Author dengan segala hormat kepada readers untuk follow akun author terlebih dahulu. Dan jika readers suka sama novelnya mohon untuk vote & kasih kritik. Mksh.
•••
Apa kalian percaya tentang transmigrasi jiwa? Tentu, itu terdengar seperti hal yang k...
Terlihat Nayra memakai hoodie dan rok selutut. Dan juga rambut yang di gerai dengan di tutupi topi merah. Setelah selesai ia pun turun, terlihat dibawah ada Anggel, Reypa, Laras dan El ddk sedang berkumpul. Sedangkan Gio ia belum pulang.
Ia pun turun dengan malas untuk melirik atau menyapa mereka, dan lebih memilih pamit kepada bik Asri.
"Bik, saya pamit mau nginep di rumah papa sama mama," ucap Nayra.
"Loh, kan ini rumah papa sama mamanya non," jawab bik Asri.
"Bukan, tapi ini adalah keluarga yang menyiksa dan membenci saya!," ucap Nayra dengan sedikit meninggi.
"Nanti saya akan jelasin semua nya bi," lanjut nya, bik Asri pun mengangguk. Ia pun melewati mereka yang kini menatapnya kesal, sendu dan b aja.
Di luar Mansion ia lupa bahwa ia tidak membawa kunci motor. Ia pun masuk kembali dan berlari kekamar.
"Tuh anak kenapa lari-lari?," tanya Vino. Mereka mengedikkan bahunya tanda tidak tahu.
Selang beberapa menit Nayra berlari kembali.
"Bibi," ucap Nayra.
"Ada apa non?," tanya bik Asri.
"Bibi liat kunci motor Nayra ngga? Dimana nih," panik nya. Nayra dan bik Asri yang memang depan tangga jadi langsung berarahan dengan Laras dan yang lainnya.
"Tuhh dimeja makan, kan tadi non yang simpen di sana," ucap bik Asri. Mereka semua geleng-geleng kepala kecuali Anggel dan Reypa.
Nayra pun berlari ke dapur dan langsung mengambil kunci nya. Kemudian ia langsung menyegir.
"Nayra lupa," ucap nya setelah berada di depan bik Asri. Lalu Nayra pun menyalimi tangan bik Asri dan.
Cup
Ia mencivm pipi Bik Asri. Dan keluar.
Sakit itu yang kini dirasakan oleh Laras, anak yang pada umumnya berpamitan kepada ibunya ketika hendak berpergian tetapi, Nayra malah berpamitan kepada pembantunya. Ingin rasanya ia memberi tahu Nayra bahwa ini, disini ibunya, tapi karena ego nya yang terlalu besar jadi ia tepis pikiran itu.
"Apa segitunya kamu benci sama mama nak," batin Laras.
Tes
Satu buliran bening terjatuh di pipinya. Laras pun pamit untuk ke kamarnya. Berbeda dengan Reypa yang masih caper.
"Apa maksud Nayra ya?," batin Dion.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
