Bab 3

107 14 0
                                    

3. Rayuan yang gagal





🍂🍂🍂





James turun dari ranjang dengan perlahan, takut membangunkan wanita hamil itu yang tengah tertidur pulas akibat kelelahan setelah aktivitas panas mereka di pagi hari ini.

Ketegangan yang menyelimuti James sudah hilang tersapu gelombang panas yang berkali-kali datang menerjangnya tadi. Ia membenarkan letak selimut guna menutupi ketelanjangan calon istrinya, kemudian menyematkan kecupan di kening wanita itu penuh sayang.

Sekarang saatnya James menemui putrinya yang sedang tantrum itu. Pria itu tidak habis pikir bagaimana bisa putrinya mengatakan jika ia tidak menyayangi gadis itu lagi semenjak Untari hadir di hidupnya. Padahal jelas ia mencintai kedua perempuan yang menjadi pusat dunianya itu dengan porsi yang berbeda tapi sama besarnya.

Pria yang sudah memasuki kepala empat itu masih sangat bugar dengan tubuh tinggi dan atletisnya. Ia menaiki tangga dengan melangkahi tiga tangga sekaligus. Tidak sampai lima menit ia sudah sampai di kamar putrinya.

Hal yang sedari kecil ia ajarkan dan contohkan kepada putrinya salah satunya adalah mengetuk pintu ruangan yang hendak ia masuki, hingga sampai sekarang anaknya sudah berumur 20, tidak pernah sekalipun putrinya berlaku tidak sopan dengan nyelonong masuk ke ruang pribadi orang lain.

Ia selalu mengetuk dan mengucapkan permisi, baru setelah mendapatkan izin dari pemilik ruangan gadis itu akan masuk. Persis seperti saat ini, James masuk ke dalam kamar tidur putrinya setelah mendapatkan izin dari anaknya itu.

Dapat dilihatnya jika Jes sedang duduk di atas ranjang dengan kaki yang ditekut dan dipeluk erat. Ia menatap Papanya sembari cemberut. James rasanya gemas sekali, ingin sekali meremas putrinya lalu memantulkannya seperti bola basket kalau bisa.

"Papanya masuk kok dicemberutin sih?"

James duduk di samping gadis itu, menyamankan posisinya lalu menarik gadis yang tengah merajuk itu untuk memeluknya.

Jes yang memang sangat manja itu tentu saja langsung memeluk Papanya erat.

"Papaa... maafin Jes udah bentak Papa tadi."

Gadis itu mendongak dengan bibir bawah yang dimanyunkan dan mata berkaca-kaca siap menumpahkan hujannya kembali.

"Oh my baby..., don't cry pls. Mata Kakak udah segede jengkol jumbo loh sekarang!" James terkekeh melihat ekpresi putrinya yang semakin cemberut karena dipanggil Kakak, tapi tidak menolak panggilan baru yang tersemat untuknya itu.

"Karena siapa coba mata Jes jadi segede jengkol jumbo?"

James diam tidak menjawab, dan gadis itu tidak puas. Ia ingin ayahnya mengalah dengan menyalahkan dirinya sendiri sebagai sumber tangisan Jes dari kemarin.

"Ihhhh karena siapaaa?" kalimat rengekan yang diucapkan dengan manja dan sengau karna terlalu banyak menangis.

"Hahahaha..., iya-iya karena Papa. Makanya mata Kakak jadi segede jengkol sekarang. Maafin Papa ya kak?"

Jes tersenyum puas sembari mengangguk, lalu semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Papanya.

"Iyaa... Kakak maafin Papa."

FINDING LOVE IN THE COUNTRYSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang