Masa SMA selalu jadi masa paling menyenangkan. Bahkan Nanami, manusia yang tak pernah senyum kecuali di gelitik itu tidak mengecualikan opini tersebut.
Mata coklat terangnya selalu menatap Haibara seolah ia adalah matahari dunia, tempatnya mencari sinar hangat.
Ia ingin menyampaikan perasaannya, bilang pada remaja laki-laki itu tentang apa yang ia asumsikan. Namun, entah kenapa rasa enggan selalu hadir. Entah tiap kali ia merasa ini waktu yang tepat untuk berterus-terang, atau tidak sama sekali.
Haibara sekarang duduk berdua dengannya tanpa sepatah kata yang mampu ia rakit untuk sekedar bercakap singkat.
"Hari ini kak Geto benar-benar keren ya, kaya biasanya." Anak laki-laki berambut mangkuk dengan mata bulat melihat lurus, atensinya berpusat pada nama yang ia sebut.
Nanami mengigit sedikit bibirnya, ia tau jelas betapa Haibara mengagumi kakak tingkat mereka. Buat ia tidak dapat mengatakan atau berkomentar apapun hingga itu jadi salah satu alasan kenapa dia jadi begitu ragu untuk jujur.
"Iya," tapi jauh di lubuk hatinya, dia sendiripun juga mengagumi Geto Suguru. Manusia yang memang betul-betul keren.
Nanami membuka mulutnya. Karna tiba-tiba saja ada kalimat yang hampir akan tertoteh jika ia tidak berhati-hati. Maka iapun dengan cepat mengibaskan pikirannya.
"Kento," mata jenuh Haibara mulai menguasai. Iapun memanggil datar.
Nanami sendiri sedikit gelagapan. Pasalnya, nada itu sangat jarang dikeluarkan oleh sang matahari. Ia meneguk air ludahnya sendiri lalu berdehem.
"Mau jadian gak?" Ujar Haibara lurus, tak terprediksi.
Pupil mata Nanami mengecil. Jantung berdebar luat biasa dan tentu saja ia tengah mempertanyakan kebenaran dari maksud Haibara. Apa anak ini bersungguh-sungguh?
"Kento, aku tidak bercanda, aku serius." Kepala Haibara menoleh keatas, ke arahnya yang menutup bibir rapat-rapat.
Seolah manusia itu tau bahwa Nanami sedang mempertanyakan tawarannya dan ia dijawab dengan keseriusan tatapan yang ia miliki sekarang. Mata Haibara menatap kuat.
Pikiran Nanami berkumpul jadi satu, pun benaknya langsung melirik ke orang di sebelah Suguru yang sedang meliriknya tajam yang tengah mengobservasi.
Sial, Gojo Satoru, makhluk bermata biru secerah langit menindak atensi tidak suka. Maka akhirnya Nanami paham betul kalau malam ini dia harus menghadapi mood buruk si albino.
Haibara menaikkan alisnya, "Kento? Kamu tidak akan menjawab?" Ia mendelik heran. Nanami tidak tampak seperti menimbang iya atau tidak. Tapi yang jelas, dia sangat ragu.
Padahal, Haibara sendiri sangat paham kalau Nanami Kento suka padanya lebih dari siapapun. Jadi apa alasan orang ini terlihat ragu? Apalagi Nanami bahkan tidak mau menatapnya. Ia melirik ke seberang dengan khawatir ke arah, Gojo Satoru?
Tiba-tiba Nanami menunduk, "Iya, ayo jadian." Katanya penuh keyakinan.
.
.
.
.
.
."Kamu tidak pintar, Nanamin." Gojo menyudutkan manusia berwajah masam itu ke dinding kamarnya.
Nanami menoleh kasar. Ia enggan dimanipulasi mata biru si albino.
"Kamu lebih memilih Yu Haibara daripada diriku." Sarkasan Gojo serta tatapannya mendominasi.
Nanami menghela nafas kasar, ia dorong sedikit tubuh ramping di hadapannya dari amarah yang sedang memujuk.
"Aku ingatkan sekali lagi, Gojo Satoru," dia pun berbisik. "Kita bukan apa-apa." Sindirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAWLING BACK TO YOU (GoNana) (SatoSugu) (HaibaNana)
Fanfiction!!ON GOING!! Terlalu toxic tanpa fisik, Nanami dan Gojo berani bilang seperti itulah hubungan mereka. Saling mengejar namun juga saling menghindar. Layaknya binatang dengan gengsi setinggi langit. "Kamu bisa cari yang lain," senyuman menyinggung d...