"Kalau begitu berikan tanganmu." Si Albino mengulurkan tangannya duluan, menunggu Nanami menurutinya.
Nanami menatap telapak putih Gojo. Menatapnya dan berpikir betapa pucatnya telapak itu. Tidakkah ia ternyata betul-betul kedinginan?
Nanami pun tidak menolak permintaan Si Albino karna ia sudah sadar kalau maksudnya sekarang adalah untuk berpengangan tangan.
Jadi ia langsung mengenggam tangan Gojo, dan membawanya ke saku jaket tipis yang ia pakai.
Wajahnya datar, tapi dari genggaman yang ia buat, dapat Gojo rasakan Nanami sekali lagi menang darinya. Cara yang Si Blonde itu buat untuk menghangatkan tangannya kali ini benar-benar buatnya buntu.
Nanami sangat manis.
Gojo diam sebentar sebelum akhirnya ia bicara lagi, "Aku ingin melakukan hal seperti ini ke jaketmu yang aku pakai." jelasnya, "Jadi kenapa kau memasukkan tanganku ke sakumu? Seharusnya aku yang melakukan itu."
Nanami menjeling beberapa saat sebelum akhirnya ia mengenggam tangan Gojo lebih rapat.
"Pucat. Tanganmu pucat," ia menjawab pelan.
Albino itu terkesima, tentu saja dia tersentuh.
Pada akhirnya, mata biru Gojo tidak melepas lekatannya semenjak mereka berpegangan tangan. Sungguh, dia tidak pernah berpikir seseorang seperti Nanami bisa sangat... Mengharukan.
Bagaimana air berjatuhan dari rambut panjangnya yang basah, bagaimana ia mengkerutkan wajah berusaha datar padahal kelihatan jelas ia sendiri gentar. Oh... Sungguh manis.
Gojo balas perbuatan Nanami. Ia kaitkan jarinya lebih lekat. Tapi tidak membuang mata. Si Biru Cerah ini terus-terusan menatap Nanami yang entah bagaimana hampir memerah.
"Kalau demam nanti, jangan salahkan aku." oceh Gojo tiba-tiba. "Salahmu sendiri yang sok baik padaku." tuturnya kemudian.
Oh, hujan.. tolonglah terus berisik. Tidakkah kalian dengar suara detak itu yang nyaringnya tidak karuan? Entah dari manusia berambut pirang, atau manusia yang rambutnya tanpa warna.
----
Kini hari sudah hampir sore. Nanami terbangun di dalam bus mereka menyadari sebuah kain menimpa dirinya.
Oh, itu jaket yang diselimutkan. Ia-pun lantas menoleh dan melihat Gojo yang tertidur lelap di sampingnya. Ia sadari bahwa Gojo lah yang menyelimutkannya.
Nanami rasakan jantung yang mulai berdegup aneh. Ia merasa senang pada hal yang ia berharap tidak pernah ia alami. Apa yang ia lakukan bersenang-senang seperti ini dengan kekasih orang lain?
Tapi bagaimanapun, ia-lah orang pertama yang memiliki Gojo, sebelum ia sendiri yang dilempar.
Tiba-tiba pencak rasa itu berubah jadi tidak karuan. Rasa tidak enak, sedih dan kesal ia makan. Kalau saja Gojo tidak menanyakan atau mengatakan hal aneh, menjadi miliknya bukan hal mustahil.
Tapi sayang, apalah daya kalau orang yang diinginkan menginginkan orang lain? Jadi tidak ada satupun yang dapat dilakukan selain menahan puncak rasa ini seorang diri.
Nanami menatap Gojo dalam, ia biarkan hatinya bergejolak biru. Mengenggam helaian kain yang menimpa dirinya, Nanami bertanya dalam diam.
Kalau sebenarnya apa yang mereka lakukan hanyalah mainan semata, lalu kenapa harus saling berbuat baik satu sama lain? Kenapa harus saling mendengar musik, menikmatinya yang hampir hilang bersama-sama?
Kenapa harus saling mengenggam tangan, berkata manis, tertidur dan saling menyenderkan kepala, saling menyelimuti, saling khawatir. Kenapa?
Ah.. sekarang justru Nanami berharap hujan bisa lebih reda. Karna sungguh, suara hujan seperti musik bersama tangisan yang seharusnya tidak ia bawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/357049054-288-k204884.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAWLING BACK TO YOU (GoNana) (SatoSugu) (HaibaNana)
Fanfiction!!ON GOING!! Terlalu toxic tanpa fisik, Nanami dan Gojo berani bilang seperti itulah hubungan mereka. Saling mengejar namun juga saling menghindar. Layaknya binatang dengan gengsi setinggi langit. "Kamu bisa cari yang lain," senyuman menyinggung d...