01. Perseteruan Tiada Henti

345 78 97
                                    

Seorang laki-laki dengan gaya kasual itu berdiri dengan mode angkuh, sembari berkacak pinggang dan melihat sekitar.

Para karyawan yang mulai berdatangan itu pun sepertinya sudah terbiasa melihatnya.
Mereka tak akan salah menilai lagi. Wajahnya hingga fisiknya itu mungkin memang serupa, namun cara berpakaian yang datang ke kantor dengan bermodal Hoodie, hingga respon saat diajak berbicara, sudah pasti bisa memperjelas semuanya.

Tetapi satu karyawan baru itu, sepertinya belum sanggup membedakan. Dengan wajah polosnya ia berusaha menghampiri untuk menyapa dan menyampaikan sesuatu.
Laki-laki itu mulai tersenyum dengan bibir sedikit terangkat ke atas, seperti tahu akan ada mangsa baru yang terkecoh.

"Itu bukan Pak Radit." Seorang karyawan lain menarik tangan karyawan baru itu sembari terlihat setengah berbisik.Dia juga mengajaknya pergi.

Laki-laki itu melihat sepintas, matanya yang tadi bersemangat berubah menjadi sendu, sedikit kecewa.

Yah mainanku hilang. Batinnya.

Ia tak tahu, bahwa seorang laki-laki lain mirip dirinya telah berjalan mendekat.
Berbeda dengan dirinya, laki -laki ini datang dengan berpakaian formal nan rapi. Dia datang dengan roman wajah terheran -heran, "Ren. " ucapnya memanggil.

Rendi menoleh, "Ah akhirnya lo datang juga."

"Niat banget sepagi ini lo udah datang."

"Gue gak pernah lupa kalau ini awal bulan."

"Ya udah, masuk ke ruangan gue dulu."

"Ngapain?Di sini aja."

"Ogah ah! Dilihat orang. Buruan masuk." katanya sembari memimpin saudara kembarnya untuk segera masuk ke ruangan.

Sebenarnya yang kakaknya itu gue apa elo sih? Ya walau emang beda 10 menit kan tetap aja gue kakaknya.

Gerutunya dalam hati sembari mengikuti langkah Radit.

"Lo mau ambil uang bulanan kan?"

"Nah itu, lo udah tahu jawabannya."

"Nih." kata Radit sembari melempar uang dari balik amplop coklat ke meja.

"Kalem bro." Kata Rendi sembari mengambil amplop itu yang kemudian mengintipnya sedikit untuk memeriksanya.

"Oke bro... Gue cabut."

Radit menarik nafas sejenak sembari melipatkan tangannya ke dada, "Lo umur berapa sih?"

Rendi menghentikan langkahnya, ketika mendengar itu, ia seketika langsung menoleh dengan tatapan sinis "Pake nanya lagi!Ya sama kayak lo lah!"

"Maksud gue, gak malu segede ini masih minta duit ke Mama?"

Kali ini Rendi benar-benar membalikkan badannya dengan sempurna, wajahnya mendongak menghadapi sikap Radit.
"Bukannya lo malah udah dari kecil nikmatin uang Mama ? bahkan semenjak mama pisah ranjang dan lo dibawa pergi?"

"Kenapa lo bahas itu? iri? Kenapa sih? Gue itu maksudnya baik nyadarin kalau kita udah...."

"Dah." Tangan Rendi terangkat memberikan sinyal STOP.

Langit Hati Untukmu (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang