Hari-hari Tante Elis

Sensasi Lain, Berbagi Pengalaman di Ranjang

Sebenarnyaperjalanan seks Lula lebih gila lagi. Perempuan dari keluarga agamis itu sebenarnyabisa menahan hubungan seks dengan pria lain di sekitarnya. Ia tak seperti Elisyang kadang tergoda dengan klien dan mitra bisnis. Lula lebih rapi, untukmemuaskan hasratnya ia menyewa jasa pelacur pria alias gigolo.

Seperti piala bergilir perempuan berusia 45 tahun itu tak lagi kesepian di hari-hari tanpa suami yang hubunganya semakin tak jelas. Selain mendekam dalam bui akibat ulahnya yang korup, hubungan pasangan Elis telah berantakan setelah diketahui suaminya juga perempuan simpanan lain.

Sejumlah lelaki telah hadir dalam perjalanan hidupnya yang berakhir di ranjang. Silih berganti bahkan terulang dengan sejumlah pria yang ia kenal sebelumnya. Rata-rata klien kerja, mitra bisnis bahkan layanan pak kadus sekaligus dukun di pelosok kampung pun ia layani meski tak rutin.

Sebenarnya Ia mulai khawatir dengan AIDs, penyakit mematikan yang hingga kini belum diketahui obatnya secara medis. Hal itu menjadi alasan Elis selalu meminta pasanganya menggunakan alat kontrasepsi, dengan begitu ia pun mersa bebas dan aman dari ancaman penyakit mematikan itu.

Elis semakin bebas. Kapan pun ketika ia butuh bisa melakukan permainan ranjang. Bahkan ia bisa mensiasati di tengah kesibukanya sebagai pengusaha yang berjibaku dengan bisnis.

Kebutuhan biologis bisa muncul kapan saja, termasuk saat-saat sibuk. Dengan mudah ia bisa menghubungi salah di antara para lelaki yang telah merasakan memek Elis sebelumnya, meski tak semua bisa langsung melayani hasratnya. Namun setidaknya ada pilihan alternatif di antara mereka, meski tak jarang ia juga melakukan masturbasi ketika di rumah.

                                                                                                     ***

Elis telah berekenalan dengan Lula seorang, karibnya sejak lama di urusan bisnis. Kesamaan nasib dan persoalan dialami membuat dua parempuan dewasa itu semakin akrab. Lula juga ditinggal suaminya menikah lagi dengan perempuan lain hingga akhirnya menjanda. Ia juga sendirian di rumah karena kedua anaknya sudah kuliah di luar kota.

Elis dan Lula semakin terbuka, kebetulan ia sama-sama dalam asosiasi pengusaha yang inten bertemu dalam acara formal maupun informal. Dari keterbukaan sesama perempuan itulah salah satu obat mereka yang sama-sama menjadi korban pasangannya.

"Apa perlu dicoba?" ujar Lula dengan senyum khas saat Elis bertandang di rumahnya.

"Ih ngeri juga," kata Elis menangapi tawaran karibnya itu.

Sebenarnya perjalanan seks Lula lebih gila lagi. Perempuan dari keluarga agamis itu sebenarnya bisa menahan hubungan seks dengan pria lain di sekitarnya. Ia tak seperti Elis yang kadang tergoda dengan klien dan mitra bisnis. Lula lebih rapi, untuk memuaskan hasratnya ia menyewa jasa pelacur pria alias gigolo.

Alasan Lula jelas. Menutupi jati diri sebagai tokoh publik dan keturunan keluarga agamis di daerahnya. Ia tak mau nama baiknya tercoreng. Dengan gigolo ia bisa menutup jatidirinya, bahkan saat melakukan seks pun tak ada yang tahu.

"Serius berhijab lengkap cadar," tanya Elis penasaran.

"Iya, dengan begitu gigolo itu tak tahu siapa gua," katanya dengan iringi tawa.

Dalam benak Elis membenarkan cara Lula itu. Elis yang penasaran akhirnya menerima tawaran Lula, ini tawaran permainan dengan sensasi lain. Treesome bermain bertiga bersama seorang gigolo.

Mereka merencanakan menyewa gigolo memenuhi kebutuhan seks. Dalam sebuah penginapan nan jauh. Meluapkan kebutuhan biologis dan emosi dengan menyakiti sang gigolo sebagai pelampian kekesalan terhadap para suami mereka.

Hampir sama dengan latar belakang Elis yang rumah tangganya diciderai suami. Lula mengalami Sadisme seksual, ketika memiliki fantasi dan mendapatkan kepuasan seksual dari menyiksa pasangannya secara psikologis dan fisik, seperti memerkosa, menyiksa, atau menghina.

"Lu liat aja deh, jika butuh silahkan pake," ujar Lula merencanakan.

Bersambung .....

"Sadisme seksual, sensasi lain itu terjadi"