༻ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 02 ༺

283 40 7
                                    

◈◈◈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◈◈◈

Jalanan kota Jakarta senantiasa ramai hingga mengakibatkan kemacetan, namun untuk hari ini bisa di katakan hari keberuntungan karena kemacetan tidak terjadi, mungkin sedikit kendala karena ramainya pelajar yang berkeliaran menuju sekolah. Gedung-gedung tinggi yang menjulang seperti ingin menyentuh permukaan langit tampak kokoh di bawah sinar matahari yang cerah.

Dunia memang tak pernah bisa berhenti bekerja sebelum waktunya selesai. Sudah banyak manusia pencari nafkah mulai memperlihatkan kemampuannya, walaupun itu bekerja sebagai seorang pencuri ataupun pengemis.

Terlalu banyak manusia yang hidup di bawah kata nyaman, banyak yang tak memiliki tempat tinggal bahkan untuk makan saja harus mencari di tempat sampah. Sungguh miris di lihat, terlebih juga banyaknya manusia tak berhati yang membutakan mata untuk melihat perjuangan mereka hanya demi segenggam nasi.

Dan dari kaca mobil hitam mewah yang Raffael naiki, bersama sang tuan muda Garckialla yang duduk di belakang dan si supir yang dudul di kursi kemudi di sisinya, Raffael berucap syukur karena kehidupannya jauh lebih baik dari mereka.

Lampu merah telah menyala, menghentikan beberapa bagian jalan yang berhenti sedangkan sisanya mempersilahkan kendaraan berjalan. Dan kaca mobil terketuk, Raffael menoleh, menemukan sesosok gadis kecil yang mungkin berusia tujuh tahunan dengan pakaian lusuh tersenyum manis.

Raffael menurunkan kaca, “Hei, gadis kecil. Ada yang bisa kakak bantu?” Ramahnya, dengan senyuman cantik, membuat gadis kecil itu merasa senang menemukan manusia ramah.

“Arina menjual tisu, kakak mau beli? Hanya dua ribu kok kak,” Katanya, sembari memperlihatkan kotak tisu yang masih banyak belum laku terjual kepada Raffael. Lelaki dewasa itu menatap sendu si gadis kecil, menerawang semestinya anak ini hanya fokus belajar dan berteman dengan anak yang seusianya, bukan malah gencar mencari uang untuk bertahan hidup.

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, alhasil Raffael mengangguk, “Kakak beli semuanya, ya?” Katanya yang membuat senyuman bahagia terpampang pada wajah cantik si gadis kecil, “Beneran, kak!” Semangatnya, yang di anggukkan oleh Raffael.

“Jadi berapa semuanya?”

“Semua tisu yang Arina bawa ada dua puluh lima, jadi totalnya lima puluh ribu kak,” Jawabnya, membuat Raffael mengangguk lalu menaruh lima lembar uang berwarna merah dan di masukin ke dalam amplop. Setelahnya ia memberikan kepada si gadis kecil, “Ini ya uangnya,”

Gadis kecil itu mengernyit setelah bertukar barang ke pemilik yang baru, tangannya meraba amplop itu, “Kak, kayaknya ini kelebihan deh.” Ucapnya, kemudian mendongak namun lampu telah berubah, menyatakan waktu jalurnya berada berjalan.

REVENGE : Love above betrayal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang