Photograph (3)

356 24 2
                                    

cw // harsh words, local AU, bahasa baku non-baku

HAPPY READING

.

.

.

Kak Samudra XI IPS2
Ambilin fotocopy-an gue di koperasi.

Kak Samudra XI IPS2
Bawain buku ke ruang guru dong

Kak Samudra XI IPS2
Anter gue balik nanti, motor gue di bengkel

Kak Samudra XI IPS2
Ambilin laptop sama tas gue di kelas cepet, gue harus mimpin rapat OSIS gantiin Hesa.
Pulangnya tungguin gue, mau nebeng.


Itu hanya beberapa contoh dari banyaknya pesan yang dikirimkan oleh Samudra padanya.

"Dasar, tampang doang ganteng, sukanya nyuruh-nyuruh orang. Curiga kalo dia keturunan penjajah." Javier mengomel di sepanjang lorong menuju ruang OSIS. Laptop dan tas Samudra masih ada ditangannya.

Tok

Tok

Tok

Setelah mengetuk pintu ruangan dan mendengar perintah dari dalam, Javier membawa dirinya masuk ke dalam ruangan, mengundang tatapan heran dari para anggota OSIS.

'Sialan lo Samudra!'

"Nih, tas sama laptop lo!" Ucapnya sambil menyodorkan dua barang milik Samudra dan bergegas keluar. Raut wajahnya masih penuh kekesalan saat ia melangkah pergi dari ruangan tersebut, meninggalkan suasana yang kaget di antara anggota OSIS. Tanpa mereka semua sadari, Samudra tersenyum kecil melihat tingkah Javier.

.

.

.

Javier mendengus kesal melihat Samudra yang berjalan ke arahnya dengan senyuman yang menurutnya menyebalkan.

"Lama amat sih, jamuran gue nunggu!"

"Pantesan lu ngga gede-gede, marah-marah mulu."

"Apa hubungannya?"

"Hormon buat tinggi badannya habis buat lo marah-marah."

"Ngga ada hubungannya ya anjing."

"Kayak lo sama Mahesa haha."

Bugh

"ADUH— sakit cok!" Samudra berseru kesakitan sambil mengusap tulang keringnya yang ditendang oleh Javier.

"Udah buru naik, capek gue nungguin lu!"

Samudra mendudukan dirinya diatas motor ninja milik Javier dengan wajah memerah menahan kesal. 

'Awas aja lu besok!'

.

.

.

Javier bangun dengan sebuah senyuman lebar, menyambut hari Minggu pagi dengan penuh semangat. Cahaya matahari yang menyelinap masuk melalui tirai kamarnya menyinari wajahnya.

Dengan langkah ringan, Javier melangkah ke jendela dan membukanya lebar-lebar. Udara segar pagi hari masuk ke dalam kamar, membawa aroma bunga dan dedaunan yang membuatnya semakin bersemangat. Suara burung-burung kecil yang berkicau di luar jendela menambah kesan damai dan indahnya pagi itu.

Satu Bagian | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang