Pagi itu di kantor, Radit yang sedang duduk manis di kursinya itu memanggil sekretarisnya yang ia tugasi untuk membuat materi untuk meeting hari ini.
"Ini Pak , filenya ada di dalam flashdisk ini "
"Baik terima kasih, kamu boleh kembali."
Mendengar itu sekretaris itu mengangguk dan segera berpamitan keluar. Sedangkan Radit , Ia segera membuka file itu dan memeriksanya satu-persatu.
Tibalah sekelebat memori pertengkaran kecil beberapa hari kemarin itu muncul di otaknya. Tangannya berinisiatif segera mengecek pesan untuk Naura, tapi tiada balasan juga .
Sepertinya dia sangat marah. Batin Radit sambil berusaha mengirim pesan lagi. Tak berapa lama kemudian terdengar suara ketukan pintu, "Masuk" katanya sembari terus mengetik pesan.
"Maaf mengganggu waktunya."
"Eh Pak Adi , iya ada apa?"
"Ruangan sudah siap, dua puluh menit lagi meeting bisa segera dimulai."
"Baik Pak."
Pak Adi baru saja akan menutup pintu, namun terdengar suara Radit menyela ,"Pak Adi kesinilah sebentar, saya perlu bantuan."
Pak Adi membuka pintu itu, masuk dan setelah menutupnya kembali, ia segera bergerak mendekati Radit.
"Bagaimana? Apa yang bisa saya bantu."
"Jangan bilang papah ya, saya minta tolong di luar urusan perusahaan."
"Baik siap. Tentang apa itu?"
"Pak Adi punya banyak kenalan di perusahaan lain kan? Terutama yang kerja di customer service?"
"Iya banyak."
"Saya butuh informasi tentang perempuan ini soalnya beberapa hari pesan saya gak dibalas. Bisa?"
Pak Adi melihat dengan saksama wajah perempuan berkerudung itu, Siapa ini? Apa Pak Radit sedang jatuh cinta? Batinnya terheran-heran.
Tapi walaupun begitu, ia mengabaikan rasa penasarannya , "Baik bisa kirimkan fotonya dan namanya?""Ya fotonya begini doang yang saya dapat dari akun WhatsAppnya."
"Siap! saya usahakan."
Pak Adi pun segera berpamitan keluar dan akhirnya, Radit mulai tenang. Ia mempersiapkan diri untuk hadir memimpin meeting hari ini menggantikan ayah sambungnya yang absen karena sedang tidak enak badan. Ah sebetulnya bukan serta merta tak enak badan, memang ayah sambungnya itu begitu kasih sayangnya terhadapnya. Karena meski menikah dengan mamahnya, mereka tak memiliki keturunan juga, jadilah Radit satu-satunya pewarisnya kelak.
Waktu bergerak dengan cepat, Pukul 12.30 , Naura meninggalkan meja kerjanya sejenak untuk Istirahat, Shalat dan makan. Saat makan siang itulah ia baru menyadari bahwa ada pesan baru lagi datang dari Radit.
Naura , apa kamu semarah itu? Kalau begitu kita perlu ketemu biar aku minta maaf.
"Hih." Keluhnya yang membuat seorang teman yang juga sedang makan siang yang duduk di depannya itu terheran -heran
"Kenapa Nau?" tanyanya.
"Enggak papa cuma gemes aja."
Rasanya pengen kublokir, tapi sayang kenapa hatiku masih merasa punya hutang budi? Gini nih kalau terbiasa gak enakan, jadinya merasa serba salah. Dah lah biarin dulu aja.
***
Langit malam di kota metropolitan, masih dengan suhu panasnya. Rendi bersiap untuk tidur setelah tadi lembur sebentar, ia mulai membolak- balikkan badannya. Membuka kemudian menutup matanya lagi, tapi tak kunjung bisa tidur juga.
Apa gue gerah? Tapi Ac juga udah hidup kok! Gerutunya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Hati Untukmu (ON GOING)
Fiksi Umum"Dua saudara kembar, Radit dan Rendi membuat dinamika persaingan tanpa henti, mirip tikus dan kucing, terutama dalam apapun. Radit, pewaris tunggal dengan pesona romantis, dan Rendi sang mantan bad boy penganggu usil. Saat Naura, seorang gadis seder...