"Mama ke mana sih, Ma? Nggak kangen sama Keno?"
Di dalam keheningan malam Keno membawa mobilnya tanpa tahu arah tujuan. Ia tidak ingin pulang sehabis mengantarkan Kiera pergi ke rumah Abel. Cowok itu malah terus melaju, yang penting tidak singgah saja di rumah setan itu bersama iblisnya.
Kalau dibilang durhaka, mungkin Keno akan menyebut dirinya sendiri sebagai itu. Hal yang selama ini coba ia jauhkan ternyata ada dalam dirinya sendiri. Keno tidak bermaksud membenci ayahnya sendiri, Keno tahu ia salah, tapi apakah Raditya benar?
"Apa Papa nggak cinta lagi sama Mama? Kenapa Papa nggak peduli?"
Keno mengusap air di ujung matanya, sial, kali ini ia harus menangis lagi padahal tadi saat di kantor polisi Keno berusaha biasa saja. Memang benar ya? Ibu itu cinta pertamanya anak laki-laki. Akan sangat sulit kehilangannya walau sebentar saja.
Dor
Citt
"Eh!"
Dug
Keno tergugu di dalam mobil sesaat setelah menarik rem secara mendadak. Ia mendengar suara tembakan mengudara, dan sepertinya tepat mengenai ban depan mobil. Keno yang masih shock malah dikejutkan dengan suara deru motor besar yang mendekat, tak lama salah satu pria dari ketiga motor turun menggedor kaca jendela Keno, menyuruhnya keluar.
"Ck, kenapa harus ada begal sih?"
"Turun!"
Keno pun turun dan bergulir mata ke pria-pria berbadan besar yang tengah menatapnya bringas.
"Ada apa ya?" tanya Keno berusaha tenang, meski ia tahu mereka jelas bukanlah orang baik.
"Pake nanya, sini lo! Ikut!"
Dengan brutal pria yang menggedor jendela mobil Keno tadi langsung menyeret kerah seragam belakang anak itu. Membuat Keno mau tak mau melawannya. Ia langsung memutar tubuh dan menghadiahkan satu tendangan yang berhasil membuat pria tadi tumbang. Tentu hal itu memicu amarah dari teman si pria bongsor yang lain, buru-buru mereka turun dari motornya dan mulai mengkroyok Keno.
Beberapa kali Keno bisa menghindar bahkan banyak dari mereka yang tumbang, sialnya di lain kesempatan pria lain yang entah datangnya dari mana memukul kuat belakang punggung Keno menggunakan kayu, membuat cowok itu terjatuh dan berakhir tak sadarkan diri.
"Ck, gini aja lo pada nggak bisa! Kita ini udah tua, lawan anak SMK doang harusnya kecil!"
"Yah, Bos. Gini-gini kita juga perlu kalsium, tulang gue dah pada kropos nih."
"Bukan cuma tulang, gigi juga noh ..."
Kompak pria yang lain tertawa terpingkal-pingkal, membuat pria yang tidak memakai topeng wajah sendiri alias si ketua itu berteriak geram.
"Cepat, bawa nih anak ke markas!"
"Lo marah-marah mulu, Bos. Kalo yang ngutus kita si Bang L, mana ada istilahnya dia ngamuk cuma gara-gara kita ketawa."
"Lo bandingin gue sama tuh bocah, hah?!"
"Nggak Bos, bercanda."
"Udah sana bawa!"
Pria berbadan kurus itu pun mengalah, daripada debat dan berakhir tidak selesai, lebih baik cepat mengerjakan tugas yang disuruh tuan mereka. Seluruh pria itu pergi menggunakan motor besarnya, meninggalkan mobil Keno yang terparkir di tepi jalan.
Di sisi lain dua pria berbeda umur sedang duduk berdua di ruang makan. Renzi dan Raditya sibuk menyantap makanan masing-masing di atas meja. Di sela-sela melahap makannya tiba-tiba ponsel Raditya berbunyi dua kali, segera ia membuka layar ponsel itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable | Dear Diary | End
Fiksi RemajaIneffable adalah sesuatu yang melampaui kemampuan bahasa untuk mengungkapkannya. Arti lain adalah "tak terlukiskan". Ada banyak kisah yang ditulis di cerita ini, salah satunya Abel. Gadis berkulit sawo matang yang tidak percaya akan cinta. Abel piki...