdenyut-denyut menambah gairah birahiku yang memang sudah menggelora.